Perumusan Masalah Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi sektor publik mengenai pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Perimbangan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. 2. Bagi pemeritah daerah, untuk memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan terutama kebijakan yang berkaitan dengan pengalokasian belanja modal yang terdapat dalam APBD. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan pemikiran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan Belanja Modal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

a. Pengertian dan Unsur-unsur APBD

Universitas Sumatera Utara APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah Saragih, 2003. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah Nordiawan, 2007. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah Universitas Sumatera Utara dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Sasaran yang dimuat dalam APBD harus sesuai dengan fungsi belanja, standar pelayanan yang diharapkan, dan perkiraan biaya kegiatan yang bersangkutan. APBD harus memuat bagian pendapatan yang digunakan untuk membiayai biaya administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modalinvestasi. Apabila sasaran tersebut dimuat. APBD tersebut akan dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah. APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1 Rencana kegiatan suatu daerah 2 Adanya sumber penerimaan 3 Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka 4 Periode anggaran yang biasanya 1 satu tahun.

b. Struktur APBD

Karakteristik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD di era prareformasi berbeda dengan era reformasi. Di era prareformasi, APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan Kepala Daerah dengan menggunakan pendekatan tradisional. Dalam pendekatan tradisional, anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran. Universitas Sumatera Utara Tujuan pendekatan ini adalah untuk melakukan pengendalian atas pengeluaran. Di era reformasi, peraturan-peraturan daerah mengisyaratkan laporan keuangan yang makin informatif. APBD dibagi menjadi tiga bagian yaitu penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan bagian yang tidak ada ketika era prareformasi. APBD merupakan satu kesatuan Darise, 2008 yang terdiri dari: 1. Pendapatan daerah 2. Belanja daerah 3. Pembiayaan daerah Selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, digunakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal investasi daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusatdaerah, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih tahun anggaran berjalan. Pemanfaatan surplus disebut sebagai pengeluaran pembiayaan. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan sebagai pembiayaan untuk menutup defisit tersebut diantaranya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran lalu, penggunaan cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman Universitas Sumatera Utara atau penerimaan piutang. Langkah-langkah untuk menutupi defisit disebut penerimaan pembiayaan.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PNBPDB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur penduduk terjadi atau tidak Arsyad, 2005. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang Sirojuzilam, 2010. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat mulai dari lapisan atas sampai bawah. Masyarakat dapat menikmati hasil tersebut secara langsung maupun melalui campur tangan pemerintah. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun dapat digambarkan melalui penyajian PDRB atas harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian. Sebaliknya apabila negatif menunjukkan Universitas Sumatera Utara terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber daya dan dana negara. Terdapat perbedaan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi terjadi dalam bentuk: a peningkatan dalam pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertumbuhan PNB melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dan b pertumbuhan PNB tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak tradisional. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk dan apakah perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur masyarakat dan kelembagaan yang menyertainya berlangsung atau tidak Kamaluddin, 1998.

3. Pendapatan Asli Daerah PAD

Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah PAD dipisahkan menjadi empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD Halim, 2001. Pendapatan Asli Daerah PAD dipungut berdasarkan peraturan daerah. Sumber-sumber PAD antara lain: a. Pajak daerah Universitas Sumatera Utara Pajak adalah iuran yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak yang dikelola atau dipungut oleh pemerintah daerah teknis terdiri dari empat jenis yaitu: 1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 2. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 3. Pajak bahan bakar bermotor, dan 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan air permukaan. Pajak yang dikeloladipungut oleh pemerintah kabupatenkota terdiri dari: 1. Pajak hotel 2. Pajak restoran 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame 5. Pajak penerangan jalan 6. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian 7. Pajak parkir Universitas Sumatera Utara Besarnya tarif, untuk pajak provinsi ditetapkan secara seragam di seluruh Indonesia sebagaimana diatur dalam PP No. 65 Tahun 2001. Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupatenkota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Perda, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU. b. Retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan secara khusus danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu 1. Retribusi jasa umum Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Retribusi jasa usaha Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. 3. Retribusi perizinan tertentu Universitas Sumatera Utara Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam memberikan izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana , atau fasilitas tertentu untuk melindungi kepentingan umum, dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu dipaparkan sebagai berikut. Tabel 2.1 Jenis-jenis Retribusi Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan; 3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; 4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; 5. Retribusi 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan; 3. Retribusi Tempat Pelelangan; 4. Retribusi Terminal; 5. Retribusi Tempat Khusus Parkir; 6. Retribusi Tempat Penginapan PesanggrahanVilla; 7. Retribusi Penyedotan Kakus; 8. Retribusi Rumah Potong Hewan; 9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; 10. Retribusi Tempat 1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3. Retribusi Izin Gangguan; 4. Retribusi Izin Trayek Universitas Sumatera Utara Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; 6. Retribusi Pelayanan Pasar; 7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. Rekreasi dan Olah Raga; 11. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; 12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; 13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Sumber: www.djpk.depkeu.go.id c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber penerimaan daerah ini terdiri dari: 1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD 2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN 3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarak d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Universitas Sumatera Utara Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: 1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan 2. Hasil pemanfaatan kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan 3. Jasa giro 4. Bunga deposito 5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi 6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. 7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi 9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan 10. Pendapatan dari pengendalian 11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum 12. Pendapatan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 13. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.

