Keterangan Para Pihak Pertimbangan Tentang Duduk Perkaranya

bukanlah peraturan yang bisa diterapkan untuk masyarakat. Harkat dan martabat manusia harus dihargai sepenuhnya dan tidak boleh diperalat untuk tujuan apapun. Hakim Pengadilan Agama Wates dalam wawancaranya juga menambahkan bahwa perkawinan tidak hanya diatur dalam Undang-Undang perkawinan saja, melainkan juga diatur dalam hukum Islam, dan itu artinya, hak warga negara untuk melangsungkan perkawinan dijamin dalam berbagai peraturan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hakim harus pandai melihat dan menelaah, apakah yang diputuskan pada akhirnya tetap memenuhi rasa keadilan dan menjamin ditegakkannya hak asasi manusia ataukah tidak. Pada perkara pidana saja seorang pencuri dijamin hak asasi manusianya, ini artinya dalam perkara dispensasi perkawinan yang tidak mengandung unsur merugikan pihak lain, hak asasi manusia juga perlu untuk ditegakkan.

b. Keterangan Para Pihak

Keterangan para pihak menjadi suatu pertimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan keputusan. Keterangan para pihak tersebut harus mengenai peristiwa yang ia dengar, lihat dan alami sendiri dan disampaikan dalam persidangan. Keterangan para pihak juga berupa kesaksian mengenai peristiwa yang sebenarnya. Dalam perkara dispensasi perkawinan, pemohon biasanya adalah orang tua dari anak yang akan melaksanakan perkawinan. Keterangan para pihak meliputi keterangan pemohon, anak pemohon, calon istri suami anak pemohon, calon besan pemohon. Dalam pertimbangannya, hakim juga mempertimbangkan kehadiran para pihak atau Pemohon ketika persidangan berlangsung. Hal ini akan memperkuat pertimbangan hakim karena apa yang menjadi bagian dari permohonan dapat ditanyakan langsung oleh hakim kepada pemohon. Selain itu, hakim juga akan memberi nasehat kepada pemohon untuk mengurungkan niatnya mengajukan permohonan. Menurut hakim Pengadilan Agama Wates keterangan para pihak tersebut harus mengenai peristiwa yang ia dengar, lihat dan alami sendiri dan disampaikan dalam persidangan. Keterangan para pihak juga berupa kesaksian mengenai peristiwa yang sebenarnya. Keterangan tersebut antara lain adalah keterangan yang berasal dari anak pemohon Diah Ayu Puspitasari seperti dalam contoh perkara nomor 0021Pdt.P2013PA.Wt., yang menerangkan tentang keadaan yang sebenarnya antara lain adalah sebagai berikut: “Bahwa, calon isteri berstatus gadis, sekarang berumur 14 tahun 10 bulan dan sudah tidak sekolah ; Bahwa, calon isteri telah menjalin hubungan cinta dengan seorang laki-laki bernama MAKMUN SOLEH bin MARUJI sejak 1 tahun yang lalu, sudah bertunangan dan ingin segera melaksanakan perkawinan karena telah hamil 3 tiga bulan akibat hubungan badan di luar nikah dengan calon suami tersebut ; Bahwa, calon isteri sudah siap untuk menjadi istri maupun ibu rumah tangga yang baik karena sudah mengetahui kewajiban sebagai seorang isteri maupun seorang ibu ; Bahwa, antara dirinya dengan calon suaminya tersebut tidak ada hubungan darah, hubungan susuan atau hubungan lain yang menghalangi pernikahan ; Bahwa, benar calon suaminya berstatus jejaka dan sudah bekerja sebagai buruh di bengkel las;” Hakim Pengadilan Agama Wates dalam wawancaranya pada tanggal 7 Oktober 2013 menyebutkan bahwa keterangan para pihak yang harus didengar oleh Majelis hakim tidak hanya berasal dari Pemohon dan anak Pemohon, melainkan fakta dan kenyataan yang berasal dari calon suami anak pemohon dan keluarganya untuk memperkuat permohonan yang diajukan. Contoh dalam perkara