BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa
setiap manusia di bebani dengan tanggung jawab. Apabila dikaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari
perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban
ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain. Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan, antara manusia dan tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang
terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan
melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan
dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan
Universitas Sumatera Utara
hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
2
Menurut Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum
adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Selain dari tanggung
jawab perbuatan melawan hukum. KUHPerdata melahirkan tanggung jawab hukum perdata berdasarkan wanprestasi. Diawali dengan adanya perjanjian yang
melahirkan hak dan kewajiban. Apabila dalam hubungan hukum berdasarkan perjanjian tersebut, pihak yang melanggar kewajiban debitur tidak melaksanakan
atau melanggar kewajiban yang dibebankan kepadanya maka ia dapat dinyatakan lalai wanprestasi dan atas dasar itu ia dapat dimintakan pertanggung-jawaban
hukum berdasarkan wanprestasi. Sementara tanggung jawab hukum perdata berdasarkan perbuatan melawan hukum didasarkan adanya hubugan hukum, hak
dan kewajiban yang bersumber pada hukum.
3
Bank sebagai lembaga keuangan menurut fungsinya mendapat kepercayaan dari masyarakat khususnya sebagai badan resmi yang menguasai
keuangan dan memiliki potensi dana-dana. Dimana salah satu usaha pokoknya adalah memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Untuk dapat tetap bertahan hidup bank tersebut harus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Namun untuk mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat ternyata tidak mudah, terlebih-lebih setelah tumbangnya sebuah bank besar, dan goyah beberapa bank lainnya. Suatu isu dapat menyebabkan nasabah
2
http:ueu5639.weblog.esaunggul.ac.id diakses tanggal 8 April 2015 pukul 13.20 WIB
3
http:ueu5639.weblog.esaunggul.ac.id diakses tanggal 9 April 2015 pukul 14.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
suatu bank menjadi panik dan kemudian diikuti dengan penarikan dana oleh nasabah tersebut secara ramai.
Bank sifatnya sangat peka terhadap isu. Operasi bank sangat mudah terpengaruh oleh suatu “berita angin” yang beredar dimasyarakat. Misalnya bila
terdapat isu devaluasi, maka masyarakat akan langsung melakukan rush dollar secara besar-besaran.
4
Masyarakat akan menarik dananya dalam bentuk rupiah secara besar-besaran dari bank kemudian membeli dollar.
Sifat tersebut muncul karena basis utama bisnis perbankan adalah kepercayaan. Seorang nasabah baru bersedia menempatkan dananya pada bank
apabila ia memiliki kepercayaan bahwa bank tersebut akan mengembalikan dananya pada saat jatuh tempo dan membayar bunganya tepat pada waktunya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat menempatkan deposito, kita hanya diberikan selembar tanda terima yang mungkin diberi nama sertifikat deposito
dari bank tanpa kepercayaan, kita akan berani menerima”surat deposito” tersebut. Pada dasarnya ada 3 tiga pihak dari dalam dan luar bank yang
bertanggung jawab untuk menjaga agar operasi bank tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan prinsip-prinsip yang ada. Pihak
pertama, berasal dari dalam bank itu sendiri yakni fungsi-fungsi Pengendalian intern bank yang bersangkutan. Pihak kedua adalah pihak-pihak dari luar bank
seperti akuntan publik selaku auditor laporan keuangan bank, dan pihak yang ketiga adalah Bank Indonesia selaku regulator dan pengawas bank.
5
Pemberian kredit oleh bank harus di landasi keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan kreditur untuk melunasi hutangnya dan wajib
4
Anwar Nasution, Tinjauan Ekonomi Atas Dampak Paket Deregulassi Tahun 1988 Pada Sistem Keuangan Indonesia Jakarta:Penerbit Gramedia,1990, hal 24-27.
