EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/ 2016)

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/ 2016)

Oleh

VENI ANITA SARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan mengetahui untuk efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari tiga belas kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-I dan VII-J yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dengan instrumen berbentuk uraian soal pemahaman konsep matemats. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik lebih dari 60%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.


(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK

PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

Oleh

Veni Anita Sari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2016


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/ 2016)

Oleh

VENI ANITA SARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan mengetahui untuk efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari tiga belas kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-I dan VII-J yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dengan instrumen berbentuk uraian soal pemahaman konsep matemats. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik lebih dari 60%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/ 2016)

Oleh

Veni Anita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, Provinsi Lampung pada tanggal 30 April 1993. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Subandri dan Ibu Supiah.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis berawal dari taman kanak-kanak di TK PTP N VII PPKR PEWA dan selesai pada tahun 1999, kemudian dilanjutkan dengan sekolah dasar di SD Negeri 1 Natar dan lulus tahun 2005. Selanjutnya sekolah menengah pertama di SMP Negeri 3 Natar dan lulus tahun 2008. Sekolah menengah atas di SMA YADIKA Natar dan lulus tahun 2011.

Melalui jalur PMPAP penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pantau Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Liwa.


(9)

MOTTO

Dengan usaha, kerja keras dan doa

orang-orang terkasih, aku pasti bisa


(10)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Subandri dan Supiah, yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh kasih sayang dan tak pernah

lupa mendoakan untuk keberhasilanku.

Adik-adikku (Vera Septiana, Ferdyansyah Saputra, Felanza Maudillian) tercinta yang senantiasa memberikan do a, perhatian, kasih sayang,

pertolongan, dan juga pertikaian yang senantiasa ku rindukan Keluarga besarku dan almamater tercinta yang telah memberikan cinta,


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita yang membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Modelpembelajaran kooperatif tipe Think pair share(TPS) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/ 2016)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibuku dan ayahku tercinta atas perhatian, kasih sayang, dan segalanya yang telah diberikan kepadaku selama ini serta tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik untukku.

2. Adik-adik tercinta Vera, Ferdi, dan Eza, yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.


(12)

iii 3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga karya kecil ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Widyastuti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya

memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan.

6. IbuDr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan sarannya.

7. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.


(13)

iv 11. Bapak Drs. Hi. L. Maulana, M. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Natar beserta wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

12. Bapak Yulistin, S.Pd, MM., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.

13. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016, khususnya siswa kelas VII-I dan VII-J atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

14. Keluarga Pendidikan Matematika tercinta dan terkasih, Ameng (Emilda Mustapa), Novi Dwi Lestari, Istasari Syaifatunnisa, Dina Eka Nurvazly, Emak (Rizka Silvianti), Niluh Eka D.Y, Ayu Anindratama, yang selama ini memberiku semangat dan selalu menemani saat suka dan duka.

15. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika: Ade Irma, Agung, Agus, Aan, Aliza, Vina, Uli, Ayu Anindra, Ayuf, Ayu Sekar, Ayu Ta, Ayu Tiara, Bayu, Citra, Dedes, Desi, Dewi, Dian, Didi, Dina, Emi, Emilda, Enggar, Eni, Fitri, Flo, Fuji, Gilang, Hani, Ketua Angkatan Heizlan, Ige, Ikhwanudin, Indah, Ismi, Novi, Ista, Iwan, Laili, Ipeh, Lidia, Hasbi, Elcho, Panji, Yusuf, Muthiah, Ratna, Niluh, Nourma, Pobby, Ria, Abi, Rizka, Rosa, Bundo, Siska, Siti, Suci, Titi, Venti, Winda, Wulan, Yola, Yulisa.

16. Kakak-kakakku angkatan, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013, 2014 terima kasih atas kebersamaanya.

17. Teman-teman seperjuangan KKN di Pantau, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan PPL di SMP Negeri 2 Liwa (dynda,


(14)

v Karyanti, Ayu, Robian, Wara, Endang, Gaby, Nurdin) atas kebersamaan selama kurang lebih tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.

18. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.

19. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin ya Robbal ‘Alamin.

