2.3 Pembangunan Kota yang Berkelanjutan
Pembangunan kota yang berkelanjutan adalah suatu proses dinamis yang berlangsung secara terus-menerus, merupakan respon terhadap tekanan perubahan
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Proses dan kebijakannya tidak sama pada setiap kota, tergantung pada kota-kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut
saat ini adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan sistem politik dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga
pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud Salim, 1997. Pertumbuhan kota dengan diiringi penduduk yang besar bagaimanapun akan
membutuhkan area yang lebih besar, sehingga akan menimbulkan permasalahan dengan alam. Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan
sebagaimana konsep E.Howard dengan Garden City-nya. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan. Demikian juga
yang disampaikan Geddes, bahwa alam merupakan unit terpenting bagi kelangsungan aktivitas kota Salim, 1997.
2.4 Peran Kawasan Pesisir dalam Perkembangan Kota
Secara fisik, kota merupakan kawasan terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga kepinggiran kota. Hal ini
memberikan gambaran konsentrasi bangunan atau areal terbangun yang ada di kota cenderung lebih besar atau lebih padat dibandingkan dengan daerah pinggiran atau
daerah pedesaan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Secara sosial, kota memberikan gambaran sebuah komunitas yang diciptakan pada awalnya untuk meningkatkan produktifitas melalui konsentrasi dan
spekulasi tenaga kerja, kebudayaan dan kegiatan rekreatif. Secara ekonomi, kota memberikan makna fungsi dasar suatu kota sebagai
tempat menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan kota itu sendiri.
Ekonomi perkotaan berkaitan erat dengan perkembangan kota, dimana ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan
pertumbuhan perkotaan, terutama untuk menerima perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan dibidang teknologi dan perubahan keadaan Hendro,
2001. Permasalahannya adalah bagaimana memadukan kepentingan dinamika
perkembangan kota dengan fungsi ekologis yang disandang oleh kawasan pesisir sebagai penghubung antara fungsi ekonomis di wilayah daratan dan di lautan. Sebab,
pengaruh pembangunan kota terhadap lingkungan adalah lebih besar daripada pengaruh pembangunan desa. Dalam kota, keadaan lingkungan alam sulit untuk
dipertahankan kelestarian dalam wujud aslinya sehingga lahirlah lingkungan buatan manusia. Permasalahannya adalah, sejauh mana fungsi lingkungan alam dapat
digantikan oleh lingkungan buatan manusia dan sampai seberapa jauh perubahan lingkungan tersebut mencapai titik krisis sehingga berdampak negatif terhadap
kehidupan manusia.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dalam pengembangan dan pengelolaan di pesisir adalah memanfaatkan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Menurut Dahuri 2001. Dari dimensi ekologis, agar pembangunan kawasan pesisir dapat
berlangsung secara berkelanjutan, maka harus memenuhi tiga persyaratan utama. Pertama, bahwa setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan di lokasi yang
secara biofisik ekologis sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut. Kedua, bahwa laju pembuangan limbah ke dalam kawasan
pesisir dan lautan hendaknya tidak melebihi kapasitas asimilasi kawasan tersebut. Artinya, perlu pengendalian pencemaran. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumber
daya alam kawasan pesisir dan lautan, khususnya yang dapat pulih, hendaknya tidak melampaui kemampuan pulihnya potensi lestari dalam kurun waktu tertentu.
Artinya, perlu pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Dimensi sosial ekonomi mensyaratkan bahwa laju perkembangan
pembangunan hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga permintaan total atas sumber daya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan
tidak melebihi kemampuan ekosistem pesisir dan lautan untuk menyediakannya. Dimensi sosial politik, mensyaratkan bahwa perlu diciptakan suasana yang
kondusif bagi segenap lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sumber daya pesisir dan lautan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dimensi hukum dan kelembagaan mensyaratkan perlunya sistem dan kinerja hukum dan kelembagaan yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan
sumber daya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.
2.5 Penelitian sebelumnya