65
K. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan pada sub bab sebelumnya, Peneliti mengkaji kelayakan ruang bengkel kayu SMK N 3 Yogyakarta
berdasarkan standar tentang sarana dan prasarana ruang, yaitu Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 dan SNI-03-6572-2001.
1. Ruang Bengkel Kayu
Berdasarkan analisis perbedaan antara luas standar dan kenyataan di lapangan, dapat diketahui bahwa ruang bengkel kayu di SMK N 3 Yogyakarta
belum memenuhi standar untuk digunakan sebagai ruang praktik kerja kayu. Hal tersebut dikarenakan luasan tidak memenuhi kriteria berdasarkan persentase
ketercapaian. Area kerja kayu di ruang bengkel kayu SMK N 3 Yogyakarta diperoleh
luas sebesar 90 m
2
sedangkan standar luas area kerja minimal adalah 256 m
2
. Jadi untuk luas dimensi area kerja tidak memenuhi standar. Persentase
ketercapaian luasan standar dengan yang ada di lapangan sebesar 35,16. Luas ruang penyimpanan dan instruktur diperoleh persentase
ketercapaian luasan standar dengan yang ada di lapangan sebesar 40,63. Hal tersebut menjelaskan bahwa luas ruang penyimpanan dan instruktur tidak
memenuhi standar. Luas ruang bengkel kayu total diperoleh persentase ketercapaian luasan
standar dengan yang ada di lapangan sebesar 35,86. Jadi luas ruang bengkel kayu secara keseluruhan tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Permendiknas No. 40 Tahun 2008. Untuk itulah diharapkan kepada pihak sekolah agar segera menambah kekurangan tersebut agar sesuai dengan
standar.
66 Luas ruang bengkel kayu tidak memenuhi standar karena ruang tersebut
sejak awal tidak direncanakan untuk ruang bengkel. Ruang ini merupakan bangunan cagar budaya yang dibangun pada jaman Belanda. Fungsi awal
bangunan ini pada jaman Belanda sebagai asrama perawat. Setelah seluruh bangunan rumah sakit beralih fungsi menjadi bangunan sekolah, maka ruang
perawat beralih fungsi menjadi ruang kelas. Ketika kegiatan praktik tidak lagi diselenggarakan di BLPT dan sekolah harus tetap melaksanakan kegiatan
praktik, maka ruang yang tadinya merupakan ruang kelas dialih fungsikan menjadi bengkel kayu.
Keterbatasan ruang bengkel kayu untuk praktik ini mengakibatkan kegiatan praktik tidak hanya dilakukan di dalam area kerja namun juga dilakukan
di halaman bengkel. Saat praktik, sebagian bangku dan kursi kerja terkadang diletakkan di halaman bengkel kayu.
Sedangkan dilihat dari ruangan, bengkel kerja kayu sebaiknya tidak berkeramik. Sedangkan ruang bengkel kerja kayu di SMK N 3 Yogyakarta
beralaskan keramik. Hal ini dapat memicu terjadi kecelakaan kerja. Lantai yang licin menambah kewaspadaan siswa dalam melaksanakan kegiatan praktik.
Untuk meningkatkan keselamatan kerja, pihak sekolah menyediakan sepatu khusus untuk praktik, namun siswa tidak menggunakan sepatu tersebut.
2. Pencahayaan Ruang Bengkel kayu
Hasil analisis tingkat pencahayaan alami pada ruang bengkel kayu di SMK N 3 Yogyakarta tidak memenuhi standar. Hal ini disebabkan karena letak
bengkel kerja kayu. Ruang bengkel kayu SMK N 3 Yogyakarta menghadap ke timur dan barat. Itulah sebabnya mengapa hasil pengukuran pencahayaan alami
untuk pagi dan sore hari lebih besar di banding siang hari.