Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi

(1)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN

USAHA KECIL DI KOTA TEBING TINGGI

S K R I P S I

Diajukan Oleh :

Erizal Sitinjak 050501015

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur bagi Allah Bapa dan Putra-Nya Yesus Kristus serta Persekutuan Roh Kudus oleh karena berkat, kasih dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban penulis yang harus diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Strata-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil di Kota Tebing

Tinggi”.

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan buat kedua orang tua tercinta, Ayahanda Lauren Sitinjak dan Ibunda Lomo Marbun serta kakak dan adik; Lenny Wati, Anike R, Srirezeki, Melda, Bachtiar, dan Joice. Terimakasih buat segala dukungan, doa, semangat, bimbingan, kasih dan cinta yang telah kalian berikan.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik dalam dukungan doa, moril dan materil terutama kepada:

1. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. H.B. Tarmizi dan Ibu Ilyda Sudardjat, SSi., MSi., selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberi masukan hingga selesainya skripsi ini.


(3)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat baik penulis yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tergabung dalam punguan EPOS, semoga kesuksesan menjadi bagian kita semua.

7. Keluarga Besar Paduan Suara Pelita Kasih Medan yang telah menjadi tempat penulis untuk belajar melayani sesama melalui lagu dan musik.

8. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Advent Medan (IMAM) yang senantiasa

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan maupun saran yang positif dan membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang memerlukan.

Medan, Maret 2009 Penulis,


(4)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT

The main objective of this research is to analyze the determinants of small enterprises revenue in Tebing Tinggi. The revenue of Small enterprises (Y) is determined by working capital (K), Labors (L), and working hour (T). There are 60 small enterprises taken as the sample of the research and it applies Ordinary Least Square (OLS) analytic method in estimating the result of the research.

The result of the estimation shows that determination coeficient (R2) is 73%, it means that the independent variables, working capital (K), Labors (L), and working hour (T) affects the dependent variable, small enterprises revenue (Y) as much as 73%. And the 27% remain is explained by other variables which is not included in this estimation model.

Working capital (K), Labors (L), and working hour (T) as the independent variables thoruoghly have an affect on the dependent variable (Small enterprises revenue (Y), it is proved from the overall test with 99% of interval confident.

Based on the parsial test, it is known that each of the independent variables has positive affect on the independent variable up to 99% of interval confident.

Key words: Small Enterprises Revenue (Y), working capital (K), Labors (L), and working hour (T).


(5)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi penerimaan usaha kecil (Y) dan menjadi objek penelitian adalah modal usaha (K), tenaga kerja (L), dan jam kerja (T). Penelitian ini mengunakan 60 usaha kecil sebagai sample dan menggunakan metode analisis

ordinary least square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) sama dengan 73%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu K (Modal Usaha), L (Jumlah Tenaga Kerja), T (Jam Kerja) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (penerimaan Usaha Kecil ) sebesar 73% sedangkan sisanya yaitu sebesar 27% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Variabel independen K (Modal Usaha), L (Jumlah Tenaga Kerja), T (Jam Kerja) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (penerimaan Usaha Kecil ) secara bersama-sama, terbukti dari F-hitung lebih besar dari F-tabel (49,66278 > 4,21) pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) diketahui bahwa masing-masing variable berpengaruh positif terhadap variable independent. pada tingkat kepercayaan 99%.

Kata kunci : Penerimaan Usaha Kecil (Y) Modal Usaha (K), Jumlah Tenaga Kerja (L), dan Jam Kerja (T).


(6)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1. 2. Perumusan Masalah ... 6

1. 3. Hipotesa ... ... 7

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Usaha Kecil dan Menengah ... 9

2. 1. 1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ... 13

2. 1. 2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha ... 16

2. 2 Aspek-Aspek Produksi ... 18

2. 2. 1 Pengertian Produksi ... 18

2. 2. 2 Konsep dan Tahap Produksi ... 19

2. 2. 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale ... 23

2. 2. 4 Pengertian Penerimaan ... 28

2. 3 Ketenagakerjaan ... 29

2. 3. 1 Pengertian Tenaga Kerja ... 29

2. 3. 2 Pemintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 31

2. 4 Modal ... 35

2. 5 Jam Kerja ... 36


(7)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

2. 5. 2 Produksi Antar Waktu ... 37

2. 5. 3 Kemungkinan-Kemungkinan Antar-Waktu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian... 38

3. 2. Populasi dan Sampel ... 38

3. 3. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data ... 40

3. 4. Model Analisis ... ... 40

3. 5. Test of Goodness of Fit... ... 41

3. 5. 1 Koefisien Determinasi (R ... 41

3. 5. 2 Uji F (Overall Test) ... 42

3. 5. 3 Uji t (Partial Test)... ... 42

3. 6. Uji Asumsi Klasik... ... 43

3. 6. 1 Uji Normalitas ... ... 43

3. 6. 2 Uji Linieritas... ... 44

3. 6. 3 Uji Multikolinearitas... ... 44

3. 6. 4 Uji Heteroskedastisitas ... ... 45

3. 7. Defenisi Operasional... ... 46

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. 1. Deskripsi Daerah Penelitian... ... 47

4. 1. 1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi ... 47

4. 1. 2 Gambaran Perekonomian Kota Tebing Tinggi... ... 53

4. 2. Hasil Penelitian Dan Interpretasi Data... ... 58

4. 2. 1 Hasil Penelitian... ... 58

4. 2. 2 Interpretasi Data... ... 62

4. 3. Test of Goodness of Fit... ... 64

4. 3. 1 Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )... ... 64

4. 3. 2 Uji F-statistik... 64


(8)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

4. 4. Uji Asumsi Klasik... ... 69

4. 4. 1 Normalitas... ... 69

4. 4. 2 Uji Linieritas... ... 70

4. 4. 3 Uji Multikolinearitas... ... 71

4. 4. 4 Uji Heteroskedastisitas ... ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan... ... 74

5. 2 Saran... ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN- LAMPIRAN


(9)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pedagang ... 39

Tabel 4. 1 Luas wilayah, Jumlah Kelurahan, dan Jumlah Lingkungan di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007 ... 48

Tabel 4. 2 Luas wilayah, Penduduk,dan Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007 ... 49

Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2007 ... 50

Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin 2007 ... 51

Tabel 4. 5 Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin 2007 ... 51

Tabel 4. 6 Persentase Realisasi Penerimaan PAD Terhadap Realisasi APBD Kota Tebing Tinggi 1999/2000-2007 ... 54

Tabel 4. 7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (Juta Rupiah) ... 56

Tabel 4. 8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (Juta Rupiah) ... 57

Tabel 4. 9 Distribusi Sampel berdasarkan Usia ... 59

Tabel 4. 10 Distribusi Sampel berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

Tabel 4. 11 Distribusi Sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 60

Tabel 4. 12 Distribusi Sampel Berdasarkan Modal Usaha ... 61


(10)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Produksi ... 21

Gambar 2.2 Dua Input Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 24

Gambar 2.3 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 32

Gambar 4. 1 Uji F-statistik ... 65

Gambar 4. 2 Uji t-Statistik pada variabel K (Modal Usaha) ... 66

Gambar 4. 3 Uji t-Statistik pada variabel L (Jumlah Tenaga Kerja) ... 67

Gambar 4. 4 Uji t-Statistik pada variabel T (Jam Kerja) ... 68


(11)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan usaha kecil menengah (UKM) di negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting UKM bagi kesejahteraan masyarakat dunia. UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM.

