11 e.
Antibiotik golongan Linkomisin
f. , dihasilkan oleh Streptomyces
lincolnensis. Khasiatnya bakteriostatis, spektrum kerjanya lebih sempit dari pada makrolida terutama terhadap kuman Gram positif dan anaerob.
Contohnya linkomisin. Antibiotik golongan Kuinolon
g. , senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat
bakterisid pada fase pertumbuhan kuman. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih ISK tanpa komplikasi.
Antibiotik golongan Kloramfenikol
2.3.2 Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum atau kisaran kerja
, kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Bersifat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman Gram positif
dan sejumlah kuman Gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol Tan
dan Rahardja, 2007.
Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Berspektrum sempit narrow spectrum
b. , hanya mampu menghambat
segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja.
Berspektrum luas broad spectrum
2.3.3 Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya
, dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif Pratiwi, 2008.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu :
12 a.
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin,
basitrasin dan vankomisin. b.
Antibiotik yang merusak membran plasma Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin, nistatin dan
amfoterisin B. c.
Antibiotik yang menghambat sintesis protein Antibiotik yang termasuk kelompok ini adalah golongan aminoglikosida,
makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasiklin. d.
Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat DNARNA Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan
kuinolon. e.
Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamid, kotrimoksazol
dan asam p-amino salisilat PAS Pratiwi, 2008.
2.3.4 Bahaya pemakaian antibiotik
Beberapa bahaya yang dapat diakibatkan pada pemakaian antibiotik antara lain:
a. Gejala resistensi, pada pengobatan yang tidak cukup yaitu terlalu singkat
waktunya atau terlalu lama dengan dosis terlalu rendah atau digunakan pada pengobatan yang tidak perlu misalnya pada luka kecil dan sebagainya
dapat mengakibatkan resistensi, artinya bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik, sehingga khasiat antibiotik akan
13 menjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali. Bila sudah terjadi
resistensi antibiotik ini sudah tidak efektif lagi melawan kuman dan pada pengobatan selanjutnya harus diganti dengan antibiotik lain yang
mempunyai khasiat yang sama. b.
Gejala kepekaan yang disebut alergi
c. , misalnya gatal-gatal. Sebagai contoh,
penisilin bila diberikan kepada seseorang yang tidak tahan peka dapat menimbulkan bintik-bintik merah, gatal-gatal bahkan pingsan.
Supra infeksi
2.3.5 Resistensi
, yaitu seseorang yang telah ketularan suatu kuman, ketularan kuman sekali lagi dengan kuman yang sama. Ini terutama terjadi pada
pemakaian antibiotik broad spectrum, karena kegiatannya demikian luasnya sehingga flora bakteri usus juga dimatikan dan keseimbangan
bakteri normal juga terganggu Widjajanti, 1988.
Resistensi terhadap obat antibiotik, ialah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obat. Beberapa jenis resistensi
yaitu: • Resistensi bawaan primer
• , terjadi secara alamiah. Pada kuman sudah
terdapat resistensi secara alamiah, misalkan adanya enzim penisilinase yang merusak penisilin dan sefaloridin.
Resistensi yang diperoleh sekunder
• , disebabkan kontak kuman dengan
antibiotik.
Resistensi episomal, tipe resistensi ini pembawa faktor genetika berada
diluar kromosom yang ditulari bakteri lain.
14 • Resistensi silang
Salah satu contoh antibiotik yang beredar dipasaran adalah Neomisin sulfat yang terdapat dalam krim Betason-N produksi PT. Kimia Farma Persero