TAFSIR Al-QUR’AN SURAT AL-BAQOROH 2:30-39

BAB III TAFSIR Al-QUR’AN SURAT AL-BAQOROH 2:30-39

I. Ayat dan Terjemah ْ ْ ﺎﻬ ْ أ اﻮ ﺎ ﺔ ضْرﺄْا ﺎ إ ﺔﻜ ﺎ ْ ﻚ ر لﺎ ْذإو ﺪ ﺎ ﺎ ْ أ إ لﺎ ﻚ سﺪ و كﺪْ ْ و ءﺎ ﺪ ا ﻚ ْ و ﺎﻬ نﻮ ْ 30 ﻮ ْأ لﺎ ﺔﻜ ﺎ ْا ﻰ ْ ﻬ ﺮ ﺎﻬ آ ءﺎ ْ ﺄْا مداء و آ ْنإ ءﺎ ﺆه ءﺎ ْ ﺄ دﺎ ْ ْ 31 ﻚ إ ﺎ ْ ﺎ ﺎ إ ﺎ ْ ﺎ ﻚ ﺎ ْ اﻮ ﺎ ﻜ ْا ْا ْأ 32 ْ أ لﺎ ْ ﻬ ﺎ ْ ﺄ ْ هﺄ ْأ ﺎ ْ ﻬ ﺎ ْ ﺄ ْ ﻬْ ْأ مد ﺎ لﺎ ْ ْ أ إ ْ ﻜ ْ أ نﻮ ْﻜ ْ ْآ ﺎ و نوﺪْ ﺎ ْ أو ضْرﺄْاو تاﻮ ا 33 نﺎآو ﺮ ْﻜ ْ او ﻰ أ ْإ ﺎ إ اوﺪ مد اوﺪ ْ ا ﺔﻜ ﺎ ْ ﺎ ْ ْذإو ﺮ ﺎﻜْا . 34 ﻚ ْوزو ْأ ْ ﻜْ ا مد ﺎ ﺎ ْ و ْ اﺪ ر ﺎﻬْ ﺎ آو ﺔ ْا ﺎ ا ﺎ ﻮﻜ ةﺮ ا ﺬه ﺎ ﺮْ ﺎ و ﺎ ْ . 35 ﺎﻬْ نﺎ ْ ا ﺎ ﻬ زﺄ ْ ﻜ و ﱞوﺪ ْ ْ ﻜ ْ اﻮ ْها ﺎ ْ و ﺎ ﺎآ ﺎ ﺎ ﻬ ﺮْ ﺄ ضْرﺄْا ﻰ إ عﺎ و ﱞﺮ ْ . 36 ﻮه إ ْ بﺎ تﺎ آ ر ْ مداء ﻰ ﺮ ا باﻮ ا . 37 ْ ىﺪه ْ ﻜ ْﺄ ﺎ ﺈ ﺎ ﺎﻬْ اﻮ ْها ﺎ ْ فْﻮ ﺎ ياﺪه نﻮ ﺰْ ْ ه ﺎ و ْ ﻬْ . 38 ﻚ وأ ﺎ ﺎ اﻮ ﺬآو اوﺮ آ ﺬ او نوﺪ ﺎ ﺎﻬ ْ ه رﺎ ا بﺎ ْ أ . 39 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahuiQS. 2:30 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar, QS. 2:31 Mereka menjawab:Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. 2:32 Allah berfirman:Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman:Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan, QS. 2:33 Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. QS. 2:34 Dan Kami berfirman:Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. QS. 2:35 Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:Turunlah kamu Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. QS. 2:36 Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabb-nya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. QS. 2:37 Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu Kemudian jika datang petunjuk- Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.QS. 2:38 Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.QA. 2:39.” 1