Bandarlampung, April 2016 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran... 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 14

4. Pemahaman Konsep ... 16

B. Kerangka Pikir ... ... 18

C. Anggapan Dasar ... 20


(16)

vii III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 21

B. Desain Penelitian ... 22

C. Teknik Pengumpulan Data ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 23

E. Instrumen Penelitian ………... 24

1. Validitas Instrumen ... 25

2. Reliabilitas ... 26

3. Daya Pembeda……….. 27

4. Tingkat Kesukaran ... 28

F. Teknik Analisis Data... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahap–tahap Model Pembelajaran Kooperatif... 13

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar ... 21

Tabel 3.2 Posttest Only Control Design... 22

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 24

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 26

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 27

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 29

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba... 29

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 30

Tabel 4.1 Data Nilai Posttest Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ... 35

Tabel 4.2 Data Nilai Posttest Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe TPS ... 36

Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 36

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata - rata Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 38

Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 38


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran………... 49

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 53

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 73

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 93

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 112

B.2 SoalPosttestKemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 113

B.3 Pedoman Penskoran SoalPosttestKemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 115

B.4 Kunci Jawaban Soal Uji CobaPosttest... 116

B.5 Form Validasi Uji Coba SoalPosttets... 120

B.6 Surat Keterangan Validasi ... 122

C. ANALISIS DATA C.1 Hasil Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep matematis siswa (Kelas Uji Coba) ... 123

C.2 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba... 124

C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Item Hasil Tes Uji Coba... 125

C.4 Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan ModelKooperatif Tipe TPS ……….127


(19)

x

C.5 Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Konvensional ... 128 C.6 Uji Normalitas DataPosttetsPada Kelas yang Mengikuti

Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe TPS dan Model

Pembelajaran Konvensional ... 129 C.7 Uji Homogenitas Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran

dengan Model Kooperatif Tipe TPS dan Model Pembelajaran

Konvensional…... 130 C.8 Uji Kesamaan Dua Rata–rata Kelas Eksperimen dan Kelas

Konvensional ... 131 C.9 Uji Proporsi ... 134 C.10 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan

Model TPS... 136 C.11 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan

Model Konvensional... 138

D. LAIN-LAIN

D.1 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 140 D.1 Daftar Hadir Seminar Hasil... 142 D.2 Surat Keterangan Penelitian ... 144


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah membentuk peserta didik yang dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masya-rakat, bangsa dan negara. Hal ini diperjelas dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengem-bangkan potensi yang dimiliki oleh manusia sehingga dapat menjadikannya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang mulia, berilmu, sehat, mandiri, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Demi tercapainya tujuan tersebut, dibutuhkan pendidikan yang sistematis, terstruktur, dan berlangsung secara terus menerus salah satunya melalui pendidikan formal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diterapkan di sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pada pendidikan formal terdapat berbagai mata pelajaran yang dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian


(21)

2 dan kemampuan manusia. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Guna mengembangkan aspek-aspek tersebut, dalam sistem pendidikan nasional diajarkan berbagai macam mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah matematika.

Matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap tingkat satuan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bahkan sampai perguruan tinggi. Matematika merupakan ilmu universal, ilmu yang menjadi dasar teknologi dan berperan penting dalam meningkatkan pola pikir manusia. Suherman (2003: 17) menyatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Matematika dapat dijadikan sebagai sebuah jembatan bagi siswa untuk mampu berpikir logis, kritis, kreatif, dan sistematis dalam menyelesaikan sebuah masalah.

Menurut (Depdiknas, 2006) tujuan pembelajaran matematika adalah 1) Mema-hami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan meng-aplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasi-kan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam


(22)

3 mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan pembelajaran matematika ini harus tercapai dengan baik khususnya kemampuan siswa dalam memahami konsep.

Pemahaman konsep matematis merupakan unsur paling utama yang harus dimiliki oleh siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 22) yang menyata-kan bahwa konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Kemampuan pemahaman konsep memang penting, tetapi pada kenyataamnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP sederajat di Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil ujian nasional tingkat SMP sederajat dalam tiga tahun terkahir. Hasil ujian nasional tingkat SMP sederajat tahun 2012 di Indonesia dari 3.697.865 siswa yang mengikuti ujian nasional, sebanyak 15.945 siswa tidak lulus (Kompas: 2 Juni 2012). Pada tahun 2013 sebanyak 16.216 siswa yang tidak lulus sedangkan hasil ujian nasional pada tahun 2014 dari 3.773.372 siswa yang mengikuti ujian nasional, 2.335 diantaranya tidak lulus (Iberita: 19 Januari 2015). Sehubungan dengan itu, mata pelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi ketidaklulusan siswa tersebut.Hasil tersebut memperlihatkan masih rendahnya prestasi matematika siswa yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa Indonesia dalam menjawab soal-soal tes matematika tidak rutin.

Dalam menyelesaikan masalah matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi diperlukan penguasaan materi tertentu dengan pemahaman konsep yang baik sehingga memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah


(23)

4 matematis. Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana jika siswa memahami konsep, sebaliknya jika siswa tidak memahami konsep maka masalah akan menjadi sukar. Selain itu juga, siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan matematika jika tidak memahami konsep matematis dengan baik, lebih khusus dalam menjawab soal-soal matematika yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Penyebab rendahnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan pada soal-soal matematika adalah kemampuan pemahaman konsep mereka yang masih kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Magfiroh, dkk (2013: 2) bahwa prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang dipelajari.

Permasalahan pada pemahaman konsep matematis juga terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Natar. Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan harian mereka yang sebagian besar mendapatkan nilai kurang dari batas KKM. Dari hasil ulangan tersebut, rata-rata hasil ulangan harian mereka tergolong rendah (tabel 3.1). Berikut salah satu contoh soal ulangan harian yang mengukur kemampuan pemahaman konsep:

Tentukan hasil dari

Adapun contoh jawaban siswa berikut, Sebanyak 20,3% siswa menjawab


(24)

5 Sebanyak 15,5% siswa menjawab

Sebanyak 16,4% siswa menjawab ,

Terlihat dari jawaban siswa menunjukan bahwa sebagian besar siswa kurang mampu memahami konsep dari permasalahan yang diberikan, Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa masih rendah.

Penelitian menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), karena TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Struktur pembelajaran TPS dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang memberi waktu lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Pembelajaran ini sangat cocok dengan karakteristik siswa yang cenderung aktif berdiskusi seperti pada siswa SMP Negeri 1 Natar. Siswa disana cenderung lebih bersemangat dan berkembang dalam menerima pembelajaran jika dilakukan dengan berdiskusi.

Berdasarkan wawancara terhadap guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Natar pembelajaran yang berlangsung di sana masih menggunakan pembelajaran


(25)

6 konvensioanal. Pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru mengajar dengan metode ceramah dan siswa hanya diberikan latihan soal. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk aktif dalam proses pem-belajaran. Mereka hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan soal sesuai dengan contoh yang diberikan, sehingga siswa mengalami kesulitan menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,

Dengan pembelajaran yang berlangsung seperti di atas, siswa terlihat cenderung pasif dalam pembelajaran. Siswa hanya terlihat mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Hal ini menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan berpikir siswa. Siswa juga cenderung tidak mau terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat siswa enggan mengungkapkan pendapatnya ketika diminta guru. Padahal keterlibatan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Suasana pembelajaran yang baik dapat tercipta apabila guru dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi aktif. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Model pembelajaran TPS diawali dengan proses berpikir secara individu lalu berbagi dengan pasangan dan diakhiri dengan diskusi kelas. Kelompok yang han-ya terdiri dari dua orang akan menjadikan siswa saling bekerja sama, aktif, pantang menyerah, dan interaksi yang berlangsung menjadi lebih mudah. Hal ini memungkinkan siswa untuk dapat merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan sehingga akan melatih siswa untuk


(26)

7 terbiasa membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman yang mereka miliki. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan akan efektif di tinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Penelitian memiliki model pembelajaran TPS, karena TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Struktur pembelajaran TPS dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembe-lajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang memberi waktu lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Pembelajaran ini sangat cocok dengan karakteristik siswa yang cenderung aktif berdiskusi seperti pada siswa SMP Negeri 1 Natar. Siswa disana cenderung lebih bersemangat dan berkembang dalam menerima pembelajaran jika dilakukan dengan berdiskusi.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model tipe kooperatif TPS yang ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar. semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016..

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016


(27)

8 Berdasarkan rumursan masalah di atas, dapat dijabarakan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pem-belajaran konvensional?

2. Apakah proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share(TPS) lebih dari 60% ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(28)

9 2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain,

a. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika.

b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis membatasi istilah yang berhubungan dengan judul penelitian.

1. Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam penelitian ini dikatakan efektif apabila:

a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pem-belajaran konvensional.

b. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) lebih dari 60%


(29)

10 2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara individu pada tahap awal pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi berpasangan dengan teman sebangku, dan terakhir kegiatan mempresentasikan hasil dari diskusi didepan kelas.

3. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali materi yang telah siswa pelajari dengan kalimatnya sendiri yang mencakup indikator kemampuan pemahaman konsep matematis. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan ulang sebuah konsep

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Salim (1991: 33) menyatakan efektivitas adalah adanya kesesuaian antara yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan manfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Sedangkan menurut Hartutik (Astuti, 2010: 13), efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota.

Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pem-belajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Hamalik (2004: 171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan efektivitas-efektivitas belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran ditinjau dari pemahaman


(31)

12 konsep pembelajaran dikata efektif apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada pembelajaran konvensional dan proposi siswa yang memahami konsep dengan baik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS lebih dari 60 %

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008: 103) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Solihatin dkk. (2007: 4) dalam Taniredja (2011: 56) menyatakan bahwa pada dasarnyacooperativemengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja san-gat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Roger dkk. dalam Huda (2011: 29) menyatakan pengertian pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

Cooperatif learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar kelompok diatur sedemikian rupa sehingga pembelajaran didasarkan pada perubahan sosial yang terstruktur dari informasi antara peserta didik dalam kelompok di mana setiap peserta didik yang bertanggung jawab untuk belajar sendiri dan termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran orang lain).


(32)

13 Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2010: 206) pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:

1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara indivi-dual.

2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.

3. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri. 4. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.

5. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasala-han.

Tahapan dalam pembelajaran kooperatif menurut Arends (1997) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan mene-kankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelo-mpok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan bela-jar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelo-mpok mem-presentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelo-mpok.


(33)

14 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupa-kan sistem pembelajaran dimana siswa bekerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Terstruktur artinya saling berinteraksi satu sama lain dan tiap individu mempunyai tang-gung jawab yang sama, karena berhasil atau tidaknya kelompok menjadi tangtang-gung ja-wab bersama oleh seluruh anggota kelompoknya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS)

Huda (2011: 132) mengungkapkan bahwa TPS merupakan model yang sederhana, namun sangat bermanfaat. Pada model ini, siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk berpikir, merespon, dan bekerja secara mandiri serta membantu teman lain secara positif untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Lie (2004: 57) TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Menurut Nurhadi dkk (2004: 23) TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembe-lajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang memberi waktu lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Menurut Lie (Sahrudin, 2011) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut:

a. Akan meningkatkan partisipasi siswa. b. Cocok untuk tugas sederhana.


(34)

15 c. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota

kelompok.

d. Interaksi lebih mudah.

e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.

Aqib (2013: 24) menyatakan bahwa TPS diperkenalkan oleh Frank Lyman pada tahun 1985 dan memiliki memiliki langkah-langkah pembelajaran seperti:

1. Guru menyampaikan inti materi dan komposisi yang ingin dicapai.

2. Siswa diminta berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi-nya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasa-lahan dan menambah materi yang belum diungkapkan mahasiswa.

6. Guru member kesimpulan. 7. Penutup.

Setelah melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan baik dan benar maka akan diperoleh beberapa manfaat. Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe TPS ini menurut Huda (2014: 206) diantaranya: (1) memungkinkan siswa untuk bekerja sama, (2) mengoptimalkan partisipasi siswa, dan (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Sementara Lie (2007: 46) menyatakan bahwa dengan pembelajaran ini dapat memberikan lebih banyak kesempatan kepada masing-masing anggota kelompok untuk berkontribusi, meningkatkan partisipasi, interaksi lebih mudah, dan cocok untuk tugas sederhana.

Arends (Trianto, 2009:81) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam penerapan TPS yang pertama yaitu berfikir (thinking) yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan atau


(35)

16 masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri menemukan jawaban dari masalah yang diberikan, yang kedua berpasangan (pairing) yaitu guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan yang terakhir adalah berbagi (sharing) yaitu guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa TPS diawali dengan proses

think (berfikir) yaitu siswa terlebih dahulu berfikir secara individu terhadap masalah yang disajikan oleh guru, kemudian dilanjutkan oleh tahap pair (berpasangan), yaitu siswa diminta untuk mendiskusikan dengan pasangan-pasangannya tentang apa yang telah dipikirkannya secara individu dan kemudian diakhiri dengan share (berbagi). Setelah tercapai kesepakatan tentang pikirannya, maka salah satu pasangan membagikan kepada seluruh kelas apa yang menjadi kesepakatan dalam diskusinya kemudian dilanjutkan dengan pasangan lain hingga sebagian pasangan dapat melaporkan menge-nai berbagai pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan dasar yang sangat penting di-miliki oleh setiap siswa, karena pada matematika terdapat konsep sebagai prasyarat konsep selanjutnya. Konsep-konsep pada matematika tersusun secara terstruktur dari konsep yang sederhana sampai konsep kompleks. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 22) konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Hal ini membuat siswa harus memiliki konsep yang benar agar dapat


(36)

17 memahami konsep selanjutnya. Namun, saat ini pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa masih rendah bahkan dipahami secara keliru. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006: 156) bahwa masih banyak siswa yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar.