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas (infoukm.wordpress.com).

Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan


(12)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar (Berry, dkk, 2001). Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2000).

Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua kategori; Pertama, bagi pengusaha kecil dengan omset kurang dari Rp 50


(13)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka.

Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1

milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil jenis ini adalah (Kuncoro, 1997):

(1) Masalah belum memiliki sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk

memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan pengusaha kecil mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut

pasar semakin ketat;

(4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah;


(14)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

(5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan baku;

(6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti;

(7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM-UKM tersebut melalui regulasi-regulasi untuk pengembangan UKM.

Pada masa Presiden Susilo Bambang Yodhoyono, pemerintah menekankan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui pemberian dana perkuatan kepada UMKM pada berbagai sektor ekonomi dan yang paling mendapat sorotan paling banyak dari masyarakat adalah pada saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah dan koperasi ini diberikan dengan pola penjaminan pemerintah. Selaku penjamin kredit adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Kredit ini disalurkan melalui enam (6) Bank pelaksana yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Syariah Mandiri.


(15)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Pemberian kredit dengan jaminan pemerintah ini diharapkan bisa membuat UMKM lebih berkembang hingga mencapai seluruh pelosok Indonesia. “Kami memberikan kail agar bisa mencari ikan sendiri,” tutur Presiden Yudhoyono. Dan Beliau juga mengajak agar masyarakat indonesia menjadikan pedoman bahwa pengembangan koperasi dan UMKM adalah cara yang paling tepat dan cepat untuk mengurangi kemiskinan sekarang ini (Tempointeraktif 5 November 2007).

Kota Tebing Tinggi adalah salah sat digunakan untuk dapat menuju kota tersebut jika bertolak dari Kota Medan. Luas wilayahnya 31 km² dan penduduk berjumlah 125.000 jiwa (Wikipedia bahasa Indonesia).

Dibidang Usaha Kecil Menengah dan Koperasi, sasaran program Pemko Tebing tinggi adalah meningkatkan ekonomi daerah yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan, dan dilakukan berupa program penciptaan, pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dengan beberapa indikator keberhasilan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah 5,33%, meningkatnya jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan Koperasi yang memperoleh bantuan alat dan dana bergulir sebesar Rp.2,5 M.

Keberhasilan pemberdayaan UMKM dengan bertambahnya jumlah UMKM dan penyerapan jumlah tenaga kerja,tahun 2007 ada 4.410 unit UMKM dan mengalami pertambahan 4,11 % dan sektor yang paling banyak diminati sektor


(16)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

perdagangan sebanyak 1.882 unit jika dilihat dari aspek ini setidaknya ada 3 orang tenaga kerja yang bisa diserap untuk setiap unitnya UKM dan diperkirakan pertumbuhan penyerapan tanaga kerja 2006-2007 rata-rata 2,36%, sektor perdagangan merupakan terbesar menyerap tanaga kerja 52,44% dari seluruh tenaga kerja UKM.

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, penulis yang merupakan penduduk kota tebing Tinggi, menjadi bergairah dan tertarik untuk meneliti mengenai “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha

Kecil Di Kota Tebing Tinggi”. Penelitian terhadap judul diatas dilakukan melihat

sampai saat ini Kota Tebing Tinggi memiliki relatif banyak usaha kecil yang setiap tahunnya berkembang secara signifikan.

1. 2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Perumusan masalah dibatasi pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi , antara lain modal usaha, jumlah tenaga kerja, dan jam kerja dari usaha kecil tersebut. Dari hal tersebut penulis membuat rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pengaruh modal usaha terhadap penerimaan Usaha Kecil di Kota Tebing Tinggi ?


(17)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap penerimaan Usaha Kecil di Kota Tebing Tinggi ?

3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap penerimaan Usaha Kecil di Kota Tebing Tinggi ?

1. 3. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

0

log

log

K

Y

, artinya jika terjadi kenaikan pada K (Modal Usaha), maka

Y (Penerimaan Usaha Kecil) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

log

log

L

Y

, artinya jika terjadi kenaikan pada L (Jumlah Tenaga

Kerja), maka Y (Penerimaan Usaha Kecil) mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

0

log

log

T

Y

, artinya jika terjadi kenaikan pada T(Jam Kerja), maka Y


(18)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

• Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal usaha terhadap penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap

penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jam kerja terhadap penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.

• Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang tertarik untuk mengetahui tentang usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.

2. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi penulis.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan USU yang ingin melakukan penelitian di masa yang akan datang.


(19)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS 2. 1 Usaha Kecil dan Menengah

Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan UKM di negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting UKM bagi kesejahteraan masyarakat dunia.

UKM merupakan sektor usaha yang bersentuhan langsung dengan aktifitas ekonomi rakyat sehari-hari. Dalam skala usahanya yang kecil, bahkan sangat kecil sehingga disebut mikro, UKM tidak jarang harus hidup dengan cara gali lubang tutup lubang. Sangat minim bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengalami sentuhan manajemen usaha, segala sesuatunya berjalan begitu saja, sebagai suatu wujud komitmen untuk menghidupi keluarga, melayani sesama, memberikan pekerjaan kepada saudara atau tetangga. Tak heran sektor ini paling sering dikelompokkan sebagai yang tidak bankable (tidak memenuhi syarat untuk dilayani kredit perbankan).

Meskipun tidak bankable, selalu saja ada pihak tertentu yang melayani sektor UKM dalam hal pemenuhan kebutuhan modal kerja atau modal usahanya, baik itu secara individual, sebagai suatu usaha bersama, maupun oleh lembaga keuangan formal. Ada pihak-pihak tertentu yang mengkoordinir penghimpunan dana secara kolektif untuk mendukung penyediaan dana yang pemanfaatannya secara bergulir,


(20)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

ada pula yang secara terang-terangan berperan sebagai rentenir, menyediakan pinjaman uang secara cepat dengan mengenakan bunga pinjaman yang sangat tinggi. Pihak-pihak tersebut ada yang operasionalnya memiliki landasan hukum, ada pula yang sama sekali tidak.

Ironis memang, UKM yang diakui peranannya dalam mengerakkan perekonomian, sering kali merupakan pihak yang sangat lemah posisinya dalam berhubungan dengan sumber modal/dana. Gambaran di atas memang tidak mengambarkan kondisi nyata UKM secara keselurahan, akan tetapi secara kasat mata memang masih banyak nasib UKM yang cukup miris. Ada cukup banyak pula UKM yang sudah relatif maju, memiliki manajemen usaha yang memadai, telah berhubungan dan bahkan mendapat pinjaman dari Bank.

Pertanyaannya adalah bagaimana menumbuhkan UKM-UKM baru dan melakukan penguatan terhadap UKM yang sudah ada? Ini adalah sebuah tantangan yang perlu mendapat perhatian kita semua, karena dengan banyaknya UKM yang kuat dan mandiri, akan memperkokoh perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang secara berkala pasti mampir dalam perekonomian di banyak negara.

Sebagaimana diungkapkan diawal tulisan ini, bahwa UKM terbukti relatif tangguh dalam menghadapi badai krisis ekonomi. Kondisi ini sebenarnya juga disadari dan diidentifikasi oleh beberapa lembaga keuangan besar, sebagai peluang penyaluran kredit yang potensial. UKM dipandang potensial, karena secara kumulatif merupakan pangsa pasar yang besar dan terbukti memiliki ketangguhan yang tinggi


(21)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

dalam menghadapi krisis ekonomi. Akan tetapi, sebagaimana karakteristik UKM yang beroperasi secara sederhana, banyak pula yang belum tertata dalam manajemen usaha yang sederhana sekalipun, sehingga merupakan hambatan besar untuk dapat memiliki akses ke dunia perbankan.

Ada beberapa pihak yang secara khusus berkecimpung dan ikut menghantarkan cukup banyak UKM menjadi usaha yang lebih besar, kuat dan mandiri. Diantaranya Lembaga Koperasi Simpan Pinjam, atau mulai dikenal sebagai Credit Union (CU), Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). CU sangat aktif mengenalkan pecatatan dan perencanaan keuangan kepada masyarakat, sekaligus sebagai sarana rekrutmen dan pembinaan anggotanya. BPR dalam peran intermediasinya banyak memberikan edukasi manajerial kepada UKM sehingga layak mendapatkan pinjaman modal dari Bank. BRI sebagai bank yang tertua di Indonesia, adalah bank yang paling dikenal dan tersebar luas untuk melayani transaksi perbankan sampai masyarakat perdesaan, meskipun belakangan juga sangat aktif mengarap transaksi-transaksi besar di perkotaan.

Berbagai pihak telah memainkan peran positifnya dalam menumbuhkan dan mengokohkan sektor UKM, akan tetapi sampai saat ini UKM belum mampu secara signifikan menunjukkan kedigdayaannya dalam perekonomian di Indonesia, hanya sebatas potensi yang perlu dikembangkan. Berbagai hambatan dalam pengembangan UKM belum berhasil ditangani secara komprehensif, bahkan seringkali terkesan tumpang tindih hingga dicurigai ditunggangi agenda politik tertentu. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat


(22)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

(KUR), oleh sebagian pihak dianggap menafihkan pranata ekonomi yang ada dan dicurigai sebagai kebijakan populis menjelang perhelatan akbar politik pada tahun 2009.

PNPM Mandiri dan KUR adalah program yang bersifat stimulus, motivasional, dan temporer. Program-program tersebut akan sangat bermanfaat apabila mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola ekonominya, sehingga pada tahapan selanjutnya telah dapat berinteraksi secara mandiri dengan lembaga ekonomi yang ada dalam sistem perekonomian nasional. Karenannya sasaran yang tepat program-proram tersebut haruslah pada masyarakat belum memiliki akses kepada lembaga keuangan formil yang ada. Dengan program yang ada dan edukasi melalui pendampingan, maka UKM-UKM yang tumbuh dari masyarakat diharapkan dapat berdiri mandiri dan bersaing dengan kelompok usaha lainnya, bahkan menjadi soko guru bagi perekonomian nasional. Untuk itu pemerintah juga harus mendorong berdirinya lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang dapat diakses dengan mudah oleh segala lapisan masyarakat.

Penyebaran lembaga keuangan yang dapat dengan mudah diakses oleh segala lapisan masyarakat adalah kebutuhan yang mendesak untuk mengakserasi pertumbuhan dan penguatan UKM-UKM. Diantaranya Koperasi, khususnya CU, dan BPR. Perkembangan CU di Kalimantan Barat belakangan ini cukup membanggakan, terutama didukung oleh pelaksanaan edukasi anggota/calon anggota yang konsisten dan upaya-upaya pengembangan kemampuan manajerial yang telah mendapat perhatian serius dari Pengurus CU. Akan tetapi secara umum, perkembangan


(23)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

perkoperasian kita belumlah terlalu mengembirakan, faktor tidak adanya kwalifikasi atau kompetensi standar yang ditetapkan untuk calon pengurus Koperasi dan lemahnya pembinaan maupun pengawasan pihak berwenang, menjadikan banyak Koperasi hanya berdiri sebatas papan nama atau dalam kondisi mati suri. Alternatif lain untuk mengisi kebutuhan lembaga keuangan yang mampu menstimulus dan mengakserasi pertumbuhan dan penguatan UKM di daerah-daerah adalah dengan mendirikan BPR di daerah-daerah.

2. 1. 1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil dan menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat bertahan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan. Untuk itu, pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah, guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi negara. Untuk dapat memberikan gambaran tentang usaha kecil dan menengah, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi usaha kecil dan usaha menengah.

Beberapa lembaga atau instansi bahkan undang-undang (UU) memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), Adapun definisi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki


(24)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

2. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

3. Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :

(1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan

(2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa)


(25)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

4. Berdasarkan Udang-undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

• Milik warga negara Indonesia

• Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

• Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sedangkan usaha menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil, biasanya mempunyai aset Rp.l0.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan omset tahunan Rp. 50.000.000.000,-. Selain itu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250.KMK.04/1995, tanggal 2 Juni 1995, perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang penjualan bersih setahun tidak melebihi Rp. 5.000.000.000,-.


(26)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

5. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :

(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut :

(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2. 1. 2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha

Melihat sangat banyaknya usaha kecil dan menengah di Indonesia, hal ini sudah pasti menyerap banyak tenaga kerja dan terjadinya pemerataan pendapatan. Kondisi ini menjadikan pemerintah wajib memberikan dukungan kepada usaha kecil dan menengah. Hal ini dimungkinkan, karena tantangan, kendala yang dihadapi oleh


(27)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

usaha kecil dan menengah cukup tinggi, tetapi peluangnya sangat prospektif. Adapun kendala, tantangan, dan peluang usaha yang dimaksud adalah seperti berikut:

1. Tantangan yang dihadapi usaha kecil dan menengah

a) GATT/WTO

b) AFTA tahun 2003 c) APEC tahun 2020

d) Blok-blok perdagangan dan investasi lain 2. Kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah

a) Kualitas sumber daya manusia rendah

b) Tingkat produktivitas & kualitas produk dan jasa rendah c) Kurangnya teknologi dan informasi

d) Faktor produksi, sarana & prasarana belum memadai e) Aspek pendanaan & pelayanan jasa pembiayaan

f) Iklim usaha yang belum mendukung (peraturan perundangan persaingan sehat)

g) Koordinasi pembinaan belum berjalan 3. Peluang usaha kecil dan menengah

a) Adanya komitmen politik pemerintah

b) Pembangunan yang makin berkeadilan dan transparan c) Ketersediaan SDM yang berkualitas (eks PHK) d) Sumber daya lama yang beraneka ragam e) Terpuruknya usaha-usaha pengusaha besar


(28)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

f) Apresiasi US dolar yang sangat tinggi.

