Berdasarkan hal tersebut maka penulis memeriksa kadar tablet parasetamol sebagai tugas akhir dengan judul ”Penetapan Kadar Parasetamol Pada
Sediaan Tablet Parasetamol Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT”. 1.2
Perumusan masalah
Permasalahannya adalah apakah kadar parasetamol yang terkandung dalam obat sediaan oral telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope
Indonesia FI Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0.
1.3 Hipotesa
Tablet parasetamol PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV 1995.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Adapun tujuan penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol secara KCKT untuk mengetahui apakah sediaan tablet parasetamol
PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV 1995.
1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penetapan kadar parasetamol ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar sediaan tablet parasetamol PT. Kimia
Farma Persero Tbk. Plant Medan apakah telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
Nyeri dapat merupakan gejala dari hampir semua penyakit.Walaupun kadang-kadang sangat menyiksa, nyeri sangat berharga sebagai petunjuk untuk
membantu diagnosis dan sebagai peringatan tentang adanya sesuatu yang tidak beres pada tubuh Harkness, 1989.
Nyeri dikategorikan sebagai superfisial permukaan, viseral dalam, atau somatik.Nyeri superfisial berasal dari kulit atau membran mukosa dan biasanya
terasa pedih dan terlokalisasi.Nyeri viseral lebih dalam, berasal dari sistem organ seperti lambung atau ginjal.Nyeri somatik berasal dari otot kerangka, sendi, atau
ligament dan biasanya merupakan nyeri yang tumpul, menusuk dan tidak terlokalisasi secara nyata – contohnya sakit kepala, sakit gigi, artritis, dan nyeri
otot Harkness, 1989. Obat penghilang rasa nyeri dibagi dalam dua kelompok: non-narkotika dan
narkotika. Penghilang nyeri golongan non-narkotika seperti asetaminofen dan aspirin sedangkan penghilang nyeri golongan narkotika seperti kodein, meperidin,
oksikodon dan pentazosin Harkness, 1989.
2.2 Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen. Panadol Winthrop, Tempra M.J. adalah metabolit fenasetin dengan khasiat analgetik dan antipiretik yang sama sedikit
lebih lemah. Sifat-sifat farmakokinetiknya lebih kurang sama dengan fenasetin, efek-efek sampingnya lebih ringan, khususnya tidak nefrotoksis dan tidak
menimbulkan euforia dan ketergantungan psikis. Karena tidak menimbulkan pendarahan lambung seperti asetosal, maka pada tahun-tahun terakhir parasetamol
banyak sekali digunakan di Indonesia sebagai analgetikum-antipiretikum yang aman Tjay, 1986.
Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Analgetik obat penghilang rasa nyeri ialah obat yang digunakan untuk
mengurangimenekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala, otot, perut, gigi dan sebagainya tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Karena khasiat dari obat
analgetika ini dapat mengurangi rasa sakitnyeri, maka obat analgetika ini menjadi sangat popular dan disenangi oleh masyarakat, meskipun tidak dapat
menyembuhkanmenghilangkan penyakit dari penyebabnya Widjajanti,1988.
2.2.1 Penggunaan Parasetamol
Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri dan menurunkan suhu badan yang tinggi.Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri
haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat
ringan, sedangkan untuk sakit yang berat misal: sakit karena batu ginjal dan batu empedu, kanker perlu menggunakan jenis obat keras, dan untuk demam yang
berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter Widodo, 2004.
2.2.2 Efek Samping Parasetamol
Namun penggunaannya tetap harus dengan hati-hati, karena dosis dari 6- 12 g sudah dapat merusak hati secara fatal.Hal ini disebabkan oleh karena
terbentuknya metabolit toksis di dalam hati. Keuntungan lain dari parasetamol dibandingkan dengan fenasetin adalah kelarutannya dalam air, sehingga dapat
digunakan dalam sediaan-sediaan cair. Terhadap intoksikasi dapat digunakan N- asetil-sistein Fluimucil atau metionin pada pasien-pasien borok-lambung Tjay,
1986. Dosis: 4-6 kali sehari 325-650 mg, biasanya bersama kofein 50 mg yang
memperkuat khasiatnya, maksimal 4 g sehari. Anak-anak tergantung dari usia, 60- 120 mg beberapa kali sehari, maksimal 1,2-2,4 g sehari Tjay, 1986.
Tablet asetaminofen atau tablet parasetamol, tiap tablet mengandung acetaminophenum 500 mg dan zat tambahan yang cocok
secukupnya.Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Dosis 1 sampai 4 kali sehari 1 tablet Depkes RI, 1978.
Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak
berkaitan. Tidak seperti asetosal, asetaminofen tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung.Sebagai obat
antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salisilamid maupun asetaminofen Sartono, 1996.
Asetaminofen memiliki efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak.Untuk anak-anak dibawah umur dua tahun sebaiknya digunakan
asetaminofen, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi asetosal dengan
asetaminofen bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri Sartono, 1996.
Sebagian obat bebas pereda nyeri dan demam juga berkhasiat anti peradangan seperti untuk encok. Obat bebas pereda nyeri dan demam yang
beredar di pasaran adalah: 1.
Parasetamol atau asetaminofen, berkhasiat meredakan nyeri, menurunkan panasdemam
2. Asetosal atau aspirin, berkhasiat meredakan nyeri, menurunkan
panasdemam, dan anti radang 3.
Ibuprofen, berkhasiat meredakan nyeri kekuatan sedang, menurunkan panasdemam, anti radang kekuatan sedang.
Obat-obat ini hanya berfungsi meredakan gejalanya saja, tidak menyembuhkan penyakit yang mendasarinyapenyebab penyakit.Bila sakit
berlanjut lebih dari 2 hari demam dan 5 hari nyeri atau gejala makin berat, periksalah ke dokter. Jangan gunakan bersama obat lain yang juga mengandung
obat ini biasanya obat-obat flu dan batuk Widodo, 2004. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan Parasetamol yaitu:
a. Kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
b. Makanlah bersama dengan makanan atau susu
c. Selama menggunakan obat ini hindari dari minum alkohol. Minumlah
air yang banyak kira-kira 2 liter per hari
d. Pemakaian untuk dewasa tidak boleh lebih dari 10 hari terus menerus
dan anak-anak tidak boleh lebih dari 5 kali sehari selama 5 hari
2.2.3 Interaksi-interaksi yang Terjadi Pada Obat Parasetamol
Interaksi-interaksi yang terjadi pada obat parasetamol yaitu: a.
Parasetamol - Alkohol. Interaksi ini dapat merusak hati. Interaksi mungkin hanya terlihat nyata
pada mereka yang secara teratur minum banyak alkohol dan sejumlah besar sediaan parasetamol.
b. Parasetamol - Makanan berkarbohidrat
Efek asetaminofen dapat berkurang. Asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya: nyeri atau demam mungkin
tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat: roti, biskuit, korma, jeli, dan lain sebagainya Harkness, 1989.
2.2.4 Tinjauan Tentang Bahan Obat
1. Latar belakang bahan obat
1. Nama bahan obat : Parasetamol 2. Nama kimia
: 4-hidroksiasetanilida {103-90-2} 3. Struktur kimia
: C
8
H
9
NO
2
4. BM : 151,16
5. Kemurnian : Mengandung 98,0-101,0 C
8
H
9
NO
2
yang dihitung terhadap zat anhidrat
6. Efek terapeutik : Obat ini merupakan suatu metabolit dari fenasetin
dan asetanilida yang digunakan sebagai analgesik
dan antipiretik. Obat ini efektif pada berbagai jenis keadaan artritis dan rematik, termasuk nyeri otot
rangka dan dada, nyeri kepala, dismenoria, myralgia, dan neuralgia. Asetaminofen sebagian
berguna sebagai analgesik dan antipiretik pada pasien yang sensitif terhadap aspirin dan yang
memiliki pengalaman terhadap reaksi yang tidak diinginkan dari aspirin.
7. Dosis pemakaian : a. biasa dewasa oral 300-1.000 mg, 34 kali sehari
b. biasa pediatris oral 175 mgm
2
kali permukaan tubuh, terdiri dari: • 60 mg, 3-4 dd anak usia dibawah 1 tahun
• 60-120 mg, 3-4 dd anak usia 1-2 tahun • 120 mg, 3-4 dd anak usia 3-5 tahun
• 150-325 mg, 3-4 dd anak usia 6-12 tahun 2.
Tinjauan farmakologi bahan obat 1.
Indikasi : Analgesik dan antipiretik. Sebagai analgesi
parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan bisa menimbulkan
nefropati analgesik 2.
Kontraindikasi : Disfungsi ginjal atau hati
3. Efek samping
: Eritem serta urtikaria, dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun
dapat menyebabkan nefropati analgesik. Organoleptik
1. Warna : Putih
2. Bau : Tidak berbau
3. Rasa : Sedikit pahit
Karakteristik fisikfisikomekanik 1. Titik lebur
: 168-172 ˚C
Karakteristik fisikokimia 1. Kelarutan
Larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mendidih, 7-10 bagian alkohol, 9 bagian propilen glikol, sangat mudah larut dalam kloroform,
praktis tidak larut dalam eter dan larut dalam larutan alkali hidroksida. 2. Stabilitas larutan
a. terhadap pelarut : Parastamol sangat stabil di dalam air
b. terhadap pH : Waktu paruh dalam larutan terdapat pada
pH 6 diperkirakan selama 21,8 tahun; penurunannya dikatalisis oleh asam dan basa;
waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2, dan 28 tahun pada pH 9 Widodo, 2013.
Farmakoinetik.Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh.Dalam plasma, 25 parasetamol terikat protein plasma.Obat ini dimetabolisme oleh
enzim mikrosom hati.Sebagian asetaminofen 80 dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.Selain itu kedua obat ini
juga dapat mengalami hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.Obat ini diekskresi
melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol 3 dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Setiabudy, 2007.
2.2.5 Penetapan Kadar Parasetamol Secara KCKT
Penetapan kadar parasetamol. Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi.
Fase gerak.Buat campuran air-metanol P 3:1, saring dan awaudarakan.Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti
yang tertera pada kromatografi. Larutan baku. Timbang seksama sejumlah parasetamol BPFI, larutkan
dalam fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml. Larutan uji.Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.Timbang
seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 200 ml, tambahkan lebih kurang 100 ml fase
gerak, kocok seksama 10 menit, encerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.Pipet 5 ml larutan kedalam kedalam labu tentukur 250 ml, encerkan dengan
fase gerak sampai garis tanda. Saring larutan melalui penyaring dengan porositas
0,5µm atau lebih halus, buang 10 ml filtrat pertama. Gunakan filtrat sebagai larutan uji Depkes RI, 1995.
2.3 Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam
tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium kabonat CaCO
3
. Saat ini kromatogafi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia
analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kulitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan industri dan
sebagainya. Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang menggunakan fase diam stationary phase dan fase gerak mobile phase Rohman, 2007.
2.3.1 Pembagian Kromatografi
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi: a kromatografi adsorbsi; b kromatografi partisi; c kromatografi pasangan ion; d kromatografi penukaran ion; e kromatografi
eksklusi ukuran; dan f kromatografi afinitas. Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibedakan atas:
a kromatografi kertas; b kromatografi lapis tipis KLT, yang keduanya sering disebut kromatografi planar; c kromatografi cair kinerja tinggi KCKT; dan d
kromatografi gas KG.
Kromatografi gas KG dan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT merupakan teknik kromatografi yang komplementer karena kromatografi gas
dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap, sementara KCKT dapat memisahkan komponen-komponen yang tidak mudah
menguap.Alat kedua kromatografi ini dapat dikendalikan degan komputer dengan software yang canggih dan berkemampuan untuk memisahkan sampai 100
komponen dalam campuran yang kompleks Rohman, 2007.
2.3.2 Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut HPLC Hight Performance Liquid Chromatography dikembangkan pada akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam
suatu sampel dalam sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangan
KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat dan analisis
senyawa-senyawa kiral Rohman, 2007.
2.3.3 Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian
impurities; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap non-volatil; penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan
pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama;
pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit trace elements, dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang
tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif Rohman, 2009.
KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa- senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-
protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa- senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan
farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi
sintetis. Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan Spektrometer Masa SM.Keterbatasan lainnya
adalah jika sampelnya sangat komlpeks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh Rohman, 2009.
2.3.4 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
KCKT dapat dianggap sebagai pelengkap KG. Dalam banyak hal keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang sama. Untuk KG
diperlukan pembuatan turunan senyawa, sedangkan KCKT dapat dilakukan tanpa pembuatan turunan senyawa.Untuk senyawa yang tidak tahan panas atau tidak
atsiri, KCKT merupakan pilihan yang tepat. Bagaimanapun, KCKT tidak akan menggantikan KG, sekalipun memang peranannya di laboratorium analisis
semakin lama semakin besar. Pembuatan turunan senyawa menjadi popular pula
pada KCKT karena cara itu dapat dipakai untuk meningkatkan kepekaan detektor UV-Vis yang biasa digunakan Johnson, 1991.
2.3.5 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Komponen-komponen utama pada KCKT adalah sebagai berikut, yaitu: wadah fase gerak, pompa untuk mengalirkan fase gerak, alat untuk memasukkan
sampel, kolom, detektor, wadah, penampung buangan fase gerak, tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator untuk mengolah data sinyal
sehingga diperoleh suatu kromatogram Rohman, 2012. Sistem instrumen standar untuk elusi isokratik terdiri atas:
i Reservoir pelarut
ii Sebuah pompa yang mampu memompa pelarut dengan tekanan sampai
4000 psi dan aliran hingga 10 mlmenit iii
Suatu injektor lengkung yang pas dengan lengkung bervolume tetap antara 1 dan 200 µl 20µl sering digunakan sebagai baku
iv Suatu kolom, yang biasanya berupa tabung baja dikemas, biasanya
dengan gel silika tersalut oktadesilsilan salut-ODS dengan diameter partikel rata-rata 3,5 atau 10 µm
v Suatu detektor, yang biasanya berupa detektor UVVisibel meskipun
untuk penerapan khusus tersedia berbagai macam detektor vi
Sistem penangakap data, yang dapat berupa suatu integrator komputisi atau sebuah komputer dengan piranti lunak yang sesuai memproses
data kromatografi
vii Kolom dihubungkan pada injektor dengan tabung berdiameter dalam
yang sempit lebih kurang 0,2 mm, untuk meminimalkan ‘volume mati’, yaitu ruang kosong didalam sistem ketika kromatografi tidak
terjadi dan pelebaran pita dapat terjadi melalui difusi longitudinal viii
Instrumen-instrumen memiliki injeksi sampel yang lebih canggih, memiliki injeksi sampel otomatis dan oven kolom serta mampu
mencampur dua pelarut atau lebih dalam berbagai perbandingan terhadap waktu untuk menghasilkan gradien fase gerak Watson,
2009.
BAB III METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industi PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.
Tanjung Morawa Km. 9 No. 59 Medan selama dua minggu yaitu pada tanggal 26 Januari 2015 sampai tanggal 06 Februari 2015.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Waters Detector 2489 Pump 1525, kolom bondapack C
18
3,9 x 300 mm, ultrasonic bath digital Merk ELMA Type D-78224, filter 0,45µm Phenex
NY, syringe injector, gelas ukur Pyrex 50 ml, beaker glass Pyrex 250 ml, labu tentukur Pyrex 100 ml dan 50 ml, pipet volum Pyrex 5 ml dan 2 ml, pipet tetes,
batang pengaduk, timbangan digital analytical balance Merk Sartorius, vial 10 ml, bola karet, lumpang dan alu.
3.3 Bahan-bahan