Pemahaman konsep terdiri dari kata pemahaman dan konsep. Menurut Purwanto (1994: 44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu mema-hami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sedangkan pengertian kon-sep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut (Ruseffendi, 1998: 157).

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005: 86) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu: 1). Menyatakan ulang sebuah konsep, 2). Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, 3). Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, 4). Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, 5). Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, 6). Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,7).Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Menurut Sanjaya (2009), indikator dalam pemahaman konsep diantaranya: 1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya,


(37)

18 2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui

perbe-daan,

3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyarat-an ypersyarat-ang membentuk konsep tersebut,

4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,

5. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari, 6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma,

7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran matematika dimana siswa tidak hanya menghafal atau mengingat suatu konsep yang dipelajari tetapi mampu menyatakan ulang konsep tersebut dalam bentuk lain yang mudah dimengerti.

B. Kerangka Pikir

Penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 merupakan penelitian yang terdiri satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (X) dan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (Y).

Pemahaman konsep merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap siswa dimana siswa mampu memahami konsep, situasi, dan fakta yang diketahui serta dapat menjelaskan kembali konsep tersebut dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya. Jadi, pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal. Dengan demikian, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya.


(38)

19 Salah satu alternatif yang diduga efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah melalui Model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, sehingga guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri dalam kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk membantu siswa dalam memahami konsep adalah model pembelajaran koperatif tipe TPS. Pembelajaran dengan model TPS adalah pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, dan juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. Di dalam pelaksanaan TPS terdapat tiga unsur penting yaitu berpikir, berpasangan, dan berbagi. Dalam TPS, siswa akan melaksanakan tahap berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi dengan pasangannya sehingga siswa lebih siap dengan hal yang akan didiskusikan dan diskusi menjadi lebih efektif. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar siswa. Hal ini dapat membangun pengetahuan dari dalam diri siswa sendiri sehingga siswa dapat me-mahami konsep yang diajarkan. Selain itu, dengan menerapkan TPS siswa akan lebih diberdayakan dalam pembelajaran sehingga pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik.


(39)

20

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe TPS diabaikan dalam perhitungan.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

2. Hipotesis Khusus

a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. b. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share(TPS) lebih dari 60%.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Natar. Seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016, terdiri dari 445 siswa yang berdistribusi dalam 14 kelas, dari kelas VIIA – VIIM dengan pencapaian kemampuan pemahaman konsep matematis yang diperoleh dari nilai ulangan harian ke-1 pada materi aljabar.

Tabel 3.1 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar

No.

Kelas Jumlah

Siswa

Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Ke-1

1. VII-A 35 54,54

2. VII-B 35 54

3. VII-C 34 47,47

4. VII-D 35 51,5

5. VII-E 33 50,74

6. VII-F 34 52,96

7. VII-G 34 50,65

8. VII-H 35 47,54

9. VII-I 33 48,34

10. VII-J 35 49,36

11. VII-K 34 46,51

12. VII-L 33 47,92

13. VII-M 35 4722

Rata–rata 49,90

Sumber: SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik


(41)

22 eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel berdasarkan kelas yang memiliki persentase kemampuan pemahaman konsep matematis yang hampir sama dengan rata-rata persentase kemampuan pemahaman kosep matematis siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka terpilih kelas VII-I dan kelas VII-J yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan kelas VII-J sebagai kelas eksperimen yang menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TPS dan kelas VII-I sebagai kelas kontrol yang menerima pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desainposttest only control design yang merupakan desain dengan pemberian tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.2 Desainposttest only control design

Kelas Perlakuan Posttest

E1 X1 O1

E2 X2 O2

Keterangan:

E1= Kelas eksperimen E2= Kelas kontrol

O1= SkorPosttestpada kelas eksperimen O2= SkorPosttestpada kelas kontrol

X1= Perlakuan menggunakan model pembelajaran TPS

X2= Perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes diberikan di akhir pembelajaran (posttest only) yang berupa soal uraian


(42)

23 bertujuan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selama mengikuti pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, berikut ini adalahtahapan dari proses tersebut.