4. Dana Perimbangan

Universitas Sumatera Utara Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah. Dana perimbangan terdapat pada RKA dan DPA SKPD Badan Pengelola Keuangan dan tidak terdapat di SKPD yang lain. Dana perimbangan terdiri dari: a. Dana Bagi Hasil Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil terdiri dari dana bagi hasil bersumber dari pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari: 1. Pajak Bumi dan Bangunan PBB Dana bagi hasil dari penerimaan PBB sebesar 90 untuk daerah meliputi 16,2 untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi, 64,8 untuk daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah KabupatenKota, dan 9 untuk biaya Universitas Sumatera Utara pemungutan. Sedangkan 10 bagian pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupatenkota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan imbangan sebesar 65 dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupatenkota, dan sebesar 35 dibagikan sebagai intensif kepada daerah kabupatenkota yang realisasi tahun sebelumnya mencapaimelampaui rencana penerimaan sektor tertentu. 2. Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan BPHTB Dana bagi hasil dari penerimaan BPHTP sebesar 80 dengan rincian 16 untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi, dan 64 untuk daerah kabupatenkota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah KabupatenKota. Sedangkan 20 bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTP dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota. 3. Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Dana bagi hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 merupakan bagian daerah adalah sebesar 20 yang dibagi Universitas Sumatera Utara antara Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota, dimana 60 untuk kabupatenkota dan 40 untuk provinsi. Dana bagi hasil sumber daya alam berasal dari: 1. Kehutanan Penerimaan dari sektor kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan IHPH dan Provisi Sumber Daya Hutan PSDH yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah dan 60 untuk daerah. Sedangkan penerimaan yang berasal dari dana reboisasi dibagi dengan imbangan sebesar 60 untuk pemerintah dan 40 untuk daerah. 2. Pertambangan umum Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan umum yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah dan 80 untuk daerah. 3. Perikanan Dana bagi hasil dari penerimaan perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah dan 80 untuk seluruh kabupatenkota. 4. Pertambangan minyak bumi Universitas Sumatera Utara Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dengan imbangan 84,5 untu pemerintah dan 15,5 untuk daerah. Dana bagi hasil dari pertambangan minyak bumi untuk daerah sebesar 15 dibagi dengan imbangan 3 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil, dan 6 dibagikan untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari pertambangan minyak bumi untuk daerah yang sebesar 0,5 dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, dimana 0,1 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil, 0,2 dibagikan untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan 5. Pertambangan gas bumi Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dibagi dengan imbangan 69,5 untuk Universitas Sumatera Utara pemerintah dan 30,5 untuk daerah.Dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah sebesar 30 dibagi dengan imbangan 6 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil, dan 12 dibagikan untuk kabupatenkota dalam provinsi bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah yang sebesar 0,5 dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, dimana 0,1 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil, 0,2 dibagikan untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan 6. Pertambangan panas bumi Pertambangan panas bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan yang merupakan penerimaan negara bukan pajak, dibagi 20 untuk pemerintah dan 80 untuk daerah. Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan panas bumi yang dibagikan kepada daerah dibagi dengan imbangan 16 untuk provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil, dan 32 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. b. Dana Alokasi Umum DAU Universitas Sumatera Utara Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan keadilan antar daerah. Fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Menurut Yuwono, dkk 2008, Dana Alokasi Umum digunakan untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah, proporsi yang diberikan kepada daerah minimal sebesar 26 dua puluh enam persen dari penerimaan dalam negeri neto. Sedangkan menurut Wijaya 2007 mengungkapkan bahwa dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Dana Alokasi Umum DAU suatu daerah ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu daerah. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah Universitas Sumatera Utara fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya tinggi tetapi kebutuhan fiskalnya rendah akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang memiliki potensi fiskal yang rendah, tetapi kebutuhan fiskalnya tinggi akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. c. Dana Alokasi Khusus DAK Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Sesuai dengan Undang- Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang dimaksud adalah: 1. Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer. 2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Fungsi Dana Alokasi Khusus DAK adalah untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Universitas Sumatera Utara Secara khusus, fungsi DAK adalah untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

5. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal terdiri dari : 1. Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaan pembelian pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Universitas Sumatera Utara Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian, termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan , pembangunan pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 5. Belanja Modal Fisik Lainya Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pegadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan terhadap Universitas Sumatera Utara fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan dalam kriteria balanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan termasuk dalam belanja ini adalah belanja kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan anggaran belanja modal dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti tahun Judul Penelitian Variabel Kesimpulan Irma Syafitri 2009 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara Dependen = Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Independen = Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus Secara parsial, hanya Pendapatan Asli Daerah yang berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan, PDRB, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal. Lily Habriani Rangkuti 2010 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara Dependen = Belanja Langsung Independen = Pajak Daerah, Retribusi Daerah Secara parsial hanya lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung. Secara simultan, PAD pajak daerah, Universitas Sumatera Utara retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja langsung Agave Sianturi 2010 Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara Dependen = Belanja Modal Independen = Pajak Daerah, Retribusi Daerah Secara parsial, Pajak Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan, pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal. Sumber : data diolah oleh penulis, 2011

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

10 69 114

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 2 11