5
http:repository.widyatama.ac.id diakses pada tanggal 11 April 2015 pukul 15.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
dilakukan atas dasar pemberian kredit yang sehat dan prinsip kehati-hatian agar pemberian kredit tersebut tidak merugikan kepentingan bank, nasabah dan debitur
dan masyarakat penyimpan dana. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit harus dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit, merupakan salah
satu bagian yang sangat strategis dalam kehidupan perbankan. Karena perjanjian kredit merupakan media atau perantara pihak dalam keterkaitan pihak yang
mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Oleh karena itu, di dalam pemberian kredit terdapat dua pihak yang
berkepentingan langsung, yaitu pihak yang mempunyai uang disebut kreditur dan yang membutuhkan uang tersebut debitur. Jika terjadi pemberian kredit didalam
perjanjian berarti pihak yang mempunyai uang meminjamkan uangnya kepada pihak yang memerlukan uang yang berjanji akan mengembalikan uang tersebut
beserta bunganya pada suatu waktu tertentu dimasa yang akan datang. Dalam pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa:
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka w
aktu tertentu dengan pemberian bunga.” Kredit adalah hubungan dimana kreditur yakni yang memberi pinjaman
dalam hubungan perkreditan dengan debitur yaitu nasabah penerima pinjaman mempunyai kepercayaan bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat
Universitas Sumatera Utara
yang telah disetujui bersama dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan.
6
Salah satu pengertian Kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengansur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang
dizinkan oleh Bank atau Bank lain.
7
Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi, yaitu credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa
bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada debitur karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya
setelah jangka waktu yang ditentukan.
8
Menurut OP.Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi misalnya: uang,barang dengan batas prestasi Kontra Prestasi yang terjadi pada waktu
yang akan datang.
9
Menurut Reymont P. Kent, kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada
waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang.
10
Kemudian disini terkaitlah faktor waktu antara pemberian prestasi dengan penerima kembali prestasi. Pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal
ini bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama.
6
Ganda D. Prawira, Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Iternasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 1992, hal.1.
7
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Jakarta:Kencana, 2009, hal.57.
8
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis Jakarta:Djambatan, 1995, hal.28.
9
H.Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia Yogyakarta:Andi, 2000, hal.1.
10
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal.13.
Universitas Sumatera Utara
Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada
kenyataanya, selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah
tidak dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet.
11
Setiap bank pasti menghadapi masalah kredit macet, tanpa kredit macet merupakan hal yang aneh kecuali bagi bank-bank baru tentunya. Membicarakan
kredit macet, sesungguhnya membicarakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank tidak
mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit suatu hal yang akan menjadi penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan
terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank karenanya bank wajib meghindarkan diri dari kredit macet.
12
Kerugian yang terjadi pada pihak bank yang disebabkan karena debitur wanprestasi adalah terjadi kredit macet. Kredit macet akan menimbulkan kerugian
bagi pihak bank dalam menagih kredit yang menjadi hak bank selaku kreditur kepada debitur.
Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur. Selama proses pemberian kredit tidak mengalami masalah
yakni kedua belah pihak dalam pemberian kredit tersebut tidak melalaikan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan maka tidak akan muncul
persoalan. Pada umumnya persoalan tersebut dapat timbul apabila debitur lalai
11
Gatot Supramono, Op.Cit , hal.92.
12
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia Bandung:Citra Aditya Bakti, 1996, hal.263.
Universitas Sumatera Utara
mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah ditentukan. Jika hal tersebut terjadi maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata menentukan bahwa
semua kebendaan yang menjadi milik seseorang, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, akan menjadi jaminan bagi perikatan. Sehingga
dalam pemberian kredit itu sendiri dibuat pada suatu perjanjian tambahan yakni yang menentukan suatu jaminan dari debitur sebagai upaya antisipatif bagi
kreditur apabila debitur lalai melaksanakan kewajiban debitur. Oleh karena hal-hal tersebut yang sudah diuraikan diatas maka perlu
adanya upaya hukum yang harus dilakukan untuk mengatur tentang perjanjian kredit, sebab apabila terjadinya penyimpangan atau penyelewengan didalam
perjanjian kredit dapat diambil jalan penyelesaian yang terbaik antara kreditur dan debitur yaitu dengan melakukan tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh
bank. Bank Rakyat Indonesia BRI Cabang Kabanjahe merupakan salah satu
bank Milik Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara yang sedang menghadapi kredit macet. Berdasarkan uraian singkat tersebut diatas, penulis sangat tertarik
untuk menyusun skripsi berjudul :
“Tanggung-Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet di Bank Rakyat Indonesia BRI Cabang
Kab anjahe”.
B. Rumusan Permasalahan