1. Tahapan Penelitian Pendahuluan

1) Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah seperti kelas, jumlah siswa, dan kemampuan awal siswa.

2) Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti (wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 1 Natar mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa), kemudian permasalahan yang dirumuskan beserta batasannya untuk selanjutnya dikaji berbagai sumber yang mendukung perumusan masalah sebagai acuan dalam menentukan hipotesis serta menentukan metode dan desain yang digunakan dalam penelitian dan menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Perencanaan

1) Menentukan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)

2) Membuat instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi soal, tes kompetensi pemahaman konsep matematis, pedoman penilaian.

3) Melakukan validitas instrumen dan mengujicobakan instrumen tersebut. 4) Menganalisis data hasil uji coba untuk mngetahui reliabilitas instrumen.


(43)

24 5) Melakukan perbaikan instrumen jika diperlukan.

3. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2) Mengumpulkan data hasil penelitian.

3) Melakukan pengolahan data hasil penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. menurut Depdiknas (dalam Wardhani, 2008: 10) seperti yang disajikan pada table 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep.

No Indikator Keterangan Skor

1.

Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0 b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak menjawab 0 b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah

1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar

2 3 . Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak menjawab 0 b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih prosedur

tetapi salah

1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur

dengan benar

2 4.

Mengaplikasi-kan konsep

a. Tidak menjawab 0 b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2


(44)

25 Tes yang digunakan berdasarkan indikator pemahaman konsep matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian, karena dengan tes tertulis berbentuk uraian.

1. Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan instrumen pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Natar mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instru-men tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kurikulum dan bahasa siswa yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5) Selanjutnya instrumen tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal.


(45)

26

2. Reliabilitas

Setelah dinyatakan valid, langkah selanjutnya yaitu instrumen tes diujicobakan. Uji coba instrumen dilakukan di kelas IX-B. Dalam Arikunto (2011: 109) disebutkan untuk mengukur koefisien reliabilitas pada soal berbentuk uraian digunakan rumus Alpha dalam sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi = Banyaknya butir soal

1 = Bilangan konstan

= Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal = Varians total

Setelah diperoleh koefisien reliabilitas dari soal yang digunakan maka kita dapat menginterpretasikannya terhadap kriteria tertentu dengan menggunakan tolak ukur yang dibuat oleh Arikunto (2006: 195) seperti yang terlihat dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 <r11≤ 0,79 Tinggi

0,40 <r11≤ 0,59 Sedang

0,20 <r11≤ 0,39 Rendah


(46)

27 Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki kriteria reliabilitas minimal sedang. Hasil perhitungan reliabilitas tes pada uji coba di kelas IX-B diperoleh r11 = 0.89. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas sangat tinggi dan sesuai dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Daya pembeda masing-masing butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan reliabilitas butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang tidak baik untuk digunakan dalam instrumen tes. Sudijono (2008:120) mengungkapkan untuk menghitung daya pembeda butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

: Indeks daya pembeda satu butir soal : Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

JA : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah


(47)

28

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

< 0,10 Sangat Buruk

0,10 0,19 Buruk

0,20 0,29 Sedang

0,30 0,49 Baik

0.50 Sangat Baik

Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal yang memiliki yang memiliki daya pembeda sedang, baik atau sangat baik. Daya pembeda masing-masing butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menggolongkan suatu butir soal apakah termasuk sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, digunakan rumus berikut.

Keterangan:

: Indeks tingkat kesukaran item

: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh : jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa pada suatu butir soal


(48)

29 Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2011: 372) seperti terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0,00 0,15 Sangat Sukar

0,15 < 0,30 Sukar

0,30 < 0,70 Sedang

0,70 < 0,85 Mudah

0,85 < 1,00 Sangat Mudah

Butir soal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah soal-soal yang memiliki kriteria mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran setiap butir soal tes dapat dilihat pada Tabel 3.6. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis seperti tersaji pada Tabel 3.6. Perhitungan selengkapnya mengenai reliabilitas tes dapat dilihat pada Lampiran C.2 sedangkan perhitungan daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal pada Lampiran C.3.


