SISTEM PEMBAYARAN Aliran Kas di KBI Banda Aceh :

Tw.I Tw.II Tw. III B.BPR Konvensional : Aset Rp Juta 37,555 53,540 79,379 79,085 97,258 Dana Pihak Ketiga Rp Juta 27,107 33,759 53,767 55,204 55,312 - Tabungan 22,322 21,087 40,632 39,909 40,015 - Deposito 4,785 12,672 13,135 15,294 15,297 Kredit Rp Juta 26,226 26,352 25,094 25,591 24,894 - Modal Kerja 17,019 18,062 16,869 17,255 16,717 - Konsumsi 7,201 6,842 6,782 6,898 6,745 - Investasi 2,006 1,448 1,443 1,438 1,432 NPL 22.46 23.87 24.49 25.40 24.52 LDR 96.75 78.06 46.67 46.36 45.01 Syariah : Aset Rp Juta 24,233 28,680 29,963 30,863 32,407 Dana Pihak Ketiga Rp Juta 16,453 19,664 18,925 18,566 19,114 - Tabungan 11,954 14,886 15,009 14,388 14,391 - Deposito 4,499 4,779 3,916 4,178 4,724 Kredit Rp Juta 12,468 15,942 15,571 15,587 16,378 - Modal Kerja 9,179 9,924 9,779 9,813 10,303 - Konsumsi 1,558 3,123 2,953 2,928 3,177 - Investasi 1,730 2,896 2,839 2,846 2,899 NPF 16.94 15.76 14.79 14.74 18.04 FDR 75.78 81.07 82.28 83.95 85.68

C. SISTEM PEMBAYARAN Aliran Kas di KBI Banda Aceh :

- Inflow miliar Rp 655 518 303 73 75 - Outflow miliar Rp 1,554 2,919 288 525 810 RTGS : 85,545 200,761 42,259 na na - Dari Aceh miliar Rp 21,194 69,206 18,946 na na - Ke Aceh miliar Rp 54,264 115,399 21,167 na na - Dari - Ke Aceh miliar Rp 10,087 16,156 2,146 na na Jumlah Uang Palsu yang ditemukan lembar 72 246 24 39 Nominal Kliring miliar Rp 1,213 3,615 482 407 451 Volume Kliring lembar 52,105 100,046 15,794 15,915 15,641 INDIKATOR 2006 2008 2007 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Daerah Sampai dengan triwulan III2008, ekonomi Aceh masih mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi dengan migas diproyeksikan turun yakni sekitar -8,7 yoy, akibat berkurangnya lifting gas alam di Aceh dan berkurangnya kegiatan rehab-rekon. Bila migas tidak diperhitungkan, maka pertumbuhan diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sekitar 3,63 yoy. Dari sisi pengeluaran, meskipun turun, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga khususnya konsumsi makanan. Konsumsi tersebut berkaitan dengan adanya bulan puasa dan lebaran. Sementara komponen pengeluaran lainnya relatif menurun. Belanja pemerintah mengalami penurunan dimana realisasi belanja hanya sekitar 14 per oktober. Investasi juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Indikasi tersebut terlihat dari belum adanya realisasi komitmen investasi perusahaan berskala besar dan turunnya jumlah perusahaan lokal yang melakukan daftar usaha. Pada komponen net ekspor, meskipun masih tercatat surplus, namun bila dibandingkan tahun lalu terjadi penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan turunnya ekspor LNG sampai -77,7 dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut tidak terlepas dari turunnya lifting gas alam di Aceh seiring menipisnya cadangan. Dari sisi penawaran, turunnya pertumbuhan ekonomi Aceh terjadi pada sektor pertambangan, sektor industri migas, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa . Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penurunan lifting gas alam mempengaruhi turunnya PDRB pada sektor pertambangan dan sektor industri migas. Penurunan sektor konstruksi terkait erat dengan berkurangnya proyek-proyek rehab rekon di Aceh seiring mendekati berakhirnya kegiatan BRR NAD-Nias di Aceh. Sementara, penurunan sektor jasa-jasa turun signifikan sebagai pengaruh realisasi belanja pemerintah yang masih rendah yakni sekitar 14 per Oktober 2008. Perkembangan Inflasi Daerah Pada triwulan III2008, inflasi di Aceh menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan II2008. Inflasi tahunan kota Banda Aceh turun dari 12,26 menjadi 10,63 yoy. Sementara, Lhokseumawe turun dari 10,46 menjadi 9,16 grafik 2.1. Penurunan inflasi tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya dampak inflasi kenaikan harga BBM dan turunnya harga komoditi ikan segar dan bumbu-bumbuan. Selain itu, level harga di Aceh yang relatif tinggi dibandingkan rata-rata nasional sehingga ruang gerak bagi kenaikan harga semakin kecil dibandingkan daerah lain. Disparitas inflasi antara Banda Aceh dan Lhokseumawe juga semakin mengecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya kegiatan rehab-rekon yang selama ini berpusat di Banda Aceh, sehingga tekanan inflasi akibat kegiatan tersebut semakin mengecil di Banda Aceh. Menurut kelompok barangjasa, kelompok yang mengalami inflasi yang signifikan diatas 10 di Banda Aceh antara lain kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Tingginya inflasi pada 3 kelompok pertama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pada bulan puasa dan lebaran di bulan September lalu. Sedangkan inflasi pada kelompok kesehatan disebabkan oleh tingginya permintaan akan kebutuhan perawatan badan seperti salon, klinik kecantikan dan sejenisnya sementara jumlahnya masih terbatas. Di Lhokseumawe, kelompok barangjasa yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Hal tersebut berbeda dengan inflasi kelompok tersebut di Banda Aceh. Kenaikan salah satu komoditi pada kelompok tersebut yakni harga sewa kontrak rumah di Banda Aceh sudah mencapai puncaknya terlebih dahulu pada masa awal rehab-rekon. Dengan berkurangnya kegiatan rehab-rekon, menyebabkan ruang gerak naiknya harga sewa tersebut semakin mengecil. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan. Indikator keuangan Bank rata-rata mengalami kenaikan. Aset mengalami peningkatan disetiap jenis bank kecuali BPR Konvensional. Aset mengalami peningkatan sekitar 9 qtq selama triwulan III2008 menjadi Rp26,11 triliun. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK. Pada triwulan III2008, DPK tumbuh sekitar 11,6 qtq menjadi Rp18,93 triliun. Seiring dengan hal tersebut, penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan sekitar 8,2 qtq menjadi Rp8,86 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposit Ratio Perbankan Aceh turun dari 48,3 menjadi 46,8. Seiring dengan pertumbuhan kredit, rasio Non Performing Loans NPL perbankan Aceh juga mengalami peningkatan meskipun masih dalam batas aman dibawah 5. Rasio NPL naik dari 2,30 menjadi 2,45. Kinerja Bank Umum Konvensional yang mendominasi aset perbankan Aceh, menunjukkan peningkatan. Pangsa aset Bank Umum Konvensional terhadap total aset perbankan Aceh mencapai 95. Selama triwulan III2008, aset tersebut tumbuh sekitar 8,9 menjadi Rp24,8 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan DPK sekitar 11,8 menjadi Rp18,2 triliun. Seiring dengan hal tersebut, penyaluran kredit juga tumbuh sekitar 7,9 menjadi Rp8,39. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat daripada kredit menyebabkan turunnya LDR dari 47,8 menjadi 46,1. Dengan adanya peningkatan kredit juga telah mendorong peningkatan rasio NPL dari 2,14 menjadi 2,40. Sama seperti halnya Bank Umum Konvensional, kinerja Bank Umum Syariah juga mengalami peningkatan. Aset mengalami pertumbuhan lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional, yakni tumbuh sekitar 9,1 menjadi Rp1,17 triliun. Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan DPK sekitar 7,4, sehingga posisi DPK mencapai Rp654 miliar. Pembiayaan juga mengalami peningkatan yang lebih baik daripada Bank Umum Konvensional, yakni tumbuh sekitar 17,1. Akibatnya Financing to Deposit Ratio FDR mengalami peningkatan, terbalik dengan Bank Umum Konvensional, yang LDRnya mengalami penurunan. FDR naik dari 60,7 menjadi 66,2. Pertumbuhan pembiayaan tidak menyebabkan rasio Non Performing Financing meningkat. Rasio NPF bahkan turun dari 3,52 menjadi 3,36. Perkembangan Sistem Pembayaran Nilai transaksi non tunai khususnya kliring pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan secara nominal . Transaksi kliring selama triwulan III tercatat sebesar Rp451,4 miliar atau sebanyak 15.641 warkat. Sementara itu kasus penarikan cekbilyet giro kosong meningkat dari 469 warkat menjadi 587 lembar warkat dengan nilai Rp14,6 miliar atau 3,2 dari total nilai transaksi kliring. Hal tersebut perlu mendapat perhatian bersama, karena peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya moral hazard di masyarakat. Sementara itu net-outflow uang tunai di BI Banda Aceh mengalami peningkatan yang signifikan seiring meningkatnya kebutuhan uang tunai pada bulan puasa dan lebaran september lalu. Net-outflow mengalami peningkatan dari triwulan lalu yang sebesar Rp451,6 miliar menjadi Rp735,2 miliar di triwulan III2008. Jumlah uang tunai yang ditarik perbankan outflow di wilayah kerja BI Banda Aceh mencapai Rp810,2 miliar selama triwulan III2008. Sementara jumlah setoran uang tunai dari perbankan ke BI Banda Aceh hanya sebesar Rp75,1 miliar. Sementara itu, temuan uang palsu di BI Banda Aceh selama triwulan III2008 nihil. Perkembangan Keuangan Daerah Stimulus perekonomian dari belanja pemerintah pada triwulan III2008 diperkirakan masih rendah . Pada Oktober, realisasi APBD Provinsi NAD 2008 baru mencapai 14 atau sekitar Rp1,2 triliun dari pagu yang sekitar RP8,52 triliun. Sementara pengeluaran pemerintah pusat dari kantor BRR NAD-Nias sampai Juli 2008, baru terealisasi sekitar 32,47 Rp3,52 triliun dari total anggaran Rp10,88 triliun. Hal ini berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menjadi beban moneter apabila dana menganggur tersebut masuk pada instrumen SBI Sertifikat Bank Indonesia. Proyeksi Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2008 diproyeksikan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan diperkirakan pada kisaran -7 sd - 5 yoy, sedangkan pertumbuhan tanpa migas diperkirakan berkisar 3 sd 4 yoy. Untuk mencapai tersebut, peran pemerintah sangat signifikan dalam menjaga pertumbuhan dengan merealisasikan belanja sesegera mungkin. Selain berpengaruh pada pertumbuhan secara umum, realisasi belanja pemerintah tersebut sangat diharapkan masyarakat khususnya pada proyek-proyek pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya. Inflasi akhir tahun 2008 diperkirakan tidak berbeda dengan tahun 2007 lalu. Proyeksi inflasi kota Banda Aceh akan berkisar pada 10 sd 12 yoy sedangkan Lhokseumawe akan berkisar pada 8 s.d 10 yoy, yang didasarkan atas perkembangan inflasi tahunan selama 9 bulan terakhir. Tekanan inflasi pada triwulan IV diperkirakan berasal dari sisi demand dimana pada bulan Desember akan dilaksanakan hari raya idul adha disertai acara meugang yang akan memicu kenaikan harga daging dan bahan makanan. Oleh karena itu, pasokan komoditi-komoditi tersebut terjamin ketersediaannya di pasar. 1

BAB I Pe r k e m ba n ga n Ek on om i M a k r o Re gion a l

Sampai dengan triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih melambat seiring penurunan lifting gas dan kegiatan rehab-rekon yang sebentar lagi berakhir. Pertumbuhan diproyeksikan terus menurun yakni sekitar -8,7 yoy, akibat berkurangnya lifting gas di Aceh karena cadangan gas alam semakin menipis. Bila migas tidak diperhitungkan pertumbuhan triwulan III diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,63 yoy, sedangkan triwulan sebelumnya hanya 2,18. Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Prov. NAD Sumber : BPS Prov. NAD Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh naiknya konsumsi rumah tangga pada bulan puasa lalu, sementara komponen pengeluaran lainnya belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Komitmen investasi dalam skala besar belum juga terealisasi. Tampaknya investor masih bersikap wait and see terhadap perkembangan politik dan keamanan di Aceh khususnya Pemilihan Umum tahun 2009 nanti. Realisasi anggaran pemerintah juga masih rendah yakni sekitar 14 akibat keterlambatan pengesahaan rancangan Anggaran tahun 2008. Sementara belanja pemerintah untuk rehab-rekon juga akan semakin berkurang

3.6 20.1