Nomor 0021Pdt.P2013PA.Wt., keterangan yang di dengar oleh hakim dalam persidangan yang berasal dari pihak calon suami adalah keterangan dari calon suami anak pemohon beserta Ayah Makmun Soleh bin Maruji yakni maruji bin Amat Darso. Dalam penjelasannya di persidangan, Makmun Soleh bin Maruji menjelaskan antara lain: “Bahwa, calon suami akan menikah dengan calon isterinya yang bernama DIAH AYU PUSPITASARI binti SURANTO karena telah menjalin hubungan cinta dengan calon isterinya sejak 1 tahun yang lalu dan ingin segera melaksanakan pernikahan, karena calon isteri sudah hamil 3 tiga bulan akibat hubungan badan di luar nikah dengan dirinya; Bahwa, antara calon suami dengan calon isterinya tersebut tidak ada hubungan keluarga, hubungan susuan maupun hubungan lain yang menjadi penghalang pernikahan; Bahwa, calon suami berstatus jejaka, dan sudah siap untuk menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik karena sudah bekerja sebagai buruh di Bengkel Las dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp. 1.500.000,- Satu juta lima ratus ribu rupiah;” Selain keterangan yang diberikan oleh anak pemohon dan calon mantu pemohon, dalam pertimbangannya, hakim Pengadilan Agama Wates juga mendengar dari calon besan pemohon untuk mendapatkan fakta yang lebih relevan. Keterangan pihak berperkara yang di dengar oleh hakim dalam perkara Nomor 0021Pdt.P2013PA.Wt., dilandasi alasan bahwa calon mempelai wanita telah hamil di luar nikah. Sedangkan dalam perkara nomor 0022Pdt.P2012PA.Wt., alasan pengajuan permohonan adalah karena kedua calon mempelai telah sering digropyok massa ketika berbuat mesum. Hakim Pengadilan Agama Wates menyebutkan bahwa dalam hal berbeda perkara dan alasan, maka keterangan yang di dengar oleh hakim dalam persidangan juga akan berbeda. Pada contoh perkara ini hakim mendengarkan keterangan dari anak Pemohon calon mempelai pria bernama Widiyantoro berumur 16 tahun 10 bulan yang membenarkan bahwa ia datang menghadap Majelis Hakim Pengadilan Agama Wates karena akan dimintakan dispensasi perkawinan oleh ibunya. Widiyantoro dalam penjelasannya mengatakan hal-hal antara lain: “Bahwa ia adalah anak kandung Pemohon; Bahwa ia hadir di pengadilan karena akan segera menikah dengan calon istri yang bernama Yuliariyanti binti Sudi Harsono akan tetapi setelah mendaftar di KUA Panjatan dan diteliti persyaratannya diketahui ia kekurangan umur untuk menikah karena baru berumur 16 tahun 10 bulan, sehingga untuk dapatnya menikah harus ada dispensasi dari pengadilan; Bahwa Pernikahan ini tidak bisa ditunda lagi, alasannya ia dan calon istri telah berpacaran sekitar 5 tahun sejak ia masih kelas 5 SD, bahkan sudah sampai digrebek massa dua kali dan telah melakukan hubungan badan layakya suami-istri tiga kali, sehingga agar perbuatan madharat tersebut tidak berkelanjutan maka pernikahan harus segera dilaksanakan agar sah secara hukum negara maupun agama; Bahwa ia sudah mantab menjadi kepala keluarga sekaligus sebagai suami dan akan bertanggungjawab; Bahwa bentuk tanggungjawabia sebagai calon suami dan kepala keluarga adalah saat ini ia sudah bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan perhari Rp.35.000,00 tiga puluh lima ribu rupiah, disamping itu ia beternak ayam di rumah; Bahwa sejak lulus SD ia tidak melanjutkan sekolah lagi dan memilih untuk bekerja; Bahwa antara ia dengan calon istri adalah orang lain dan tidak ada hubungan keluarga, sesusuan, ataupun hubungan lain yang dapat menghalangi sahnya perkawinan. Bahwa statusnya jejaka dan tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain; Bahwa ia beserta keluarga sudah melamar calon istri dan lamarannya telah diterima dengan baik, dan ia tidak melamar wanita lain kecuali calon istri;” Hakim dalam proses pemeriksaan di persidangan dalam perkara ini juga mendengar keterangan dari calon menantu pemohon atau calon mempelai wanita. Yuliariyanti binti Sudi Harsono berumur 35 tahun membenarkan apa yang dikatakan oleh calon suaminya bahwa keduanya memang sudah menjalin cinta sejak lama dan pernah digropyok massa dua kali ketika berbuat mesum. Ia juga membenarkan bahwa ia pernah berhubungan badan layaknya suami istri dengan calon suaminya selama 3 kali. Keterangan yang lain juga di dengan hakim dari Calon Besan Pemohon yakni ayah dari calon mempelai wanita Sudi Harsono bin Amat Kardi yang menjelaskan tentang hubungan kedua calon mempelai. Penjelasan tersebut antara lain: “Bahwa ia harus sampai ke Pengadilan karena setelah mendaftarkan pernikahan di KUA Panjatan dan diperiksa persyaratannya, diketahui ada kekurangan syarat yakni calon mempelai laki-laki kurang umur karena belum ada 19 tahun, sehingga untuk bisa menikah harus ada dispensasi dari pengadilan; Bahwa pernikahan ini tidak dapat ditunda karena keduanya sudah saling mencintai dan kehendak untuk menikah begitu kuatnya, bahkan keduanya pernah digrebek massa dua kali, sehingga untuk menghindarkan dari perbuatan madharat berkepanjangan keduanya harus segera dinikahkan agar sah secara hukum negara maupun agama; Bahwa antara calon suami dan calon istri adalah orang lain dan tidak ada hubungan keluarga, sesusuan ataupun hubungan lain yang dapat menghalangi sahnya perkawinan; Bahwa Anaknya bernama Yuliariyanti masih perawan, tidak terikat perkawinan dengan orang lain, dan tidak menerima pinangan orang lain kecuali pinangan anak Pemohon Widiyantoro; Bahwa ia sebagai orangtua siap dan sanggup membantu serta membimbing keduanya jika dalam rumahtangganya nanti terdapat kekurangan; Contoh lain yakni dalam perkara nomor 0090Pdt.P2012PA.Wt., Pemohon mengajukan permohonan dispensasi perkawinan untuk anak laki-lakinya yang telah menjalin hubungan cinta dengan seorang perempuan, bahkan perempuan tersebut telah melahirkan anak berumur 1 minggu dari hasil hubungan keduanya. Dalam perkara ini di persidangan Hakim mendengar keterangan dari Anak pemohon yang masih berumur 18 tahun 2 bulan. Anak pemohon memberikan keterangan bahwa pemohon merupakan orangtua kandungnya. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa ia terpaksa menikah karena ia telah menjalin hubungan yang terlalu erat dan akibatnya sampai lahir anak dari hasil hubungan tersebut. Dalam keterangan Anak pemohon di persidangan, selain menjelaskan mengenai fakta yang terjadi, anak pemohon juga menjelaskan mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan perkawinannya yakni tentang tidak adanya halangan untuk melangsungkan perkawinan dan tentang lamarannya yang telah diterima oleh calon mertuanya. Anak pemohon juga menjelaskan mengenai pekerjaannya dalam persidangan, ini dimaksudkan agar hakim juga yakin bahwa ia telah siap untuk membina rumah tangga dan mencukupi anak dan istrinya kelak. Anak pemohon telah bekerja menjadi seorang kernet bus jurusan Yogyakarta- Pekanbaru dengan penghasilan Rp. 700.000,- per bulan. Keterangan para pihak yang di dengar di persidangan oleh hakim dalam perkara ini juga diberikan oleh calon menantu pemohon yang berumur 16 tahun. Calon menantu pemohon membenarkan keterangan dari anak pemohon bahwa keduanya telah berpacaran