Adanya tantangan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah, yang diimbangi dengan peluang usaha yang terbuka dengan lebar, tentunya tidak akan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluar dengan sebaik-baiknya. Apalagi pemerintah menyadari usaha kecil dan menegah masih dapat menyerap tenaga kerja di tengah situasi perekonomian yang sedang terpuruk.

Melihat kondisi ini, tentunya bagi pengusaha kecil dan menengah harus dijadikan tonggak awal bagi pengembangan dan kesempatan usaha yang seluas-luasnya, terutama untuk menggantikan posisi pengusaha besar yang sedang terpuruk. Pemerintah tentunya akan membantu pengusaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usaha, tanpa melihat besar atau kecilnya skala usaha yang dilakukan.

2. 2 Aspek-Aspek Produksi 2. 2. 1 Pengertian Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input), atau sering disebut sebagai faktor produksi. Dengan demikian kegiatan produksi tersebut adalah proses mongkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output. Dari uraian singkat di


(29)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

atas dapat dimengerti bahwa setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang positif. (I Gusti Ngurah Agung, 1994, hal 9).

Dalam ilmu ekonomi, istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat diartikan sebagai hubungan fisik antara masukan (input) dan keluaran (output). Pengertian seperti ini sering disebut sebagai ”proses produksi”. Sedangkan fungsi yang menggambarkan keadaan seperti ini dinamakan ”fungsi produksi”.

Adapun unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini diantaranya adalah pendapatan sekaligus berhubungan dengan laba/rugi, biaya produksi, efisiensi, produktivitas, dan lain-lain.

2. 2. 2 Konsep dan Tahap Produksi

Menurut Kadariah (1994:Hal 100), secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

a. Produk Total (Total Product)

Merupakan jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut :


(30)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen (bergantung) terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variable independent dimana:

TP = Total Product (produksi total)

FP = Factor of Production (faktor produksi)

b. Produksi Rata-rata (Average Product)

Merupakan produksi rata-rata yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

AP =

FP TP

Dimana : AP = Average Product (produksi rata-rata) TP = Total Product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

c. Produksi Marginal (Marginal Product)

Merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

MP = Q = Qn – Qn-1


(31)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

MP = Marginal Product (perubahan produksi)

Qn = total produksi setelah penambahan faktor produksi

Qn-1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi

Disamping konsep-konsep produksi di atas, aspek produksi lainnya yang juga harus tetap diperhatikan dalam rangka kesinambungan perusahaan adalah masalah tahap-tahap produksi.

Untuk lebih jelasnya tentang tahap-tahap produksi ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :

Y (output)

TP

Tahap I Tahap II Tahap III

AP

0 A B MP X (Input)


(32)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Dengan mengetahui tahap-tahap tersebut diharapkan pihak perusahaan akan dapat mengantisipasi dengan pengambilan strategi-strategi yang tepat dalam mempertahankan eksistensi dan kemajuan perusahaan. Hal ini perlu diterapkan karena tahap-tahap ini berlaku dan akan selalu dijumpai pada semua perusahaan yang melakukan kegiatan produksi. Tahap-tahap produksi yang dimaksud adalah :

Tahap I, sering disebut dengan Increasing Average Returns

Tahap ini ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata, karena kenaikan jumlah faktor produksi. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan input awal sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Adapun dampak yang mungkin timbul dari situasi seperti ini adalah bahwa efisiensi faktor produksi juga akan meningkat.

Tahap II, sering disebut dengan Decreasing Average Returns

Dalam Tahap ini akan dijumpai produksi rata-rata yang mengalami penurunan sekaligus produksi marginalnya. Dalam hal ini produksi marginal masih tetap berada pada nilai yang positif seiring dengan kenaikan produksi total. Dilain pihak meskipun dalam produksi rata-rata terjadi penurunan, namun efisiensi faktor produksi tetap mengalami peningkatan. Dimulsi dari MP = AP sampai pada maksimum total product (TP) dengan MP = 0.


(33)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Tahap III, sering disebut All Product Decreasing Returns

Dikatakan demikian karena semua yang berhubungan dengan produksi pada tahap ini akan mengalami penurunan. Dalam tahap ini baik total,

average, maupun marginal product semuanya mengalami penurunan.

Selanjutnya hal yang dijumpai pada tahap ini adalah bahwa produksi marginal memiliki nilai yang negative, berbeda dengan tahap ke II dimana

marginal product bernilai positif. Adapun faktor yang menyebabkan hal ini

adalah karena dalam tahap ini produksi total juga mengalami penurunan. Disamping itu hal yang juga terjadi adalah bahwa efisiensi faktor produksi mengalami penurunan juga.

2. 2. 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale

Seperti yang telah diuraikan terlebih dahulu bahwa fungsi produksi menggambarkan hubungan (keterkaitan) antara output (produksi) dengan input (faktor produksi) yang dihasilkan dan dimiliki oleh sebuah perusahaan. Bent adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Ia diusulkan ole dan bukt i uji statistik oleh


(34)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Gambar 2.2 : Dua Input Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Dengan demikian fungsi produksi secara umum dapat dirumuskan dengan :

Y = K AL

di mana:

Y = total produksi (nilai moneter semua barang yang dihasilkan dalam satu tahun)

L

K

A

• dan adalah elastisitas output tenaga kerja dan modal, masing-masing. Nilai-nilai yang konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.

Elastisitas Output mengukur respon output untuk perubahan baik di tingkat modal atau tenaga kerja yang digunakan dalam produksi,


(35)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

jika = 0,15, 1% peningkatan tenaga kerja akan mengakibatkan sekitar 0,15% dengan peningkatan output.

Lebih jauh lagi, jika:

+ = 1,

skala fungsi produksi kembali meningkat sebesar 20%, Y meningkat 20%. Jika

+ <1,

kembali ke skala yang menurun, dan jika + > 1

kembali ke skala yang meningkat. Dengan asumsi dapat ditampilkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal dari berbagi output.

Untuk faktor produksi ini berlaku sebuah rumusan yang dinamakan dengan hukum petambahan hasil yang semakin menurun (berkurang) yang sering disebut sebagai ”The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini mengemukakan bahwa dengan dilakukannya penambahan input (faktor produksi) sampai dengan batas tertentu akan dapat meningkatkan produksi. Namun jika dilakukan penambahan secara terus menerus tanpa beraturan, maka dampak yang mungkin saja timbul adalah bahwa produksi akan mengalami penurunan (Walter Nicholson, 1995, Hal: 184). Hukum ini pada awalnya ditandai dengan terjadinya kenaikan output seiring dengan dilakukannya penambahan input sampai dengan batas tertentu. Demikian pula dengan pertambahan produksi juga akan mengalami peningkatan.


