BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama 16 tahun pertama masa administrasi Presiden Soeharto, sektor pertanian telah menjadi basis utama strategi pembangunan dan berperan cukup penting
dalam perekonomian Indonesia. Investasi
besar-besaran dalam
sektor infrastruktur, sarana dan prasarana dasar seperti jalan, jembatan, bendungan,
saluran irigasi dan lain-lain seakan menjadi menu dasar dalam pembangunan ekonomi waktu itu. Kemudian peningkatan produksi dan produktivitas bahan
pangan yang secara kebetulan bersamaan dengan fenomena Revolusi Hijau telah mampu mengentaskan masyarakat dari kelaparan dan kemiskinan dalam sejarah
Indonesia modern. Kinerja besar yang sering dijadikan romantisasi pembangunan pertanian di Indonesia adalah pencapaian swasembada beras pada pertengahan
1980an yang sempat mengantar presiden Soeharto ke atas mimbar kehormatan dan memperoleh penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia FAO
Arifin, 2005. Lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian
sebesar 42,52 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 20,08 persen, dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan
perorangan sebesar 15,39 persen. Sedangkan sektor Industri yang paling sedikit menyerap tenaga kerja sebesar 7,84 persen Badan Pusat Statistik, 2014.
Sektor pertanian di Indonesia sampai sekarang masih memegang peranan dalam bidang ekonomi tidak hanya pertanian padi sawah tetapi juga bidang perkebunan,
Universitas Sumatera Utara
peternakan dan perikanan. Dari masing-masing bidang tersebut kalau disimak, wanita baik sebagai ibu rumah tangga ataupun juga sebagai tenaga kerja sudah
ikut berperan di dalamnya. Tetapi kadang di dalam pengambilan keputusan keluarga terhadap produksi belum dilibatkan secara maksimal. Demikian juga
tentang penghasilan yang mereka peroleh biasanya dianggapnya hanya sebagai pelengkap. Tetapi dalam kenyataannya, apabila dalam keluarga ada kekurangan
materi justru wanita tersebut yang menjadi penopang atau pemecah masalah, baik dengan cara meminjam tetangga atau menjual perhiasan Ekowati, 1997.
Bekerja sebagai ibu rumah tangga bagi perempuan adalah sebuah pilihan yang tidak selalu dikarenakan kekurangan pendapatan, tetapi pada rumah tangga miskin
adalah sebuah keharusan. Bagi istri pada rumah tangga miskin mereka dituntut agar dapat berperan ganda dalam rumah tangganya dengan mengalokasikan waktu
dengan sebaik-baiknya sehingga tetap dapat mengurus rumah tangga serta meningkatkan pendapatan rumah tangga. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pendapatan tenaga kerja wanita seperti: umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bekerja dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat pendapatan
perempuan. Semakin tingginya minat masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, maka
masyarakat akan semakin berlomba-lomba untuk meningkatkan inovasi baru dalam dunia usaha indutri seperti industri rumahan. Selain untuk meningkatkan
pendapatan keluarga, hal ini juga berkesempatan untuk menyerap angkatan kerja yang terlibat terutama bagi wanita.
Fenomena wanita bekerja telah menjadi hal yang menarik untuk dikaji, lebih-lebih wanita yang ada di pedesaan. Keterlibatan mereka bekerja sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan tuntutan ekonomi. Kondisi perekonomian keluarga yang lemah dan serba kekurangan memaksa wanita ikut bekerja membantu suaminya dalam
rangka mendapatkan penghasilan tambahan. Lemang merupakan makanan tradisional yang populer di Indonesia. Pada awalnya
lemang termasuk makanan khas yang biasa dihidangkan saat hari raya dan berbagai perayaan lainnya. Akan tetapi kini lemang telah dipasarkan secara luas.