III. Tafsir Ayat 1.

Ayat 30 Penyampaian keputusan Allah kepada para malaikat tentang rencana-Nya menciptakan manusia dibumi. Penyampaian kepada mereka penting, karena malaikat akan dibebani sekian tugas menyangkut manusia, ada yang bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas memeliharanya, ada yang membimbingnya, dan sebagainya. 2 Kedudukan yang tinggi dalam tatanan alam wujud diatas bumi yang luas ini. Dan, ini yang dikehendaki untuknya oleh Sang Pencipta Yang Maha Mulia. Semua ini adalah pengarahan dari ungkapan kalimat yang luhur dan mulia , ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi” ketika 1 Tim Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005, Cet.10, h. 6 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. VII, h. 141 kita merenungkannya dengan perasaan sadar, mata hati yang terbuka, dan melihat apa yang terjadi dimuka bumi melalui tangan makhluk yang menjadi khalifah dalam kerajaan yang luas ini. 3 Utarakanlah kepada kaummu Muhammad titah Tuhanmu kepada para malaikat, “Sungguh aku akan jadikan Adam sebagai pengganti dari jenis yang lain yang dulu pernah ada dibumi kemudian binasa setelah berbuat kerusakan diatas bumi dan menumpahkan darah, dan Adam ini akan menempati tempatnya itu.” Sejumlah ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud “khalifah” dalam ayat ini, yaitu tugas mewakili Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dikalangan manusia. 4 “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang suka membunuh jiwa yang terlarang, kecuali karena alasan yang benar, sebagai khalifah dibumi? Padahal kami ini adalah makhluk-Mu yang bersih dari kesalahan.? 5 Perkataan malaikat ini memberi kesan bahwa mereka mempunyai bukti-bukti keadaan atau berdasarkan pengalaman masa lalunya dibumi, atau dengan ilham pandangan batinnya, yang menyingkap sedikit tentang tabi’at makhluk ini atau tentang tuntunan hidupnya dimuka bumi,, dan yang menjadikan mereka mengetahui atau memprediksi bahwa makhluk manusia ini kelak akan membuat kerusakan dimuka bumi dan menumpahkan darah. 6 Malaikat menduga bahwa dunia hanya dibangun dengan tasbih dan tahmid, karena itu malaikat melanjutkan pertanyaan mereka, Sedang kami mensucikan, yakni menjauhkan Dzat, Sifat, dan perbuatan-Mu dari yang segala yang tidak wajar bagi-Mu, sambil memuji-Mu atas segala yang Engkau anugerahkan kepada kami, termasuk mengilhami kami mensucikan dan memuji-Mu. 7

2. Ayat 31

3 Sayyid Quthb, Di Bawah Naungan al-Qur’an, Terj. Dari Tafsir Fi Zilalil Qur’an, oleh As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyharahil Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet. 1, h. 95 4 Syekh Mustafa al-Maraghi, Terjemah tafsir al-Maraghi, Bandung: CV. Rosda, 1987, cet. 2, h. 73 5 al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi… h.74 6 Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an … h. 95 7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah… h. 141 Manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya. Dia juga diberi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia anak kecil bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama- nama. Ini papa, ini mama, itu pena, itu mata dan sebagainya. 8 Rahasia kekuasaan itu diisyaratkan pada nama-nama benda, serta pada penamaan orang-orang dan benda-benda yang berupa lafal-lafal yang terucapkan hingga menjadikannya isyarat-isyarat bagi orang-orang dan benda-benda yang dapat di indera. Kekuasaan yang memiliki nilai yang tertinggi dalam kehidupan manusia dimuka bumi. 9 Kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi setiap sesuatu merupakan langkah bagi terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan. 10 Allah mengajarkan kepada Adam jenis-jenis ciptaa-Nya mengilhamkan kepadanya pengetahuan tentang dzat, karakteristik , sifat dan nama-nama ciptaan-Nya itu. Hikmah “mengajarkan” kepada Adam “dan memperlihatkan benda-benda kepada malaikat” adalah untuk memuliakan dan memilih Adam, agar para malaikat itu tidak sombong kepadanya karena ilmu dan pengetahuannya, dan untuk menampakkan rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu yang tersimpan dalam alam keghaiban ilmu-Nya melalui lisan hamba yang dikehendakinya. 11