(36)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Menurut prinsip ini sebuah perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan atau bahkan memberdayakan faktor produksi yang dimiliki secara baik dan tepat tanpa melakukan pemborosan (inefisiensi). Dengan diberlakukannya prinsip yang demikian, maka perusahaan akan dapat menghemat bahakan mengatur dan mengontrol produksi yang akan dihasilkan. Produksi tersebut tidak akan mengalami kenaikan secara drastis dan tidak mengalami penurunan yang drastis pula. Namun yang diharapkan adalah kenaikan secara perlahan-lahan sehingga akan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama serta dapat mempengaruhi baik eksistensi dan kesinambungan perusahaan.

Demikian pula halnya jika produksi mangalami penurunan, sebaliknya penurunan yang terjadi janganlah terlalu drastis, tapi secara bertahap. Dengan kondisi seperti ini perusahaaan akan dapat mengantisipasi melalui upaya-upaya terpadu dalam rangka menaikkan produksi kembali. Jika hal ini dapat diantisipasi, perusahaan pasti tidak akan kelabakan dalam menghadapinya serta tidak akan mengalami kerugian dalam jumlah yang relatif besar. Dilain pihak untuk mengetahui tentang hubungan antara penambahan input dengan output yang dihasilkan maka dapat digunakan suatu fungsi yang dinamakan fungsi ”Return to Scale”. Dengan kata lain fungsi ini digunakan unutk mengetahui apakah penambahan faktor produksi yang dilakukan akan memberikan hasil yang melebihi penambahan input tersebut, ataukah hasil yang seimbang atau sebaliknya, hasil akan menurun seiring dengan penambahan input tersebut.


(37)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Dalam hal ini terdapat tiga jenis fungsi return to scale (Walter Nicholson, 1994, Hal 218).

Untuk ketiga kasus diatas, dapat dirumuskan dengan :

Y = aX1b1X2b2e

Dari persamaan diatas maka :

1. Decreasing return to scale terjadi bila (b1+b2) < 1

Berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi. Dengan kata lain proporsi pertambahan hasil adalah lebih rendah dibanding proporsi penambahan faktor produksi.

2. Constant Return to Scale terjadi bila (b1+b2) = 1

Berarti proporsi penambahan faktor produksi adalah proporsi terhadap pertambahan produksi yang dihasilkan. Dengan kata lain bahwa pertambahan hasil itu adalah seimbang dengan pertambahan faktor produksi.

3. Increasing Return to scale terjadi bila (b1+b2) > 1

Berarti proporsi pertambahan hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari pada penambahan faktor produksi yang dilakukan.

Untuk sebuah perusahaan pada umumnya menginginkan fungsi return to scale yang kedua dan ketiga. Alasannya adalah bahwa untuk kasus fungsi Decreasing

Return to Scale (1), biasanya perusahaan akan rugi. Sementara untuk fungsi yang

kedua dan ketiga, perusahaan berada pada posisi yang berimbang (tidak untung dan tidak rugi) atau mungkin juga untung (III).


(38)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Hal ini juga dikaitkan dengan masalah produktivitas perusahaan, yakni keluaran rata-rata yang dihasilkan oleh tiap unit (satuan) fungsi produksi. Dimana produktivitas yang tinggi merupakan dambaan semua perusahaan, artinya tiap unit faktor produksi dapat menghasilkan output yang lebih tinggi dibanding perusahaan lainnya. Dengan demikian tambahan (kelebihan) hasil yang diperoleh tersebut akan membuat perusahaaan itu lebih unggul atas perusahaan lainnya. Tinggi rendahnya produktivitas perusahaan banyak ditentukan oleh kualitas manusia yang bekerja/ tenaga kerjanya. Syarat yang dibutuhkan untuk terciptanya produktivitas yang tinggi adalah tingkat pendidikan yang dimiliki, berarti semakin tinggi pendidikian karyawan biasanya produktivitas yang dihasilkan juga akan naik.

Dengan kondisi seperti ini, dimana perusahaan mengharapkan tenaga kerja dengan keahlian (skill) yang tinggi maka faktor produksi tenaga kerja mungkjin saja dijadikan sebagai prioritas utama dalam pengembangan perusahaan. Hal ini bukan berarti faktor produksi lainnya menjadi tidakperlu. Namun tenaga manusia akan dijadikan sebagai pengontrol faktor produksi lainnya, sehingga akan tercipta efisiensi, produksi, produktivitas yang tinggi sekaligus akan memberikan kenaikan pendapatan dan laba perusahaan.

2. 2. 4 Pengertian Penerimaan

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi


(39)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue.

Anda bisa melihat sekitar lingkungan tempat tinggal Anda, seperti seseorang menjajakan goreng pisang atau lainnya, maka akan diterima sejumlah uang dari penjualan goreng pisang tersebut dan ini merupakan penerimaan bagi orang tersebut.

Dari contoh di atas misalkan penjual pisang goreng tersebut memperoleh uang 20.000,- dan harga pisang goreng perbuah Rp. 200,00 maka jumlah pisang goreng yang dijual sebanyak 100 pisang goreng. Oleh sebab itu jumlah penerimaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk (barang yang dihasilkan) dan harga produk tersebut. Jadi semakin banyak jumlah barang yang dijual semakin besar jumlah penerimaan.

2. 3 Ketenagakerjaan

2. 3. 1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja.


(40)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi.Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Tenaga kerja menurut Payaman Simanjutak adalah ”Penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas maksimum”.

Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Pengertian penduduk yang bekerja adalah :

1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.


(41)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

2. Mereka yang sebelum seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja karena menunggu masa panen dan orang-orang yang bekerja dibidang keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok penganggur adalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.

2. 3. 2 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam pasar tenaga kerja adalah, ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah (Kusumosuwidho,1981). Ketidakseimbangan itu dapat berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya excess supply of

labor) dan sebaliknya, permintaan lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja


(42)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

W W

SL

SL

SL

E Excess SL

We W1

D

DL

0 Ne 0 N1 N2

(1) (2)

W

SL

W2

Excess DL DL

0 N3 N4

Gambar 2.3

Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Keterangan :

SL = Penawaran Tenaga Kerja (Supply of labor) DL = Permintaan Tenaga Kerja (Demand of labor) W = Upah riil


(43)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Penjelasan Gambar :

1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian titik keseimbangan adalh di titik E. Disini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment

2. Pada ganbar kedua terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1, penawaran kerja (SL) lebih besar daripada permintaan akan tenaga kerja

(DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang

yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.

3. Pada gambar ketiga terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat W2

permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3, sedangkan yang diminta adalah


(44)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Ada beberapa faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja yaitu antara lain :

1. Elastisitas permintaan output terhadap laju perubahan harga output, ketika harga output meningkat namun diikuti peningkatan permintaan output maka permintaan tenaga kerja akan tetap meningkat.