dan dirinya telah melahirkan seorang anak berumur satu minggu dari hasil hubungan tersebut. Selain membenarkan keterangan dari pemohon dan anak pemohon, calon menantu pemohon juga memberikan keterangan mengenai keinginannya untuk menikah dengan anak pemohon dan dia tidak menerima pinangan dari orang lain kecuali dari anak pemohon. Keterangan selanjutnya diberikan oleh calon besan pemohon. Dalam keterangannya di persidangan calon besan pemohon membenarkan bahwa anaknya akan dinikahkan dengan anak pemohon tetapi ditolak oleh pihak KUA karena umur anak pemohon belum mencukupi. Kemudian dia juga menjelaskan perihal yang menyangkut rencana perkawinan anaknya, yakni tentang tidak adanya halangan perkawinan, tentang lamaran yang sudah dilaksanakan, dan tentang harus disegerakannya perkawinan anaknya dengan anak pemohon karena anaknya sudah melahirkan seorang anak berumur 1 minggu. Dengan adanya keterangan para pihak yang saling mendukung dan tidak saling bertentangan seperti tersebut diatas maka hakim Pengadilan Agama Wates dalam mengkonstatir perkara akan lebih pasti. Hakim Pengadilan Agama Wates dalam wawancaranya pada tanggal 7 Oktober 2013 menyebutkan bahwa keterangan para pihak yang diberikan selama persidangan akan sangat menentukan langkah-langkah hakim dalam melihat, mengakui dan membenarkan perkara. Ini berarti bahwa hakim tidak hanya membuat kesimpulan yang dangkal atau secara gegabah menyimpulkan tentang kebenaran perisyiwa yang disampaikan oleh para pihak tersebut. Contoh perkara lain adalah perkara nomor 0033Pdt.P2013PA.Wt., dalam perkara ini, pemohon mengajukan permohonan dispensasi perkawinan karena alasan anaknya sudah menjalin cinta dengan seorang perempuan sedemikian eratnya dan keduanya sudah sangat ingin menikah. Umur anak pemohon adalah 18 tahun 10 bulan dan sebentar lagi akan sampai pada 19 tahun. Dalam proses pemeriksaan di persidangan hakim Pengadilan Agama Wates yang menangani perkara ini sudah memberikan nasehat untuk menunggu beberapa bulan lagi saja sampai umur anak pemohon genap 19 tahun, namun pemohon tetap bersikeras dan mempertahankan permohonannya. Hakim dalam perkara ini mendengar keterangan dari anak pemohon yang menjelaskan bahwa dirinya bermaksud menikah dengan perempuan yang sudah dipacarinya cukup lama tetapi keinginannya untuk menikah ditolak oleh KUA karena alasan kurang umur, kemudian anak pemohon juga membenarkan bahwa dirinya ingin menikah karena sudah terlalu akrab dan sering bepergian berdua. Anak pemohon juga menjelaskan bahwa tanggal pernikahannya sudah ditentukan dan lamarannya sudah dilangsungkan, selain itu juga ia menyatakan sanggup untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya kelak karena ia telah memiliki penghasilan dari pekerjaannya sebagai karyawan bengkel mobil sebesar Rp. 1.200.000,- per bulan. Keterangan dari para pihak selanjutnya di dengar oleh hakim dari calon menantu pemohon yang membenarkan bahwa keinginannya untuk menikah dengan anak pemohon ditolak oleh pihak KUA karena alasan kurang umur. Dirinya juga menjelaskan bahwa antara drinya dengan anak pemohon tidak ada halangan untuk melangsungkan perkawinan. Calon menantu pemohon dalam keterangannya juga menjelaskan bahwa selain alasan sangat ingin menikah dengan anak pemohon dan membenarkan bahwa ia telah menjalin cinta dengan anak pemohon namun hubungannya belum sampai pada hal-hal yang dilarang hanya berpegangan tangan saja, ia juga menjelaskan bahwa alasannya ingin segera menikah adalah agar terhindar dari hal-hal yang melanggar norma agama dan adat. Ia juga mengatakan bahwa ia sedang tidak dalam pinangan orang lain selain pinangan Pemohon. Keterangan yang lain berasal dari calon besan pemohon. Dalam hal ini, calon besan pemohon membenarkan keterangan anak pemohon dan anaknya yang menjelaskan mengenai penolakan rencana pernikahan oleh KUA. Calon besan pemohon juga menjelaskan bahwa diantara anaknya dan anak pemohon tidak terdapat halangan perkawinan. Dalam keterangannya, calon besan pemohon membenarkan bahwa anaknya dan anak pemohon sudah sangat ingin menikah dan sudah bergaul terlalu akrab sehingga lebih baik segera dinikahkan. Dari beberapa contoh perkara yang peneliti himpun di atas, alasan dan keterangan yang diberikan oleh para pihak pada masing-masing perkara jelas berbeda-beda meskipun secara garis besar sistematikanya hampir sama yakni mengenai ada atau tidaknya halangan perkawinan, penolakan dari KUA dan perihal lamaran. Adanya keterangan para pihak inilah yang kemudian akan dikonstatir oleh hakim untuk memastikan kebenaran dari peristiwa tersebut dengan sarana pembuktian. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa keterangan yang diberikan oleh para pihak di persidangan sangat penting untuk menentukan keputusan hakim yang akan diberikan nantinya. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Yahya Harahap 2008: 501 yang menjelaskan bahwa, “hanya fakta-fakta yang diajukan di persidangan yang boleh dinilai dan diperhitungkan menentukan kebenaran dalam mengambil putusan. Sehubungan itu, fakta yang boleh dinilai dan diperhitungkan hanya yang disampaikan para pihak kepada hakim di persidangan. Hakim tidak dibenarkan menilai dan memperhitungkan fakta-fakta yan tidak diajukan pihak yang berperkara.” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa fakta-fakta yang boleh dinilai dan diperhitungkan oleh hakim untuk menentukan kebenaran dalam mengambil putusan adalah fakta-fakta yang diajukan di persidangan yang dalam hal ini merupakan fakta-fakta yang di dengar hakim dari keterangan para pihak.

c. Alat Bukti

Dokumen yang terkait

Dualisme legalatis pemohon dalam proses pengajuan dispensasi perkawinan (kajian yuridis terhadap penerapan buku pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan agama (Buku II)

0 3 135

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGABULKAN PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA WATES (Studi Kasus : PENETAPAN Nomor 015/Pdt.P/2015/PA.Wt ;PENETAPAN Nomor 024/Pdt.P/2015/PA.Wt)

0 2 90

PENETAPAN DISPENSASI KAWIN OLEH HAKIM DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA BANTUL

0 4 93

DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 3 19

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGABULKAN PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR DILIHAT DARI SEGI Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta

0 2 19

SKRIPSI Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 11

PENDAHULUAN Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 14

Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Perkawinan Dini Akibat Hamil di Luar Nikah pada Pengadilan Agama Bantul

0 0 18

Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Palangka Raya dalam mengabulkan permohonan dispensasi kawin di bawah umur - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

BAB III PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN DISPENSASI UNTUK PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA PANGKALPINANG) - Pertimbangan hakim mengabulkan dispensasi untuk perkawinan

0 0 38