3. Ayat 32

8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah… h. 145-146 9 Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an … h.68 10 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 147 11 Al-Maraghi, Tafsir al Maraghi... h. 76 Para malaikat pun mengakui akan kelemahan dan ketidak tahuannya dalam menjawab pertanyaan dan mengakui kesucian Allah SWT dalam segala macam kekurangan dan ketidak adilan. Ia menjawab, “apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami, bukan karena engkau tidak tahu, tetapi ada hikmah dibalik itu. 12 Kita mengetahui nilainya ketika kita menggambarkan kesulitan yang besar, yang tidak dapat kita mengerti seandainya menusia tidak diberi Kekuasaan kemampuan terhadap isyarat nama-nama benda itu. 13 Hal ini merupakan pengakuan Malaikat tentang kelemahannya menghadapi soal yang dibebankan kepada mereka yang menunjukan bahwa pertanyaan yang mereka ajukan kepada Allah itu minta penjelasan, bukan membantah, dan juga pernyataan pujian kepada Allah dengan patuh dan sopan atas ilmu yang telah ia limpahkan kepada mereka. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa sepatutnya manusia tidak mengabaikan kekurangannya, karunia dan kebaikan Allah kepadanya. 14

4. Ayat 33

Pengetahuan Adam tentang nama-nama itu jelas , tidak perlu di uji lagi, dan dia patut mengajarkannya kepada yang lain, sehingga dia memiliki bakat pengajar yang berguna, sedangkan malaikat menjadi murid yang memperoleh faedah dari ilmunya. Dan supaya Adam tidak merasa takut karena mengajar orang yang sudah pandai berbeda dengan mengajar yang lain. 15 12 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 146 13 Quthb, Tafsir fi Zilalil Qur’an… h. 68 14 Al-Maraghi, Tafsir al Maraghi... h. 78 15 Al-Maraghi, Tafsir al Maraghi... h. 78 Adam diperintahkan untuk “memberitakan”, yakni menyampaikan kepada malaikat, bukan “mengajar” mereka. Pengajaran mengharuskan adanya upaya dari yang mengajar agar bahan pengajarannya dimengerti oleh yang diajarnya, sehingga kalau perlu pengajar mengulang-ulangi pengajaran hingga benar-benar dimengerti.ini berbeda dengan penyampaian atau berita. Penyampaian tidak mengharuskan pengulangan, tidak juga yang diberitakan harus mengerti . 16 Malaikat tidak memerlukan kekhususan ini, karena tidak ada urgensinya dengan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, mereka tidak diberi yang demikian ini, maka ketika Allah mengajarkan rahasia ini kepada Adam dan mengemukakannya kepada para malaikat apa yang telah dikemukakannya kepada Adam, mereka tidak mengetahui nama- nama itu. Mereka tidak mengetahui bagaimana menempatkan rumus-rumus isyarat- isyarat lafal bagi sesuatu dan seseorang. Mereka menyatakan kelemahannya itu, dan mengetahui keterbatasan pengetahuannya. Padahal semua itu sudah diketahui dan dikenal oleh Adam. Kemudian didoronglah mereka untukmengetahui hikmah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. 17 Walaupun malaikat merupakan makhluk-makhluk suci yang tidak mengenal dosa, tetapi mereka tidak wajar menjadi khalifah, Karena yang bertugas menyangkut sesuatu haruslah memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan tugasnya. Khalifah yang bertugas dibumi haruslah mengenal apa yang dibumi, paling sedikit nama-namanya atau bahkan potensi yang dimilikinya. Ini tidak diketahui oleh malaikat, tetapi Adam As. mengetahuinya. Karena itu dengan jawaban para Malaikat 16 Shihab , Tafsir al-Misbah… h. 149 17 Quthb, Tafsir fi Zilalil Qur’an… sebelum ini dan penyampaian Adam kepada mereka terbuktilah kewajaran makhluk yang diciptakan Allah. Itu menjadi khalifah didunia. 18 Kekhalifahan dibumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah SWT., yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah menyangkut bumi ini. Dengan demikian, pengetahuan atau potensi yang dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengatahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, walau seandainya dia tekun ruku, sujud, dan beribadah kepada Allah SWT. Serupa dengan ruku, sujud, dan ketaatan malaikat. Bukankah malaikat yang sedemikian taat tidak mampu mengelola bumi ini, bukan karena kurangnya ibadah mereka, tetapi karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang alam dan fenomenanya. Allah melalui kisah ini bermaksud menerangkan bahwa bumi tidak dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal ilmiyah dan ilmu alamiyah. 19 Ayat-ayat ini menunjukkan kelebihan manusia dari makhluk-makhluk Allah lainnya, dan keutamaan ilmu dari ibadah. Karena syarat menjadi khalifah adalah ilmu, bahkan ilmulah manjadi dasarnya. Adam lebih mulia dari malaikat ini, karena dia lebih berilmu, dan orang orang yang lebih mulia adalah orang yang lebih tinggi ilmunya. 20

5. Ayat 34

Sujud secara lughah artinya: tunduk dan mengikut. Sujud kepada Allah ada dua macam: sujudnya makhluk berakal untuk beribadah dengan cara-cara yang ditentukan 18 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 149 19 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 151 20 Maraghi, Tafsir al-Maraghi… h. 79 oleh syara’; dan sujudnya makhluk-makhluk lain dengan jalan ikut dan tunduk kepada ketetapan kehendak-Nya. 21 Makna sujud yang diperintahkan Allah. dalam arti menampakkan ketundukan dan penghormatan kepada Adam as. Atas kelebihan yang dianugerahi Allah kepadanya. Dengan demikian,sujud yang dimaksud bukan dalam arti meletakkan dahi dilantai . ini adalah pendapat mayoritas ulama ahl as-Sunnah. Dengan demikian tidak ada alasan untuk berkata, bahwa iblis enggan sujud kepada Adam as. Karena ia enggan sujud kecuali hanya kepada Allah swt. Perintah sujud kepada Adam as. Jelas berbeda dengan perintah sujud kepada Allah swt. 22 Sebagai penghormatan kepada sang khalifah yang dianugerahi ilmu dan mendapat tugas mengelola bumi, maka Allah swt secara langsung memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam. 23 Para malaikat menyadari bahwa perintah ini tidak boleh ditangguhkan, karena itu tanda ketaatan dan penyerahan diri kepadanya. 24 Akan tetapi iblis menolak perintah Tuhannya untuk sujud, menunjukkan kesombongannya, dan menolak kebenaran, Karena merasa dirinya lebih baik unsurnya dari dari khalifah ini, lebih bagus pula hakekatnya. 25 Oleh karena itu, dalam hal ini iblis bukan termasuk kedalam golongan malaikat, melainkan hanya ada bersama mereka pada waktu itu. Seandainya iblis itu termasuk kedalam golongan malaikat, niscaya dia tidak akan melanggar perintah Allah, sebab 21 Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 80 22 Shihab, Tafsir al-Misbah… V. 5, h. 22-23 23 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 152 24 Shihab, Tafsir al-Misbah…, h. 152 25 Maraghi, Tafsir al-Maraghi… h. 84 sifat mereka yang utama adalah : “tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ QS. At-Tahrim:6. 26 Keengganan iblis untuk mentaati Allah dengan bersujud kepada Adam akhirnya menyebabkan diusir dari surga. Allah berfirman: “karena engkau angkuh dan membangkang, maka turunlah, yakni keluarlah dengan rendah lagi hina darinya, yakni dari surga, karena engkau dan siapapun tidak sepatutnya dalam keadaan apapun menyombongkan diri didalamnya, maka keluarlah dari surga sesungguhnya engkau dan siapapun yang menyombongkan diri termasuk orang-orang yang hina. 27

6. Ayat 35

Ketika kami yakni Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui berfirman dengan menyatakan “Hai Adam diamilah dengan tenang, sebagaimana difahami dari makna kata “uskun” – engkau dan istrimu – berdua saja tidak dengan anak cucumu karena kamu tidak beranak cucu di surga ini dan makanlah sepuas kamu sebagian dari makanan-makanan-nya yang banyak lagi baik dimana dan kapan saja kamu sukai tanpa ada pembatasan kecuali satu hal yaitu, dan janganlah kamu berdua mendekati apalagi memakan buah pohon ini. Karena jika kamu mendekatinya kamu berdua akan terjerumus dalam bahaya, sehingga menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim” yakni menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. 28 Semua buah-buahan disurga diperbolehkan bagi Adam untuk memakannya kecuali satu pohon, yang boleh jadi ini melambangkan akan adanya larangan dalam 26 Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an… h. 69 27 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.5, h. 31 28 Shihab, Tafsir al-Misbah… V. 1 h. 156 kehidupan dimuka bumi. Karena tanpa adanya sesuatu yang dilarang, maka iradah tidak akan tumbuh. Dan, tidak ada bedanya manusia yang punya kehendak dengan binatang yang cuma digiring, serta tidak teruji pula kesabaran manusia untuk menunaikan perjanjian dan keterikatannnya dengan persyaratan-persyaratan. Orang-orang yang cuma bersenang-senang tanpa punya iradah, maka mereka termasuk makhluk binatang, walaupun wujudnya manusia. 29 Allah melarang mendekati, bukan sekedar melarang memakannya. Larangan ini menunjukan kasih sayang Allah kepada Adam as. dan pasangannya serta anak cucu mereka. Allah swt. Maha Mengetahui bahwa ada kecendrungan manusia untuk mendekat, lalu mengetahui, dan merasakan sesuatu yang indah dan menarik. Disini langkah awal segera dilarang-Nya, agar tidak mengundang langkah berikutnya. 30 Larangan ini karena suatu hikmah , seperti karena membahayakan, atau sebagai ujian Allah kepada Adam, guna menampakkan kesanggupan manusia yang berupa kecendrungan ingin mengetahui sesuatu; meskipun hal itu merupakan pelanggaran yang mengakibatkan bahaya. 31

7. Ayat 36

Ungkapan azallahumaa’ setan menggelincirkan mereka’,” sebuah lafal ungkapan yang menggambaran adanya gerakan yang dilakukan . dan, anda hampir-hampir sedang menyaksikan setan yang menjauhkan Adam dan Hawa dari surga serta mendorong kaki mereka sehingga terpeleset dan jatuh. 32 Ayat ini menunjukan bahwa mereka tidak sepenuhnya sadar ketika itu. Mereka tergelincir. Dalam ayat lain dinyatakan bahwa Adam lupa. “Sesungguhnya telah Kami 29 Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an… h. 69 30 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.1, h. 157 31 Maraghi, Tafsir al-Maraghi... h. 87 32 Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an… h. 69 perintahkan dauhulu, maka ia lupa akan perintah itu, dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat” QS. Thaha 20:15. 33 Yang diperintahkan turun adalah Adam, istrinya dan iblis, demikianlah riwayat yang dinukil dari Ibnu Abbas, mujahid dan kebanyakan ulama’ salaf. 34 Sejak keistimewaan manusia diperlihatkan Allah kepada para malaikat, termasuk kepada iblis, maka sejak itu kebencian iblis kepada Adam as. tertancap jauh kedalam hatinya dan semakin menjadi-jadi, baik terhadap Adam as. maupun anak cucunya setelah ia terkutuk akibat keengganannya sujud. Bahkan setelah mengetahui ia mendapat kesempatan hidup sampai hari kebangkitan, maka tanpa segandan malu iblis berkata sambil bersumpah, disebabkan karena Engkau telah menyesatkan aku, yakni telah mewujudkan kesesatan dan kepercayaan menyangkut kebatilan dalam jiwa saya, maka aku benar-benar akan duduk berkonsentrasi selama masa penangguhan itu menghadapi dan menghalang-halangi mereka dijalan-Mu yang lurus. 35 Dalam surat al-A’raf dijelaskan bahwa iblis akan menggoda manusia dari empat arah, yaitu depan, belakang, kanan, dan kiri. Para ulama membahas, mengapa, ayat diatas hanya menyebut empat arah yang akan digunakan iblis, mengapa arah yang lainnya, yaitu atas dan bawah tidak disebutkan? Ada yang menjawab bahwa keduanya tidak perlu disebut, karena keempat arah itu, adalah arah yang biasa. Atau dahulu pada masa turunnya al-Qur’an digunakan musuh untuk menyerang lawannya. Penyebutan keempat arah itu, pada hakikatnya dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa iblis menggunakan segala cara, tempat dan 33 Shihab, Tafsir al-Misbah…, h.158 34 Maraghi, Tafsir al-Maraghi... h. 88 35 Shihab, Tafsir al-Misbah… V. 5, h. 35 kesempatan untuk menjerumuskan manusia. Jika demikian tidak tidak perlu lagi menyebut atas dan bawah. 36 Ada juga yang berpendapat, bahwa tidak disebutnya arah atas dan bawah adalah untuk mengisyaratkan bahwa tidaka ada arah yang aman dari godaan setan kecuali arah atas yang menjadi lambang kehadiran ilahi dan arah bawah sebagai lambang penghambaan diri manusia manusia kepada Allah swt. Atau arah atas adalah arah turunnya rahmat atau malaikat dan arah bawah adalah arah siapa yang mengharapkan rahmat. 37

8. Ayat 37

Adam sadar dari keterpelesetannya karena fitrahnya, dan ia segera disusuli oleh rahmat Tuhannya yang senantiasa menjemputnya bilamana ia kembali dan berlindung kepada-Nya. 38 Ayat ini mengandung arti bahwa Allah swt mengilhaminya penyesalan dari dalam lubuk hatinya yang tulus, dan atau mengilhaminya kalimat-kalimat do’a yang terucapkan. 39 Kalimat tersebut sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas adalah: “Wahai Tuhan kami, kami telah berbuat dzalim kepada diri kami sendiri. Dan jika engkau tidak mengampuni dosa kami dan tidak memberi rahmat kepada kami, niscaya kami benar-benar termasuk kedalam orang-orang yang merugi”. “Maha suci Engkau, ya Tuhan dan Maha Terpuji, Maha Mulia Asma-Mu, lagi Maha Agung MartabatMu. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Aku telah berbuat dzalim 36 Shihab, Tafsir, al-Misbah… V. 5, h. 36 37 Shihab, Tafsir al-Misbah… V. 5, h. 37 38 Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an… h. 69 39 Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 162. pada diriku sendiri. Maka ampunilah dosaku. Karena tidak ada yang mengampuni segala dosa, kecuali hanya engkau. 40 Jika kita sependapat dengan para ulama yang menyatakan bahwa kalimat-kalimat ayat ini adalah pengajaran Allah kepada Adam as. dan pasangannya untuk memohonkannya kepada Allah, maka ini mengisyaratkan pula bahwa taubat yang diterima Allah adalah taubat yang benar-benar tulus dan yang oleh pelakunya disadari sebagai ancaman kesengsaraan bila tidak dikabulkan Allah. Ancaman ini tentu dirasakan oleh mereka yang menyadari bahwa pelanggaran yang dilakukannya itu tertuju kepada Tuhan Yang Maha Agung. 41 Ayat ini merupakan salah satu perbedaan pokok pandangan Islam dan pandangan kristen tentang manusia. Ayat ini menjelaskan bahwa Adam as. telah diampuni Allah SWT., dengan demikian ia tidak membawa dosa akibat mencicipi buah terlarang itu. Tidak ada dosa yang diwariskannya, bahkan kalau pun seandainya beliau tidak mendapatkan pengampunan, pewarisan dosapun tidak diakui oleh al-Qur’an karena secara tegas dinyatakan bahwa: “seseorang tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwa seseorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. Dosa Adam adalah dosa pribadi, taubatnya pun bersifat pribadi, tidak kolektif, dan pengampunan yang dianugerahkan Allah kepadanya pun demikian. 42 Allah menerima taubat Adam dan pasangannya. Meskipun demikian, penerimaan taubat tersebut bukan berarti ia tidak dikeluarkan dari surga. Dalam QS. Al-A’raf 7:24 dijelaskan bahwa pengusiran terhadap mereka dengan menggunakan bentuk jamak ihbithu, sedang ayat QS. Thaha 29:123, menggunakan bentuk dual ihbitha. Apa yang dimaksud oleh ayat Thaha dengan menggunakan bentuk kata tersebut adalah dua pihak, yaitu satu Adam dan pasangannya, dan pihak kedua adalah setan. Ini untuk mengisyaratkan bahwa suami istri hendaknya menjadi satu keasatuan, satu langkah dan arah, saling mengingatkan dalam menghadapi dunia dan menghadapi setan. Adapun yang dimaksud dengan surah al-A’raf dengan bentuk jamak yang digunakannya adalah anggota kedua kesatuan itu, yakni kesatuan pertama adalah manusia yang terdiri dari 40 Maraghi, Tafsir al-Maraghi… h. 89 41 Shihab, Tafsir al-Misbah… V. 5, h. 162 42 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.1, h. 162 dua orang, yaitu Adam dengan pasangannya dan kesatuan kedua adalah iblis, sehingga mereka pada hakikatnya berjumlah tiga orang, sehingga dipilih bentuk jamak. 43 Tamatlah sudah kalimat Allah yang terakhir dan janjinya yang abadi kepada Adam serta anak cucunya, yaitu janji untuk menjadikannya khalifah dan penentuan kebahagiaan atau kebinasaan dengan syarat-syaratnya. 44