(49)

30

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No. Soal

Validitas

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Kesimpulan 1

Valid

0.89 (Sangat Tinggi)

0,21 (Sedang) 0.48 (sedang) Dipakai

2(a) 0,31 (Baik) 0.41 (sedang) Dipakai

2(b) 0,20 (Sedang) 0.52 (sedang) Dipakai

3(a) 0,22 (Sedang) 0.58 (Sedang) Dipakai

3(b) 0,20 (Sedang) 0.46 (sedang) Dipakai

4 0,20 (Sedang) 0.68 (sedang) Dipakai

5(a) 0,28 (Sedang) 0.52 (sedang) Dipakai

5(b) 0,22 (Sedang) 0.61 (Sedang) Dipakai

5© 0,20 (Sedang) 0.45 (Sedang) Dipakai

Dari Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa hasil tes uji coba memiliki kriteria reliabilitas tes tinggi yaitu 0.89. Karena instrumen tes telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, serta setiap butir tes telah memenuhi criteria daya pembeda dan tingkat kesukaran yang ditentukan, maka soal tersebut telah layak digunakan untuk pengambilan data penelitian.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang diperoleh dari hasil posttest. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


(50)

31

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut.

H0: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk

menggunakan software SPPS versi 22.0 dengan kriteria pengujian, yaitu jika nilai probabilitas (sig) dari Z lebih besar dari = 0,05, maka hipotesis nol diterima dan jika nilai probabilitas (sig) dari Z lebih kecil dari = 0,05, maka hipotesis satu yang diterima (Trihendradi, 2009:113).

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Kelas Banyak

Siswa Probabilitas (Sig) Kesimpulan

TPS 35 0,508 Berdisribusi Normal

Konvensional 33 0,583 Berdisribusi Normal

Berdasarkan Tabel 3.10 diketahui bahwa probabilitas (sig) pada kedua kelas eksperimen lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada kedua kelas eksperimen data sempel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C 6.


(51)

32

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak. Adapun hipotesis untuk uji ini adalah:

H0: varians kedua populasi homogen H1: varians kedua populasi tidak homogen

Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan software SPSS versi 22.0 dengan kriteria terima H0 jika nilai sig > 0,05 . Berdasarkan hasil

output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene nilai signifikansinya adalah 0,130 . Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C 7.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Setelah diketahui kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan nilai signifikansinya 0,05. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansinya 0,05. Dalam hal ini penelitian menggunakan uji pihak kanan


(52)

33 dengan tujuan untuk mengetahui kelas mana yang lebih baik. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut :

H0: μ1 = μ2 ( rata - rata data nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS sama dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1: μ1> μ2(rata - rata data nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Dalam penelitian ini, uji-t menggunakan software SPPS versi 22.0 dengan kriteria pengujian, jika nilai Sig lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima. Tolak hipotesis nol apabila nilai Sig lebih kecil dari 0,05 (Trihendradi, 2009:146).

Berdasarkan hasil perhitungan terlihat sig (2-tailed) adalah 0,00 (0,00 < 0,05) maka H0 ditolak.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe TPS lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanal. Data selengkapnya dapat di lihat lampiran C 8

4. Uji Proporsi

1. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.


(53)

34 dengan baik = 60 % )

H1:

π

(proporsi siswa tyang memiliki kemampuan pehamanan konsep dengan baik >60 % )

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:

X = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitung > z0,5α dengan taraf nyata 5%. Harga

α  5 , 0

z dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). (Sudjana,

2005: 235). Dari hasil perhitungan diperoleh zhitung = 0,91 dan z0,5α = 0,17 (zhitung > z0,5α), maka H0 ditolak. Dengan demikian proporsi siswa yang memiliki kemampan pemahamnan konsep dengan baik lebih dari 60%. Hasil selen gkapnya dapat dilihat pada lampiran C 9.


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini diketahui dari:

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) lebih tinggi daripada ke-mampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) lebih dari 60%

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(55)

45 2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS hendaknya memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Staregi pembelajaran Kontekstual (Inovatif).Bandung: Yrama Widya.

Arends, R. (1997).Classroom Intructionaland Management. New York: McGraw Hill Comapanies.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka.

Astuti, Sri Yarsi. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas pada Program Studi Pendidikan Ekonomi UNS Surakarta: tidak diterbitkan

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014Jakarta: Depdiknas.

Fristady, Restu. 2014.Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.


(57)

47 Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2014.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Iberita 19 Januari 2015.Pengumuman Hasil UN SMP 2014: Kelulusan Capai

9,94 Persen.[online]. Tersedia: http://www.iberita.com/31969/pengumu an-hasil-un-smp-2014-kelulusan-capai-9994-persen [14 September 2015]. Kompas. 2 Juni 2012.Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika.[online].

ersedia:http://sains.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/Banyak.Sisw.T ak.Lulus.Ujian.Matematika [14 September 2015].