Lemang mampu meningkatkan nilai tambah dari berbagai bahan baku yang merupakan bahan pertanian sendiri dan mampu meningkatkan pendapatan
produsen pengolah lemang. Di Kota Tebing Tinggi terdapat berbagai macam usaha agroindustri di antaranya
usaha keripik dan kerupuk, susu kedelai, kerupuk opak, kue basah, roti donat dan kue kering, es krim, gula merah, dawet dan cendol, roti kacang, tempe, kacang
tujin dan kue bawang, gipang dan jahe, dodol, lemang dan tahu. Data jenis usaha makanan dan jumlah usaha agroindustri makanan di Kota tebing Tinggi dapat
dilihat pada tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Jenis Usaha Makanan dan Jumlah Usaha Makanan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2014
No Jenis Usaha Makanan
Jumlah
1 Keripik dan Kerupuk
17 2
Susu Kedelai 1
3 Kerupuk Opak
4 4
Kue Basah 2
5 Roti Donat dan Kue Kering
9 6
Es Krim 2
7 Gula Merah
3 8
Dawet dan Cendol 2
9 Roti Kacang
3 10
Tempe 12
11 Kacang Tujin dan Kue bawang
5 12
Gipang dan Jahe 1
13 Dodol
1
14 Lemang
18
15 Tahu
1
Jumlah 81
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tebing Tinggi, 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa agroindustri lemang merupakan agroindustri
yang banyak diusahakan di Kota Tebing Tinggi dengan jumlah usaha lemang sebanyak 18 unit.
Lemang berasal dari daerah Sumatera Barat, namun di Kota Tebing Tinggi sendiri sejarah lemang sudah ada sejak 60 tahun yang lalu. Karena kekhasan lemang
inilah maka lama-kelamaan muncul banyak pedagang lemang lainnya. Dikatakan sebagai industri lemang yang dibilang cukup berkembang karena produksi
berlangsung setiap hari dan produsen yang menghasilkan lemang cukup banyak. Konsumennya tidak hanya konsumen yang tinggal di Kota Tebing Tinggi dan
sekitarnya, tetapi karena Kota Tebing Tinggi merupakan kota lintasan sehingga konsumen banyak yang berasal dari luar Kota Tebing Tinggi. Oleh karena itu
pemerintah Kota Tebing Tinggi menjadikan lemang sebagai makanan khas daerah. Hingga saat ini lemang sangat berkembang sehingga menjadi ikon kuliner
Universitas Sumatera Utara
khas Kota Tebing Tinggi dan Kota Tebing Tinggi sangat terkenal dengan julukan sebagai “Kota Lemang” Harahap, 2014.
Pengolahan hasil pertanian di Kota Tebing Tinggi didominasi oleh industri rumah tangga yang sebagian besar dari tenaga kerja wanita yang berkontribusi langsung
pada usaha olahan pertanian seperti produk olahan dari beras ketan yaitu lemang. Baik dalam proses pembuatan maupun dalam penjualan lemang tenaga kerja
wanita yang digunakan lebih mendominasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja pada Usaha Lemang di Kota Tebing Tinggi, Tahun 2014
No Nama Unit Usaha
Lemang Pekerja
Wanita Pekerja Pria
Jumlah
1 Lemang Ajo
9 5
14 2
Lemang Anda 3
1 4
3 Lemang Windi
1 1
2 4
Lemang Widya 6
1 7
5 Lemang Kita
3 1
4 6
Lemang Putri 3
1 4
7 Lemang Kak Inong
10 2
12 8
Lemang Tiara 4
1 5
9 Lemang Family
12 2
14 10
Lemang Asni 5
1 6
11 Lemang Murni
3 1
4 12
Lemang Batok 3
2 5
13 Lemang Bunda Widya
1 1
2 14
Lemang Amoy 1
1 2
15 Lemang Liana
1 1
16 Lemang Silaturrahmi
1 1
17 Lemang Jo Tapa I
1 1
18 Lemang Famili
1 1
Total 68
21 89
Sumber: Kota Tebing Tinggi, 2014 Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tenaga kerja wanita pada usaha lemang
sebanyak 68 orang dan tenaga kerja pria sebanyak 21 orang. Tingginya tenaga kerja wanita yang terlibat pada usaha lemang membuat peneliti merasa tertarik
untuk meneliti faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi pendapatan
Universitas Sumatera Utara
wanita pada usaha lemang dan seberapa besar kontribusi pendapatan wanita usaha lemang terhadap pendapatan keluarga.
1.2 Identifikasi Masalah