9. Ayat 38

Pengulangan ini dimaksudkan untuk menjelaskan dua hal yang berbeda. Perintah turun yang pertama mengisyaratkan turun kebumi tempat makan, minum, dan bermusuhan. Sedangkan perintah turun kedua untuk mengisyaratkan turunnya martabat keagamaan mereka, yakni martabat iblis akibat pembangkangan mereka dan godaannya kepada Adam dan istrinya, dan martabat Adam dan istrinya akibat mangikuti rayuan iblis dan memakan buah terlarang. 45 Perintah ini untuk menerangkan bahwa periode kenikmatan dan ketenangan telah habis dan datang periode kerja. Dalam periode kerja ini ada dua jalan: jalan hidayah dan keimanan dan jalan kufur dan kerugian. 46 Perjanjian yang diikat antara Allah dan Adam as. bahwa mereka akan mengikuti petunjuk Allah jika petunjuk itu tiba. Masing-masing mengikuti petunjuk yang tiba pada masanya. 47 43 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.5, h. 53 44 Quthb, Tafsir fi Zilalil Qur’an… h. 99 45 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.1, h. 167 46 Maraghi, Tafsir al-Maragh…, h. 95 47 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.1, h. 168 Barangsiapa yang berpegang teguh kepada syari’at yang dibawa para Rasul dan mau mempertimbangkan kebenarannya dengan akal sesudah memikirkan dalil-dalil yang terdapat dalam cakrawala dan diri mereka sendiri. 48

10. Ayat 39

Orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat Allah dan enggan bertaubat, mereka itulah penghuni neraka yang kekal. 49 Orang-orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-Ku, yakni orang-orang yang dalam hatinya mengingkari ayat-ayat kami dan orang-orang yang yang dengan ucapan mendustakannya, balasan mereka kekekalannya dineraka, disebabkan mereka mengingkari ayat-ayat kami. Keingkarannya lantaran mengikuti bisikan setan. Hal ini sebagai imbangan dari firman yang sebelumnya. 50

