21
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan
ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai menunjukkan keberhasilan yang nyata telah menjadi pengetahuan umum bahwa
perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi
lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam Karim, 2004.
Hal ini diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, yang mengatur tentang peraturanyang
memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di cabangnya dual banking system, dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999.
Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2003, keluarnya fatwa ini memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-
Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia PBI No
Universitas Sumatera Utara
22
113PBI2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah
dengan pesat. Perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah yang pesat juga dapat
dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 40 pertahun sejak tahun 2002. Sampai akhir Desember 2010, aset perbankan syariah sudah menembus angka Rp 100 triliun
lebih. Saat ini, market share perbankan syariah sudah mencapai 3,2 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 40 dalam sepuluh tahun terakhir. Jika market share
perbankan syariah 5, dibutuhkan setidaknya 40.000 sumber daya manusia yang memiliki basis keterampilan ekonomi keuangan syariah yang kompeten sehingga
bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin Agustianto,
2011. Perkembangan terakhir tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang
ada dalam data Statistik Bank Indonesia per Oktober 2013, terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 unit Usaha Syariah di seluruh Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013OKT
Bank Umum Syariah BUS a. Jumlah Bank
b. Jumlah Kantor 3
398 5
576 6
711 11
1.215 11
1.390 11
1.734 11
1.939 Unit Usaha Syariah UUS
a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor
26 170
27 214
25 287
23 262
24 312
24 493
23 553
BPR Syariah a. Jumlah Bank
b. Jumlah Kantor 114
185 131
202 139
223 150
286 155
364 158
401 160
399
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia 2013
Dalam krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia pada semester kedua periode 2008, sektor perbankan turut terkena imbas dari krisis ini.
Namun demikian, selama krisis ekonomi tersebut perbankan syariah tidak mengalami negative spread karena tidak menggunakan instrumen bunga sebagai prinsip dasar
operasi dalam kegiatan penghimpunan dan pembiayaan kepada nasabah. Dengan tidak mengacu pada sistem bunga, perbankan syariah mempunyai kinerja yang relatif lebih
baik dibandingkan perbankan konvensional. Semakin banyaknya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah BUS dan
Unit Usaha Syariah UUS dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling
penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada. Bank syariah haruslah dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran dan
tanggung jawab bank syariah selaku lembaga keuangan Islam tidak hanya terbatas
Universitas Sumatera Utara
24
pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah kepastian seluruh kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip
syariah Hameed et al.,2004. Menurut PBI No.6102004, peraturan kinerja perusahaan ada enam aspek
kinerja yang harus diukur untuk menyatakan bank tersebut sehat atau dengan kata lain mempunyai kinerja yang baik. Enam aspek ini adalah permodalan, kualitas asset,
kualitas manajemen, profiatbilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap pasar yang dikenal dengan CAMEL.
Berikut adalah perkembangan NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2008-2012.
Tabel 1.2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia
Go Public dan Non Go Public Tahun 2008 - 2012 Go Public
Tahun NPM
LDR
2008 6.00
73.00 2009
6.37 70.19
2010 6.24
66.40 2011
6.04 72.12
2012 5.91
74.44
Non Go Public
2008 2.95
92.13 2009
3.13 92.67
2010 3.25
81.89 2011
3.20 87.19
Universitas Sumatera Utara
25
2012 4.34
95.93 Sumber:
www.idx.co.id dan
www.bi.go.id Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi yaitu fluktuasi pada rasio
NPM dan LDR. NPM perbankan syariah go public menunjukkan perkembangan yang negatif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah tidak stabil dari kegiatan
pemberian kredit setiap tahunnya, tetapi NPM perbankan syariah non go public menunjukkan perkembangan yang positif, berarti pendapatan operasional perbankan
syariah stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya NPM tertinggi pada perbankan syariah go public yaitu tahun 2009 sebesar 6.37, sedangkan NPM
terendah pada tahun 2012 sebesar 5.91, sedangkan NPM tertinggi pada perbankan syariah non go public yaitu tahun 2012 sebesar 4.34, sedangkan NPM terendah
pada tahun 2008 sebesar 2.95 LDR perbankan syariah go public dan perbankan syariah non go public
menagalami fluktuasi, berarti jumlah kredit tidak stabil dari dana yang diterima bank. LDR perbankan syariah mengalami gelombang pasang surut setiap tahunnya. LDR
perbankan syariah go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 74.44, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 66.40. LDR perbankan syariah non go
public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 95.93, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 81.89.
