7
2. Waktu Hancur Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul
lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak
terikat oleh satu bentuk. 3. Keseragaman Sediaan
Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan untuk kapsul lunak.
4. Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing – masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing – masing
monografi Depkes RI,1984.
2.5 Analgetika
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran perbedaan dengan
anestetika umum Tjay, 2007. Rasa sakit ialah suatu fenomena subjektif yang amat dipengaruhi oleh
penyebabnya, jenisnya dan individu tertentu. Rasa sakit ini merupakan sensasi yang timbul oleh karena stimulus yang berasal dari gangguan atau kerusakan
jaringan. Jadi rasa sakit ini penting untuk melindungi tubuh, oleh karena dengan adanya rasa sakit maka kita akan berusaha untuk menghindarkan ataupun
menyelamatkan diri Anwar,1973.
8
2.5.1 Penggolongan obat analgetika
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni :
a. Analgetika perifer non-narkotik, yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini
b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker Tjay, 2007.
Analgetika Non Narkotika yaitu obat – obat yang dapat menghilangkan
rasa sakitnyeri somatis. Obat – obat yang termasuk analgetika non narkotika :
I. Golongan Salisilat
II. Golongan Para – aminofenol
III. Golongan Pirazolon
IV. Golongan lain, misalnya : - Indomethacin
- Mefanamic acid
- Preparat – preparat campuran.
Analgetika narkotik ini merupakan bahan – bahan yang dapat
menimbulkan analgesia yang amat kuat dan dapat menimbulkan kecanduan. Pada umumnya bahan –bahan ini didapati dari opium
sehingga sering juga disebut opiate – analgesic. Obat – obat yang termasuk analgetik narkotik :
I. Opium
II. Morphine dan turunannya
9
III. Methadone dan turunannya Anwar,1973.
2.6 Piroksikam
Menurut Ditjen POM 1995, sifat fisika dan kimia piroksikam adalah sebagai berikut:
4-Hidroksi-2-metil-N-2- piridil-2H-1,2- benzotiazin-3-karboksamida 1,1- dioksida [36322-90-4]
Piroksikam mengandung tidak kurang dari 97,0 dan tidak lebih dari 103,0 Berat Molekul
: 331,35 Rumus Molekul
: C
15
H
13
N
3
O
4
S Pemerian
: Serbuk hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.
2.6.1 Indikasi
Menghilangkan rasa sakit, radang, dan gangguan muskuloskeletal akut seperti tendinitis, perartritis, serta sprains dan strains Sartono,1996.
10
2.7 Uji Disolusi
Uji disolusi merupakan suatu prosedur pengendalian mutu tetap dalam praktik Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Uji disolusi merupakan suatu
indikator sederhana dan tidak mahal untuk ketetapan fisik produk. Jika suatu bets sangat berbeda dari yang lain dalam karakteristik disolusinya, atau jika waktu
disolusi bets produk menunjukkan kecenderungan tetap menaik atau menurun, hal tersebut diduga suatu peringatan pasti bahwa beberapa faktor dalam bahan baku,
formulasi atau proses berada di luar kendali Siregar, 2010.
2.7.1 Alat uji disolusi
Alat uji disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari sediaannya. Pada dasarnya alat ini berfungsi mengekstraksi zat aktif dari
sediaannya dalam satuan waktu di bawah antar permukaan cairan solid, suhu, dan komposisi media yang dibakukan Siregar, 2010.
Pada prinsipnya, alat uji disolusi terdiri atas bejana dan tutup, yang berfungsi sebagai wadah yang mendisolusi zat aktif; pengaduk, motor pemutar
pengaduk; termometer; penangas air yang dilengkapi dengan thermostat Siregar, 2010.
2.7.2 Prosedur pengujian Disolusi
Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat dan
dibiarkan media disolusi mencapai temperatur 37
o
C. Satu tablet atau kapsul dicelupkan dalam keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah,
kemudian pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam
11
monografi. Pada interval waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari
keranjang berputar atau daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing – masing monografi
Depkes RI, 1995. Menurut Ditjen POM 1995, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan
yang tertera dalam masing-masing monografi: a.
Alat 1 Tipe Keranjang Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu
batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi keranjang berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm
−175 mm, diameter 98 mm
−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm
pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat
kecil yang diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di
dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37
o
± 0,5
o
C selama pengujian dan menjaga agar gerakan air halus dan tetap. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar,
untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas.
12
b. Alat 2 Tipe Dayung
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati
diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar
wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai
berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
2.7.3 Metode Uji Disolusi
Banyak metode untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari sediaanya. Antara lain yaitu metode keranjang dan dayung.
1. Metode Keranjang
Metode ini pada mulanya diusulkan oleh Pernaworski 1968 dan dimodifikasi menjadi metode resmi pertama yang diadopsi oleh USP
XVIII dan NF XIII pada tahun 1971. Metode basket berputar telah digunakan lebih dar 30 tahun dalam
pengujian yan gluas untuk ssemua jenis bentuk sediaan. Metode basket menunkukkan suatu upaya membatasi posisi bentuk
sediaan untuk memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap. Metode ini mempunyai beberapa
keterbatasan, yaitu kecenderungan zat bergerak menyumbat kasa basket, sangat peka terhadap gas terlarut dalam media disolusi, kecepatan aliran
13
yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan basket dan mengapung dalam media, dan kesulitan konstruksi jika diupayakan
metode yang diotomatisasi. 2.
Metode Dayung Pada mulanya dikembangkan oleh Poole 1969, kemudian dimodifikasi
melului karya ilmuwan di National Center for Drug Analysis NCDA, FDA di St. Louis Mo. Metode ini pada dasarnya terdiri atas batang dan
daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar bundar. Metode ini
mengatasi banyak keterbatasan basket berputar, tetapi mensyaratkan presisi yang eksterm dalam geometri dayung, labu, dan perlakuan variasi
yang tidak dapat diterima dalam data disolusi berikutnya bahkan perubahan yang sangat kecil dalam penempatan orientasi dayung.
Metode ini sangat baik untuk sistem otomatis Siregar, 2010.
2.7.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi
Dengan menganalisa parameter-parameter persamaan Noyes dan Withney, maka faktor-faktor itu antara lain :
1. Pengaruh ukuran partikel
Kecepatan disolusi berbanding lurus dengan luas permukaan zat aktif. 2.
Pengaruh kelarutan zat aktif Kecepatan disolusi berbanding lurus dengan perbedaan Cs – C. Jadi,
makin besar kelarutan zat aktif makin besar kecepatan disolusi Soewarni, 1985.
14
2.7.5 Formulasi medium disolusi
Idealnya, medium disolusi diformulasi sedekat mungkin dengan pH in vivo yang diantisipasi. Sebagai contoh, medium disolusi yang didasarkan pada 0,1 N
HCl digunakan untuk menurunkan pH mendekati pH lambung. Hal ini disebabkan pH lambung manusia berada di sekitar nilai 1-3. Cairan disolusi lambung dapat
pula digunakan. Makanan dapat meningkatkan pH lambung sampai 3-5. Beberapa cairan disolusi farmakope berada pada pH netral, walaupun
dalam kenyataannya apabila tablet ditelan akan beradamencapai pH rendah lambung. Penggunaan surfaktan dan enzim dapat dipakai sebagai perkiraan kasar
cairan intestinal walaupun surfaktan ditambahkan untuk menigkatkan kelarutan obat secara solubilitas miselar Agoes, 2008.
2.7.6 Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Farmakope Indonesia Ed. IV menyatakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut
dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan Siregar, 2010.
Tabel 2.1 Tabel Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Tahap Jumlah Sediaan
yang diuji Kriteria Penerimaan
S
1
6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5
S
2
6 Rata-rata dari 12 unit S
1
+ S
2
adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak
satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15
15
Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut, seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada
etiket. Angka 5 dan 15 adalah persen dari jumlah yang tertera pada etiket sehingga mempunyai arti yang sama dengan Q. Kecuali ditetapkan lain dalam
masing-masing monografi, persyaratan umum untuk penetapan satu titik tunggal ialah terdisolusi 75 dalam 45 menit dengan menggunakan Alat 1 pada 100 rpm
atau Alat 2 pada 50 rpm Siregar, 2010.
2.8 Spektrofotometri UV
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi Dachriyanus,2004.
Interaksi antara radiasi dan materi merupakan hal yang sangat menarik. Kebanyakan molekul obat menyerap radiasi dalam daerah ultraviolet spektrum
tersebut, meskipun sebagian diwarnai sehingga menyerap radiasi dalam daerah visibel, misalnya suatu zat berwarna biru menyerap radiasi pada daerah merah
spektrum tersebut. Serapan radiasi UVvisibel terjadi melalui eksitasi elektron- elektron di dalam struktur molekular menjadi keadaan energi yang lebih tinggi.
S
3
12 Rata-rata dari 24 unit S
1
+ S
2
+ S
3
adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak
lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 dan tidak satupun unit yang
lebih kecil dari Q – 25
16
Radiasi di daerah UVvisibel diserap melalui eksitasi elektron-elektron yang terlibat dalam ikatan-ikatan antara atom-atom pembentuk molekul sehingga
awan elektron menahan atom-atom bersama-sama mendistribusikan kembali atom-atom itu sendiri dan orbital yang ditempati oleh elektron-elektron pengikat
tidak lagi bertimpang tindih. Radiasi UV panjang gelombang pendek 150 nm 8,3 eV dapat
menyebabkan putusnya ikatan paling kuat di dalam molekul organik sehingga sangat membahayakan organisme hidup. Yang lebih menarik perhatian para analis
adalah ikatan-ikatan yang lebih lemah di dalam molekul karena ikatan tersebut dapat dieksitasi dengan radiasi UV panjang gelombang yang lebih panjang 200
nm 6,2 eV, yang terdapat pada panjang gelombang yang lebih panjang daripada daerah di tempat udara dan pelarut – pelarut umum mengabsorbsi
Watson, 2005. Analisis spektrofotometri cukup teliti, cepat dan sangat cocok untuk
digunakan pada kadar yang kecil. Senyawa yang dianalisis harus mempunyai gugus kromofor. Pengamatan spektrum bermanfaat, karena dapat membandingkan
spektrum sebelum dan sesudah partisi Sardjoko, 1993.
17
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu pengujian
Pengujian uji disolusi kapsul piroksikam 20 mg dilakukan di Laboratorium Napza, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM di Medan Jalan
Willem Iskandar, Pasar V Barat I No. 2 Medan pada tanggal 16 Februari 2015.
3.2 Alat-alat
Alat yang digunakan adalah alat disolusi, beaker glass, corong, erlenmeyer, gelas ukur, labu tentukur 100 ml dan 25 ml, pipet volum, spuit, vial.
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan adalah Licofel
®
yang berasal dari pabrik Berlico Mulia Farma.
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan adalah HCl 0,1 N dan akuades.
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Pereaksi
a. Larutkan 14,0 g natrium klorida p dalam 49 ml asam klorida p.
b. Ditambahkan aquadest secukupnya hingga 6000 ml.
c. Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2.
d. Dimasukkan masing-masing 900 ml ke dalam vessel dissolusi.
e. Ditunggu hingga suhu 37
o
C. 3.5.2
Uji Disolusi Sampel
Cara pengujian disolusi dengan metode pengaduk bentuk keranjang :
18
a. Ditimbang masing-masing 6 kapsul piroksikam, dicatat hasilnya.
b. Disiapkan alat, pastikan alat siap pakai.
c. Dimasukkan 900 ml media disolusi, dipasang alat dengan pengaduk
bentuk keranjang. d.
Dimasukkan 6 kapsul piroksikam 20 mg ke dalam masing-masing wadah secara serentak. Segera jalankan alat pada suhu 37
o
C ± 0,5
o
C dengan laju kecepatan 100 rpm dan tunggu selama 45 menit.
e. Dipasang spuit pada alat disolusi.
f. Pada menit ke 40 bilas spuit sebanyak 5 ml dengan media disolusi, lalu
dimenit ke 45 diambil dengan spuit media disolusi sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
g. Dipipet masing-masing 3 ml filtrat dimasukkan ke dalam labu tentukur 10
ml, lalu dicukupkan sampai garis tanda Depkes RI,1995.
3.5.3 Baku Pembanding
a. Ditimbang 10,232 mg baku pembanding, masukkan dalam labu 100 ml.
b. Dilarutkan dengan media disolusi, dicukupkan hingga 100 ml.
c. Dipipet 4 ml masukkan ke dalam labu 100 ml, dicukupkan dengan media
disolusi.
3.5.4 Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri UV