Lie, Anita. 2004.Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana: Indonesia.

___ . 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Magfiroh, Qori dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP. Jurnal Online Pendidikan Matematika Kontemporer Vol 1 No 1. Universitas Pendidikan Indonesia. [Online].aTersedia:

http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jopmk/article/view/67/57 (diakses pada tanggal 10 September 2015).

Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana Penbelajaran Matematika di SLTP dan SMU.Makassar: FMIPA UNM.

Nurhadi. 2004.Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

______, dkk. 2004.Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.Malang: UM Press.

Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. 1998.Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rusman. 2010.Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo Persada. Sahrudin. Model Pembelajaran Think Pair Share. Jan.2011.http:// s1pgsd.

blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-think-pair-share.html. Salim, Peter. 1991.Kamus BesarBahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.


(58)

48

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Prenada Media Grup.

Slavin, Robert E (Terjemahan oleh Nurulita Yusron). 2008.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

___ 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suherman, H. Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana Mengupayakannya. Mataram: NTP Pres.

Tim PPPG Matematika. 2005. Peraturan Dirjen Depdiknas. Jakarta: Dirjen Depdiknas.

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Publisher.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas..


(1)

34 dengan baik = 60 % )

H1:

π

(proporsi siswa tyang memiliki kemampuan pehamanan konsep dengan baik >60 % )

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:

X = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitung > z0,5α dengan taraf nyata 5%. Harga α

5 , 0

z dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). (Sudjana,

2005: 235). Dari hasil perhitungan diperoleh zhitung = 0,91 dan z0,5α = 0,17 (zhitung > z0,5α), maka H0 ditolak. Dengan demikian proporsi siswa yang memiliki kemampan pemahamnan konsep dengan baik lebih dari 60%. Hasil selen gkapnya dapat dilihat pada lampiran C 9.


(2)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini diketahui dari:

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) lebih tinggi daripada ke-mampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) lebih dari 60%

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(3)

45 2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS hendaknya memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Staregi pembelajaran Kontekstual

(Inovatif).Bandung: Yrama Widya.

Arends, R. (1997).Classroom Intructionaland Management. New York: McGraw Hill Comapanies.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka.

Astuti, Sri Yarsi. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran

2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas pada Program Studi Pendidikan

Ekonomi UNS Surakarta: tidak diterbitkan

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2014Jakarta: Depdiknas.

Fristady, Restu. 2014.Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014). (Skripsi). Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


(5)

47

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2014.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu

Metodis dan Paradigmatis. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Iberita 19 Januari 2015.Pengumuman Hasil UN SMP 2014: Kelulusan Capai

9,94 Persen.[online]. Tersedia: http://www.iberita.com/31969/pengumu

an-hasil-un-smp-2014-kelulusan-capai-9994-persen [14 September 2015]. Kompas. 2 Juni 2012.Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika.[online].

ersedia:http://sains.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/Banyak.Sisw.T ak.Lulus.Ujian.Matematika [14 September 2015].

Lie, Anita. 2004.Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana: Indonesia.

___ . 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Magfiroh, Qori dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif

(Interactive Conceptual Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP. Jurnal Online Pendidikan

Matematika Kontemporer Vol 1 No 1. Universitas Pendidikan Indonesia.

[Online].aTersedia:

http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jopmk/article/view/67/57 (diakses pada tanggal 10 September 2015).

Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana Penbelajaran

Matematika di SLTP dan SMU.Makassar: FMIPA UNM.

Nurhadi. 2004.Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang ruang

Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

______, dkk. 2004.Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.Malang: UM Press.

Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. 1998.Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rusman. 2010.Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo Persada. Sahrudin. Model Pembelajaran Think Pair Share. Jan.2011.http:// s1pgsd.

blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-think-pair-share.html. Salim, Peter. 1991.Kamus BesarBahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Prenada Media Grup.

Slavin, Robert E (Terjemahan oleh Nurulita Yusron). 2008.Cooperative Learning:

Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

___ 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suherman, H. Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana Mengupayakannya. Mataram: NTP Pres.

Tim PPPG Matematika. 2005. Peraturan Dirjen Depdiknas. Jakarta: Dirjen Depdiknas.

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik

Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Publisher.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas..


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 2 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 10 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44