2. Perbandingan biaya untuk input tenaga kerja dengan total biaya. Apabila perbandingannya meningkat maka input tenaga kerja yang dipergunakan akan meningkat pula.

3. Kemampuan substitusi oleh input lain. Misalnya input modal teknologi, jika penggunaan teknologi lebih efisien dan efektif daripada penggunaan tenaga kerja maka akan terjadi penurunan permintaan tenaga kerja.

4. Elastisitsas penawaran input lain. Apabila input lain lebih elastis tehadap perubahan harga dibanding input tenaga kerja maka permintaan tenaga kerja akan menurun.

The law of diminishing return (hukum hasil lebih yang semakin berkurang)

menyatakan hubungan antara input produksi (misalnya tenaga kerja) dengan output. Secara spesifik, hukum hasil yang semakin berkurang mengatakan bahwa kita akan

memperoleh semakin sedikit tambahan output bila kita menambah secara terus menerus sejumlah yang sama tambahan input, sementara tetap mempertahankan input yang lainnya.

Hukum atau kaidah ini merupakan hubungan ekonomi penting yang sering mendapat sorotan luas. Namun harus diingat, hal ini tidaklah selalu berlaku secara


(45)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

universal pada semua tingkat teknologi. Penambahan beberapa unit pertama akan memberikan tambahan output yang semakin meningkat, karena sejumlah tenaga kerja tertentu memang dibutuhkan, akan tetapi pada tahap-tahap berikutnya hukum hasil yang lebih yang semakin berkurang, akan berlaku pada sebagian besar tingkat teknologi.

Sebagai rangkumannya, hukum hasil lebih yang semakin berkurang ( law of

diminishing return) pada intinya menyatakan bahwa penambahan suatu input,

semetara input-input lain tetap, akan meningkatkan total produksi. Akan tetapi penambahan total output itu cenderung berkurang dari waktu ke waktu.

2. 4 Modal

Yang dimaksud dengan modal adalah dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjama

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi produksi. Misalnya


(46)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.

2. 5 Jam Kerja

2. 5. 1 Pilihan Antar Waktu

Banyak keputusan dalam ekonomi yang memperhatikan masalah waktu. Konsumen harus memilih antara tingkat pengeluaran (konsumsi) pada periode waktu sekarang atau pada masa yang akan datang. Perusahaan juga harus memilih apakah akan berproduksi sekarang atau pada masa yang akan datang. Baik rumah tangga maupun perusahaan-perusahaan harus membuat keputusan pembelian barang-barang


(47)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

yang akan habis dikonsumsi selama jangka waktu tertentu (barang tahan lama). Barang-barang tahan lama tersebut sering juga disebut durable goods. Misalnya mobil, kulkas, rumah dan sebagainya. Keputusan-keputusan mengenai pengalokasian sumber daya selama beberapa waktu yang berbeda tersebut disebut pilihan antar waktu.

2. 5. 2 Produksi Antar Waktu

Dalam perekonomian yang subsisten (misalnya perekonomian Robinson Crusoe), konsumen juga bertindak sebagai produsen. Sebelum barang-barang yang dipertukarkan, terlebih dahulu harus diproduksikan. Kurva batas kemungkinan produksi akan menggantikan garis anggaran sebagai kendala untuk memaksimalkan kepuasan (utilitas). Jumlah konsumsi yang ”dilupakan” sekarang bisa diinvestasikan untuk produksi barang pada masa yang akan datang.

2. 5. 3 Kemungkinan-Kemungkinan Antar-Waktu

Batas kemungkinan produksi antar waktu atau intertemporal production

possibility boundary (PBB) menunjukkan kombinai barang-barang atau claims yang

bisa dihasilkan selama dua periode waktu, t0 dan t1, dengan asumsi-asumsi tertentu. Batas tersebut menganggap bahwa teknologi dan endowments sumber daya mula-mula konstan dan sumber daya tersebut digunakan secara penuh dan efisien.


(48)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Data dan atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu. Dalam BAB III ini akan dikemukakan mengenai proses pengumpulan data tersebut serta rencana pengolahannya.

3. 1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Tebing Tinggi Sumatera Utara. Penelitian ini mencakup usaha kecil jenis pedagang yang diwakili 4 jenis usaha saja yaitu; Pedagang Ikan Asin, Pedagang Sembako, Pedagang Peralatan Dapur, dan Pedagang Jajanan.

3. 2. Populasi dan Sampel a) Populasi

Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil yang ada di Kota Tebing Tinggi. Jumlah dari populasi ini sendiri adalah tak hingga karena belum ada data konkret yang di keluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang mengenai jumlah dari para pelaku usaha kecil tersebut.


(49)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

b) Sampel

Mengingat populasi penelitian ini banyak maka untuk efesiensi waktu, biaya dan tenaga akan dilakukan sampling terhadap populasi yang dianggap mewakili populasi secara keseluruhan dalam penelitian. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sample berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 usaha kecil yang terdiri dari 4 (empat) jenis usaha kecil dan dari tiap jenis usaha kecil diambil sebanyak 15 sample.

Tabel 3. 1

Distribusi Sample Jenis Pedagang Pedagan

Ikan Asin

Pedagang Sembako

Pedagang Jajanan

Pedagang Peralatan Dapur

1 1 1 1

2 2 2 2

3 3 3 3

4 4 4 4

5 5 5 5

6 6 6 6

7 7 7 7

8 8 8 8

9 9 9 9

10 10 10 10

11 11 11 11

12 12 12 12

13 13 13 13

14 14 14 14


(50)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

3. 3. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer atau data lapangan.

- Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), penelitian ilmiah sebelumnya dan tulisan-tulisan ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

- Data primer diperoleh penulis dengan melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.

b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.

c. Depth Interview, melakukan wawancara atau tanya jawab langsung kepada

para responden.

3. 4. Model Analisis

Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana pengaruh faktor modal usaha (K), tenaga kerja (L), dan jam kerja (T) terhadap Penerimaan usaha kecil di kota Tebing Tinggi dengan menggunakan analisis regresi berganda karena variabel dependen dipengaruhi tiga variabel independen. Dalam pengolahan data penelitian ini akan menggunakan program komputer e-views 5.0.


(51)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Fungsi matematikanya adalah Fungsi Cobb Douglas sebagai berikut:

Y = K 1 L 2 T 3………. 1)

Kemudian fungsi diatas ditransformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda dalam bentuk Logaritma sebagai berikut :

logY = g + 1log K + 2log L + 3log T + ………. 2)

Dimana :

Y = Penerimaan Usaha Kecil (Rupiah) α = Intercept/Konstanta

K = Modal Usaha (Rupiah) L = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) T = Jam Kerja (Jam)

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi

µ = Error Terms

3. 5. Test of Goodness of Fit

Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3. 5. 1 Koefisien Determinasi (R²)

Uji ketepatan perkiraan (R²) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R² merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1 (0 ≤R²≤1). Koefisien determinasi


(52)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan pekiraan model.