IV. Ikhtisar

Potensi manusia sebagaimana dijelaskan oleh al-Quran melalui kisah Adam dan Hawa Q.S. 2:30-39 bahwa sebelum kejadian Adam, Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan dibumi. Untuk maksud tersebut Allah memberikan akal dan ruhani. Dengan akal dan ruhani inilan Allah memberikan potensi kepada manusia, diantaranya: 1. Potensi untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam 2. pengalaman hidup disurga, baik yang berhubungan dengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya. 3. Petunjuk-petunjuk Agama Mengajarkan semua nama benda kepada adam membuktikan bahwa manusia mempunyai kesediaan untuk mengetahui serta memanfaatkan segala sesuatu dibumi dan memakmurkannya. 48 Maraghi, Tafsir al-Maraghi… h. 95. 49 Shihab, Tafsir al-Misbah… V.1, h. 167 50 Maraghi, Tafsir al-Maraghi… h. 96 Memperlihatkan benda-benda kepada malaikat dan mempertanyakan nama- namanya serta ketidak mampuan mereka menjawab merupakan ilustrasi bahwa persepsi roh dikuasakan mengatur alam adalah terbatas, tidak melampaui tugasnya. Adam lebih mulia dari malaikat, karena dia lebih berilmu, dan orang orang yang lebih mulia adalah orang yang lebih tinggi ilmunya. Sujudnya malaikat kepada Adam menunjukkan tentang ketundukkan roh dan kekuatan ghaib kepadanya untuk dimanfaatkan memajukan dunia ini berdasarkan pengetahuan tentang hukum-hukum Allah dialam semesta. Keengganan iblis dan kesombongannya untuk sujud kepada Adam menggambarkan kelemahan manusia menundukan roh jahat dan mengalahkan ajakan pikiran jahat yang merupakan sumber pertentangan, permusuhan, pelanggaran dan pengrusakan dibumi. Sekiranya tidak demikian niscaya manusia akan mengalami suatu masa yang orang-orangnya seperti malaikat, bahkan lebih dari itu, atau justru mereka sudah bukan jenis manusia

V. Perbandingan

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sungguh aku akan jadikan seorang khalifah di bumi” Dalam tafsir al-Misbah dikatakan para malaikat dibebani tugas yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, sedangkan dalam tafsir sayyid Quthb ini adalah suatu pengarahan dari kalimat yang mulia, dalam tafsir al-maraghi penjelasannya lebih menekankan pada substansi pelajaran yang diambil dengan memaparkan perintah Allah kepada nabi Muhammad untuk mengutarakan kepada kaumnya tentang perihal yang Allah firmankan kepada malaikat. Allah “Mengajarkan kepada Adam ”. Dalam tafsir al-Mibah dijelaskan bahwa Allah swt menganugerahkan kepada manusia potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda. Sedangkan dalam tafsir fizilalil Qur’an dijelaskan bahwa ini merupakan penyerahan kunci-kunci kekhalifahan dan merupakan rahasia kekuasaan yang diisyaratkan pada nama-nama benda. Dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa selain mengajarkan Allah juga mengilhamkan kepadanya pengetahuan tentang dzat, karakteristik, sifat dan nama ciptaannya. Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini Tafsir al-Maraghi menjelaskan dan memposisikan bahwa Adam sebagai pengajar yang mengajarkan kepada para malaikat nama-nama benda yang telah Allah ajarkan dan ilhamkan kepadanya. Dalam tafsir al-Misbah Adam hanya memberitakan kepada malaikat bukan mengajarkan mereka, dengan alasan bahwa proses pengajaran mengharuskan adanya upaya dari yang mengajar agar bahan pengajarannya dimengerti oleh yang diajar. Tentang makna sujud yang Allah perintahkan kepada malaikat kesemuanya Tafsir al-Misbah, Tafsir Fizilalil Qur’an dan Tafsir al-Maraghi memahaminya dengan sujud dalam arti sebagai penghormatan kepada Adam, bukan sebagai ibadah. Allah swt melarang Adam untuk mendekati pohon dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa larangan ini menunjukan kasih sayang Allah kepada Adam as. Dan pasangannya serta anak cucunya. Dalam tafsir al-Maraghi diterangkan bahwa larangan ini terdapat hikmah dan merupakan ujian kepadanya. Dalam tafsir fizilalil Qur’an bahwa larangan ini merupakan gambaran dan melambangkan akan adanya larangan dalam kehidupan kelak dimuka bumi. pada intinya kesemua pendapat ini adalah menunjukan kasih sayang Allah kepada makhluknya dan demi untuk keselamatan dan kemaslahatan mereka. Perintah turun pada ayat 38 dalam tafsir al-Misbah dikatakan bahwa ini mengisyaratkan turunnya martabat keagamaan mereka, akibat pelanggaran mereka sedangkan dalam tafsir al-Maraghi dikatakan bahwa ini merupakan periode kenikmatan dan ketenangan telah habis dan datang periode kerja.

BAB IV NILAI –NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG