Metode Uji Disolusi Uji Disolusi

13 yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan basket dan mengapung dalam media, dan kesulitan konstruksi jika diupayakan metode yang diotomatisasi. 2. Metode Dayung Pada mulanya dikembangkan oleh Poole 1969, kemudian dimodifikasi melului karya ilmuwan di National Center for Drug Analysis NCDA, FDA di St. Louis Mo. Metode ini pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar bundar. Metode ini mengatasi banyak keterbatasan basket berputar, tetapi mensyaratkan presisi yang eksterm dalam geometri dayung, labu, dan perlakuan variasi yang tidak dapat diterima dalam data disolusi berikutnya bahkan perubahan yang sangat kecil dalam penempatan orientasi dayung. Metode ini sangat baik untuk sistem otomatis Siregar, 2010.

2.7.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi

Dengan menganalisa parameter-parameter persamaan Noyes dan Withney, maka faktor-faktor itu antara lain : 1. Pengaruh ukuran partikel Kecepatan disolusi berbanding lurus dengan luas permukaan zat aktif. 2. Pengaruh kelarutan zat aktif Kecepatan disolusi berbanding lurus dengan perbedaan Cs – C. Jadi, makin besar kelarutan zat aktif makin besar kecepatan disolusi Soewarni, 1985. 14

2.7.5 Formulasi medium disolusi

Idealnya, medium disolusi diformulasi sedekat mungkin dengan pH in vivo yang diantisipasi. Sebagai contoh, medium disolusi yang didasarkan pada 0,1 N HCl digunakan untuk menurunkan pH mendekati pH lambung. Hal ini disebabkan pH lambung manusia berada di sekitar nilai 1-3. Cairan disolusi lambung dapat pula digunakan. Makanan dapat meningkatkan pH lambung sampai 3-5. Beberapa cairan disolusi farmakope berada pada pH netral, walaupun dalam kenyataannya apabila tablet ditelan akan beradamencapai pH rendah lambung. Penggunaan surfaktan dan enzim dapat dipakai sebagai perkiraan kasar cairan intestinal walaupun surfaktan ditambahkan untuk menigkatkan kelarutan obat secara solubilitas miselar Agoes, 2008.

2.7.6 Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi

Farmakope Indonesia Ed. IV menyatakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan Siregar, 2010. Tabel 2.1 Tabel Penerimaan Hasil Uji Disolusi Tahap Jumlah Sediaan yang diuji Kriteria Penerimaan S 1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 S 2 6 Rata-rata dari 12 unit S 1 + S 2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15