3. 5. 2 Uji F (Overall Test)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang dipakai sebagai berikut:

• Ho: b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

• Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Cara menentukan kriteria dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel sebagai berikut:

Jika F hitung > dengan F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen begitu pula sebaliknya.

3. 5. 3 Uji t (Partial Test)

Uji statistik t (uji parsial) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut:

• Hipotesis nol atau Ho: bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.


(53)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

• Hipotesis alternatif atau Ha: bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka menolak Ho dan menerima Ha artinya ada pengaruh antara variabel dependen

terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan adalah = 1 %, = 5%, = 10 %, dan begitu pula sebaliknya.

3. 6. Uji Asumsi Klasik 3. 6. 1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ

tersebut normal maka koefesien OLS ( OLS) juga tersebar normal dengan demikian

Y juga normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara µ, dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque Berra). Error term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel chi square (derajat bebas, alpha).

Hipotesis yang dipakai adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai JB lebih besar dari tabel chi square, berarti sebaran error (µ) dan Y tidak normal dan Ho ditolak sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih kecil dari nilai tabel chi square berarti sebaran error (µ) dan Y normal.


(54)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

3. 6. 2 Uji Linieritas

Uji linieritas sangat penting, karena uji ini sekaligus dapat melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, specification error atau mis-spesification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey atau Ramsey

RESET Test (Wahyu Ario Pratomo, 2007 :93).

3. 6. 3 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan kesimpulan yang diambil keliru. Multikolinearitas yang berat dapat mengubah tanda koefisien regresi yang seharusnya bertanda (+) berubah (-) atau sebaliknya. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu

1). Melakukan regresi model lengkap Y = f (X1…Xn) sehingga kita mendapatkan R square;

2). Melakukan regresi X1 terhadap seluruh X lainnya, maka diperoleh nilai Ri square (regresi ini disebut auxiliary regression); dan

3). Membandingkan nilai Ri square dengan R square. Hipotesa yang dapat dipakai adalah Ho diterima apabila Ri square < R square model pertama berarti tidak


(55)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

terjadi multikolinearitas dan Ha diterima apabila Ri square > R square model pertama berarti terjadi masalah multikolinearitas.

3. 6. 4 Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu kondisi dimana sebaran atau variance ( 2) dari error term (µ) tidak konstan sepanjang observasi. Jika harga X makin besar maka sebaran Y makin lebar atau makin sempit.

Untuk menguji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White sebagai berikut:

1). Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk (estimasi error);

2). Lakukan regresi auxiliary kita dapatkan nilai R² dari regresi ini kemudian kita hitung X² dengan rumus n x X²;

3). Dibandingkan X² dari regresi diatas dengan nilai chi square dengan derajad bebas 2 dan alpha 1 %.

Jika R² x n lebih besar dari nilai tabel chi square (alpha, df) berarti terjadi heteroskedastisitas jika sebaliknya berarti tidak heteroskedastisitas.


(56)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

3. 7. Defenisi Operasional

a. Usaha kecil dalam penelitian ini didefinisikan sesuai dengan UU No 20 Tahun 2008 ; adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

b. Penerimaan adalah total penjualan usaha kecil dalam satu bulan dengan satuan Rupiah (Rp).

c. Modal usaha adalah jumlah modal dalam bentuk uang tunai yang dibutuhkan usaha kecil dalam operasinya dengan satuan Rupiah (Rp).

d. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang dipekerjakan dalam suatu usaha kecil termasuk pemilik yang terjun langsung dalam usahanya dengan satuan orang

e. Jam kerja adalah lamanya waktu yang digunakan oleh usaha kecil dalam


(57)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4. 1. Deskripsi Daerah Penelitian

4. 1. 1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi a) Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari tujuh kota yang ada di Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 km dari Kot dan Komunikasi Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 29 Kabupaten / Kota di Sumatera Utara serta terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige, dan Siborong – Borong.

Kota Tebing tinggi terletak di antara 30.19’ - 30.21’ Lintang Utara dan 980.11’ - 980.21’ Bujur Timur dengan batas – batas :

• Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang

Bedagai

• Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Payu

Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai

• Sebelah Timur dengan PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun


(58)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

• Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan PERDA Kota Tebing Nomor: 15 Tahun 2006, Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 35 (tiga puluh lima) kelurahan dengan luas wilayah 38,438 Km2. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan terluas di Kota Tebing Tinggi dengan luas 11, 441 Km2 atau 29, 76 % dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar (50,99%) lahan Kota Tebing Tinggi dipergunakan sebagai lahan pertanian (Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi).

Tabel 4. 1

Luas wilayah, Jumlah Kelurahan, dan Jumlah Lingkungan di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Kelurahan

Jumlah Lingkungan

1 Padang Hulu 8,511 7 39

2 Tebing Tinggi Kota 3,473 7 43

3 Rambutan 5,935 7 25

4 Bajenis 9,078 7 32

5 Padang Hilir 11,441 7 34

Jumlah 38,438 35 173

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

b) Kondisi Demografi

Pada pertengahan tahun 2007, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi sebanyak 139.409 jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak 31.829 rumahtangga. Dengan luas wilayah Kota Tebing Tinggi yang hanya 38,438 Km2, maka tingkat kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi mencapai 3.626 jiwa / Km2.


(59)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari juklah penduduk perempuan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 68.712 jiwa (49,29%) dan penduduk perempuan 70.697 jiwa (50.71%). Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) penduduk Kota Tebing Tinggi sebesar 97,19 %, yang berarti hanya ada 97 orang laki-laki dalam 100 penduduk perempuan.

Sebagian besar penduduk Kota Tebing Tinggi berdomilsili di Kecamatan Bajenis (21,72%), di Kecamatan Tebing Tinggi Kota 21,36%, di Kecamatan Rambutan 19,83%, sedangkan 19,67% di Kecamatan Padang Hilir dan sisanya sebesar 17,41% tinggal di Kecamatan Padang Hulu.

Tabel 4. 2

Luas wilayah, Penduduk,dan Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Penduduk (Jiwa)e)

Kepadatan (Jiwa/Km2)

1 Padang Hulu 8,511 24,277 2.852

2 Tebing Tinggi Kota 3,473 27.647 4.658

3 Rambutan 5,935 27.419 2.396

4 Bajenis 9,078 29.783 8.576

5 Padang Hilir 11,441 30.283 3.336

Jumlah 38,438 139.409 3.626

Catatan : e) Angka perkiraan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

Penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) di Kota Tebing Tinggi mencapai 65,42% dari total jumlah penduduk. Sementar penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 64 tahun keatas) sebanyak 38,68%.


(60)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4. 3

Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2007

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

1 0-4 6.085 5.631 11.716

2 5-9 7.179 7.137 14.306

3 10-14 7.698 7.583 15.281

4 15-19 7.803 6.358 14.159

5 20-24 6.606 5.743 12.349

6 25-29 5.358 6.579 11.937

7 30-34 5.045 5.743 10.788

8 35-39 4.474 5.353 9.827

9 40-44 4.160 4.906 9.066

10 45-49 4.005 4.907 8.912

11 50-54 3.537 2.955 6.492

12 55-59 2.237 2.509 4.746

13 60-64 1.197 1.728 2.925

14 65-69 1.664 1.394 3.058

15 70-74 728 1.282 2.010

16 75+ 936 891 1.827

Jumlah 68.712 70.697 139.409

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

c) Tenaga Kerja

Pada tahun 2007, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 91.445 orang, yang terdiri dari 51.200 orang angkatan kerja dan 40.245 orang yang bukan angkatan kerja (penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga). Dari seluruh angkatan kerja, penduduk yang bekerja ada sebanyak 45.230 orang, sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 5.970 orang.


(61)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4. 4

Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin 2007

No Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Angkatan Kerja 35.466 15.734 51.200

- Bekerja 31.836 13.394 45.230

- Mencari Pekerjaan 3.630 2.340 5.970

2 Bukan Angkatan Kerja 8.094 32.151 40.245

Jumlah 43.560 47.885 91.445

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

Sebagian besar pendudduk Kota Tebing Tinggi bekerja di sector perdagangan (36,79%) dan jasa-jasa (25,02%), pada sector industri pengolahan (9,23%), dan sector klainnya 24,94%.

Tabel 4. 5

Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin 2007

No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 1.587 231 1.818

2 Industri Pengolahan 3.521 653 4.174

3 Perdagangan 10.396 6.246 16.642

4 Jasa Kemasyarakatan 5.745 5.570 11.315

5 Lainnya 10.587 694 11.281

Jumlah 31.836 13.394 45.230 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

d) Tanaman Pangan

Komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kota Tebing Tinggi meliputi padi sawah, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi tanaman bahan makanan yang masih relative banyak di Kota Tebing Tinggi adalah padi sawah dan ubi kayu.


(1)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Hasil Estimasi Dependent Variable: LY

Method: Least Squares Date: 03/11/09 Time: 14:57 Sample: 1 60

Included observations: 60 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob. C 2.527009 2.003372 1.261378 0.2124 LK 0.521457 0.099417 5.245154 0.0000 LL 0.316543 0.105032 3.013770 0.0039 LT 1.044353 0.270026 3.867603 0.0003 R-squared 0.726814 Mean dependent var 18.42931 Adjusted R-squared 0.712179 S.D. dependent var 0.248003 S.E. of regression 0.133051 Akaike info criterion

-1.131828 Sum squared resid 0.991344 Schwarz criterion

-0.992205 Log likelihood 37.95484 F-statistic 49.66278 Durbin-Watson stat 1.148953 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Lampiran 4

Uji Normalitas

0 2 4 6 8 10

-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2

Series: Residuals Sample 1 60 Observations 60

Mean -3.34E-15 Median 0.013189 Maximum 0.210842 Minimum -0.301131 Std. Dev. 0.129624 Skewness -0.492180 Kurtosis 2.881704 Jarque-Bera 2.457398 Probability 0.292673


(3)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Uji Linearitas Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.747647 Probability 0.390978

Log likelihood ratio 0.810122 Probability 0.368084 Test Equation:

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 03/13/09 Time: 09:49 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -70.69930 84.71119 -0.834592 0.4076

LK 6.222442 6.594032 0.943647 0.3495

LL 3.759020 3.982671 0.943844 0.3494

LT 12.36887 13.09978 0.944204 0.3492

FITTED^2 -0.294588 0.340695 -0.864666 0.3910 R-squared 0.730478 Mean dependent var 18.42931 Adjusted R-squared 0.710876 S.D. dependent var 0.248003 S.E. of regression 0.133352 Akaike info criterion -1.111997 Sum squared resid 0.978049 Schwarz criterion -0.937468 Log likelihood 38.35990 F-statistic 37.26615 Durbin-Watson stat 1.146464 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Lampiran 6

Uji Multikolinearitas Dependent Variable: LK

Method: Least Squares Date: 03/13/09 Time: 09:39 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.66938 1.961112 6.970220 0.0000

LL 0.632569 0.112078 5.643981 0.0000 LT 0.573839 0.351635 1.631917 0.1082 R-squared 0.439542 Mean dependent var 18.01620 Adjusted R-squared 0.419877 S.D. dependent var 0.232734 S.E. of regression 0.177264 Akaike info criterion -0.573647 Sum squared resid 1.791084 Schwarz criterion -0.468929 Log likelihood 20.20940 F-statistic 22.35127 Durbin-Watson stat 0.667399 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LL Method: Least Squares Date: 03/13/09 Time: 09:40 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.28269 2.127843 -4.832449 0.0000 LK 0.566740 0.100415 5.643981 0.0000 LT 0.306455 0.338095 0.906417 0.3685 R-squared 0.421692 Mean dependent var 1.681241 Adjusted R-squared 0.401400 S.D. dependent var 0.216865 S.E. of regression 0.167787 Akaike info criterion -0.683535 Sum squared resid 1.604694 Schwarz criterion -0.578817 Log likelihood 23.50604 F-statistic 20.78169 Durbin-Watson stat 1.391569 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Method: Least Squares Date: 03/13/09 Time: 09:40 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.242316 0.806194 5.262153 0.0000

LK 0.077786 0.047665 1.631917 0.1082

LL 0.046366 0.051153 0.906417 0.3685

R-squared 0.138743 Mean dependent var 5.721671 Adjusted R-squared 0.108524 S.D. dependent var 0.069123 S.E. of regression 0.065264 Akaike info criterion -2.572038 Sum squared resid 0.242787 Schwarz criterion -2.467321 Log likelihood 80.16114 F-statistic 4.591185 Durbin-Watson stat 2.148498 Prob(F-statistic) 0.014167


(6)

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009

Lampiran 7

Uji Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.373192 Probability 0.225430

Obs*R-squared 11.89126 Probability 0.219509 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 03/13/09 Time: 09:51 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -66.12355 39.76967 -1.662663 0.1026

LK 1.970615 3.462954 0.569056 0.5719

LK^2 -0.053507 0.080262 -0.666652 0.5081 LK*LL 0.163365 0.182101 0.897114 0.3740 LK*LT -0.062682 0.295593 -0.212056 0.8329 LL -4.168541 3.552006 -1.173574 0.2461 LL^2 -0.056518 0.108424 -0.521270 0.6045 LL*LT 0.249357 0.276207 0.902788 0.3710

LT 18.18022 8.967166 2.027421 0.0480

LT^2 -1.518975 0.797888 -1.903744 0.0627 R-squared 0.198188 Mean dependent var 0.016522 Adjusted R-squared 0.053861 S.D. dependent var 0.022856 S.E. of regression 0.022232 Akaike info criterion -4.623569 Sum squared resid 0.024713 Schwarz criterion -4.274512 Log likelihood 148.7071 F-statistic 1.373192 Durbin-Watson stat 1.771907 Prob(F-statistic) 0.225430