Sebagai bagian dari “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang telah memicu
Universitas Sumatera Utara
26
tumbuhnya minat dalam intellectual capital IC, perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari hal ini. Sebagai bagian dalam dunia bisnis modern, intellectual
capital IC juga akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi perbankan syariah. Intellectual capital telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma
melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi
sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal
intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset
yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Sveiby 1997 dalam Suhendah, 2005 mengklasifikasikan intangibles ke
dalam tiga kategori, yaitu internal structure, external structure, dan employee competence. Internal Structure meliputi the organisational structure, legal
parameters, sistem-sistem manual, penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External Structure mencakup merk dagang dan hubungan antara pelanggan
dan pemasok. Employee Competence meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan revenues.
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 1.3 Komponen
Intellectual Capital Employee Competence Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012
dalam Rupiah
No Nama Bank
Biaya Pendidikan dan Pelatihan Total asset
2011 2012
2011 2012
1 PT.BNI Syariah, Tbk
43.651.000.000 50.573.000.000
299.058.000.000 333.304.000.000
2 PT.Mega Syariah, Tbk
5.949.000.000 7.640.000.000
61.909.000.000 65.219.000.000
3 PT.Muamalat Indonesia
2.341.000.000 2.847.000.000
32.480.000.000 44.854.000.000
4 PT.Bank Syariah Mandiri, Tbk
74.900.000.000 92.037.000.000
551.892.000.000 635.619.000.000
5 PT.BCA Syariah, Tbk
52.847.000.000 163.619.000.000
381.908.000.000 442.994.000.000
6 PT.BRI Syariah, Tbk
64.908.000.000 82.569.000.000
469.899.000.000 551.337.000.000
7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk
6.337.337.000 7.202.144.000
54.448.658.000 70.840.878.000
8 PT.Panin Syariah, Tbk
17.951.000.000 19.926.000.000
124.755.000.000 148.793.000.000
9 PT.Syariah Bukopin, Tbk
5.115.000.000 5.832.000.000
57.183.000.000 65.690.000.000
10 PT.Victoria Syariah, Tbk
1.399.488.000 1.674.735.000
11.802.563.000 14.352.840.000
11 PT.Maybank Syariah Indonesia
950.766.000 991.101.000
1.692.959.000 2.062.552.000
Sumber: Data sekunder diolah, 2013
Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah satu komponen dari intellectual capital. perbankan syariah mengeluarkan biaya
pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan tertinggi adalah PT. BCA Syariah, Tbk dan total asset tertinggi adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.
Berdasarkan laporan tahunan 2012 PT. BCA Syariah, Tbk memberikan pendidikan dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal meliputi
keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan karyawan, dan pelatihan eksternal yang meliputi seminar, workshop, dan pelatihan sejenis lainnya yang
bersifat menambah wawasan serta kompetensi www.idx.co.id
Universitas Sumatera Utara
28
Aspek Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan
menciptakan nilai dari suatu produk bukan terletak pada pabrik dan bangunan tetapi terletak pada pikiran manusia yang berada dibelakang dari produk tersebut.
Widjatnako, 2006 dalam Rizka, 2011. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel
independen ialah intellectual capital VAIC
TM
dengan indikator value added capital employed VACA, value added human capital VAHU dan structural capital value
added STVA. Sedangkan, variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin NPM dan loan to
deposit ratio LDR. Berdasarkan fenomena gap dan keragaman argumentasi research gap yang
terjadi, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah
Go Public Dan Non Go Public Di Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah