57
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
Pembinaan Diri sebagai Kewajiban Pokok
Bab
1
Meluruskan Hai Mengimankan Tekad
Mencukupkan Pengetahuan Menelii Hakikat Tiap Perkara
Membina Diri Damai di Dunia
Membereskan Rumah Tangga Mengatur Negara
Menggemilangkan Kebajikan
Berheni Pada Puncak Kebaikan Mengasihi Sesama
Pembinaan Diri Pelajaran Agung
Jumlah Pertemuan : 2 x 3 Jam Pelajaran
A. Peta Konsep
Aspek ajaran agama Khonghucu yang dipelajari:
√
Tata Ibadah Perilaku Junzi
Keimanan Kitab Suci
Kitab Suci
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
58
Buku Guru Kelas XI SMASMK
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan para peserta didik mampu mempraktikkan perilaku Junzi, yakni pembinaan diri sebagai pokok
spiritual umat agama Khonghucu. Dalam pembinaan diri, peserta didik diharapkan mampu :
1. menjelaskan pentingnya pembinaan diri sebagai pokok, 2. menjelaskan landasan keimanan pembinaan diri,
3. menjelaskan perkembangan rohani hasil pembinaan, 4. menjelaskan tahapantangga pembinaan diri.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Mengamati:
Pada langkah mengamati, guru dapat mempersiapkan objek dalam bentuk benda atau fenomena yang relevan dengan tema
pembelajaran seperti:
– Mengamati klipingcuplikan berita dalam koran, televisi, atau
potongan adegan ilm yang sesuai dengan tema.
– Mengamati perilaku manusia dalam rangka melakukan pilihan
tindakan sesuai dengan prioritas dalam dirinya.
– Memberikan pernyataan provokatif sebagai bahan diskusi: “Umat
Khonghucu pilih kasih dalam mencintai, setujukah kamu?”
2. Menanya:
Memancing atau mendorong peserta didik mempertanyakan dan menganalisis potongan informasi yang telah diterima di
tahap mengamati. Misalnya menggali lebih jauh informasi atau kemungkinan-kemungkinan latar belakang atau sebab-sebab
terjadinya fenomena, berita, atau potongan adegan yang diamati atau saling menanyakan pendapat setiap yang terkait dengan tema
pembelajaran untuk diinventarisir dan ditelaah lebih lanjut.
3. EksperimenEksplorasi: -
Menginventarisir ayat suci yang berkaitan dengan pembinaan diri.
-
Mencari faktor-faktor penyebab dari suatu fenomena, berita atau potongan adegan melalui eksplorasi sumber-sumber informasi
seperti internet, releksi diri dan lain sebagainya.
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
59
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
4. Mengasosiasi: - Merenungkan hasil jawaban menanya dan merekonstruksi ulang
pemikiran dalam diri sendiri tentang pembinaan diri. - Menghubungan antara kejadian, fenomena, berita yang diperoleh
untuk memahami kejadian, fenomena lainnya. Misalnya apakah ada persamaan atau perbedaan dalam pembinaan diri antara
seorang anak, orang tua, seorang pelajar, seorang adik, kakak, pemimpin, dan lain sebagainya?
- Menyimpulkan benang merah poin-poin pembelajaran pembinaan diri.
5. Mengomunikasikan:
- Mengungkapkan pentingnya pembinaan diri. - Mengungkapkan tahapan dalam pembinaan diri dan perkem-
bangan rohani yang menyertainya. -
Menghargai dan mendengarkan dengan seksama pendapat orang lain, berusaha memahami maksud pertanyaan atau pendapat orang
lain, memberikan argumentasi secara sopan dan selalu membuka diri terhadap kemungkinan adanya perbaikan atau koreksi di luar
diri.
D. Ringkasan Materi
Pelajaran Agung dari Da Xue
Bab Utama dari Kitab Da Xue yang terdiri dari tujuh ayat itu memuat hal pokok dan mendasar tentang pembinaan diripengembangan diri,
yaitu: Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar Da Xue itu ialah; Menggemilangkan Kebajikan Ming De yang Bercahaya, Mengasihi Rakyat
Sesama Zai Qin Min, dan berhenti pada Puncak Kebaikan Zhi Shan.
Jalan Suci Ajaran Besar
Menggemilangkan Kebajikan yang bercahaya
Ming De Berheni pada puncak
Kebaikan Zhi Shan
Mengasihi sesama
Zai Qin Min
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
60
Buku Guru Kelas XI SMASMK
Jalan Suci Ajaran Besar inilah merupakan pondasi pembinaan diri kita sekaligus arah pembinaan diri yang hendak diwujudkan dalam kehidupan
ini sebagai kodrat suci kemanusiaan kita.
Damai di Dunia
Membina Diri Mengatur Negeri
Meluruskan Hati Membereskan Rumah Tangga
Mengimankan Tekad Meneliti Hakikat Tiap
Perkara dan Mencukupkan Pengetahuan
Ketetapan Tujuan Ketenteraman
Kesentosaan Batin Berpikir Benar
Berhasil
Bagan Pembinaan Diri :
Tempat hentian:
1. Menggemilangkan kebajikan yang bercahaya
2. Mengasihi sesama
3. Berhenti pada puncak kebaikan.
Perkembangan Rohani Hasil Pembinaan Diri
Jalan Suci Ajaran Besar
Pembinaan Diri Eksternal Sosial
Pembinaan Diri Internal Pribadi
Tahapan tangga Pembinaan Diri
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
61
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
Menggemilangkan Kebajikan
Tuhan Yang Maha Esa menjelmakan manusia melengkapinya dengan dua bagian yang tak terpisahkan, yaitu: RohShen daya hidup rohani dan
NyawaGui daya hidup jasmani. Daya hidup Rohani itu adalah Watak Sejati, Xing 性 yang mengandung benih-benih kebajikan, yaitu: Cinta kasih,
Kebenaran, Susila, Bijaksana. Benih-benih kebajikan adalah kemampuan luhur manusia untuk berbuat baikbajik. Watak sejati Xing inilah Firman
Tuhan atas diri manusia dan menjadi kodrat suci manusia.
Jadi menggemilangkan kebajikan berarti menggemilangkan Xing. Menggemilangkan Xing berarti menggemilangkan Roh atau daya hidup
rohani kita.
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
62
Buku Guru Kelas XI SMASMK
Dalam Kitab San Zi Jing disebutkan: “Manusia pada mulanya watak sejatinya baik. Watak sejati itu saling mendekatkan. Kebiasaan itu yang
menjauhkan. Bila tidak terdidik dengan agama watak sejatinya dapat berantakan. Jalan suci yang dibawakan agama memberikan kemampuan
yang luhur mulia.”
Dengan Watak Sejati sebagai Firman Tuhan yang menjadi kodrat sucinya itulah manusia mampu berbuat bajik. Tetapi apabila tidak terbina
akan kehilangan kemampuannya, seperti dinyatakan dalam Kang-gao, “Sesungguhnya Firman Tuhan itu tidak berlaku selamanya, kepada
yang berbuat baik akan mendapatkan dan yang berbuat tidak baik akan kehilangan.” Daxue
X : 11. Begitupun apa yang telah diirmankan Tuhan atas manusia Watak Sejati yang menjadi kodrat sucinya. Artinya,
bahwa manusia dapat menjadi tetap baik dan lebih baik, atau sebaliknya. Menggemilangkan berarti membuat sesuatu yang pada awalnya baik
watak sejati menjadi lebih baik, dan tetap baik sampai pada akhirnya serta memberi pengaruh baik di sekitarnya.
Mengasihi Sesama
Rasa mengasihi ditunjukkan untuk semua orang tanpa memandang jender, suku, ras etnis, agama danatau kesamaan-kesamaan yang lain.
Bahkan terhadap orang yang menyebelah dan bodoh sekalipun, seorang umat agama Khonghucu wajib mengasihinya.
Mengzi berkata, “Seorang yang dapat bersikap Tengah, hendaklah membimbing orang yang tidak dapat bersikap Tengah. Yang pandai
hendaklah membimbing yang tidak pandai. Demikianlah orang yang akan merasa bahagia mempunyai ayah atau kakak yang Bijaksana. Kalau yang
dapat bersikap Tengah menyia-nyiakan yang tidak dapat bersikap Tengah, yang pandai menyia-nyiakan yang tidak pandai, maka antara yang Bijaksana
dan yang tidak Bijaksana sesungguhnya tiada bedanya walau satu inci-pun” Mengzi IV B : 7.
Berhenti pada Puncak Kebaikan
Puncak kebaikan ini terkait erat dengan predikat atau peran yang kita miliki, misalnya dalam peran kita sebagai seorang anak seorang anak adalah
berhenti pada pada sikap ‘berbakti’, sebagai orang tua ia tahu harus berhenti pada sikap kasih sayang; sebagai atasan harus berhenti pada sikap cinta
kasih; sebagai bawahan berhenti pada sikap hormat dan setia pada tugas; sebagai suami tahu harus berhenti pada sikap bertanggung jawab; sebagai
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
63
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
istri berhenti pada sikap patuh mengikuti dan tahu kewajiban; sebagai kakak berhenti pada sikap mendidik; sebagai adik berhenti pada sikap menurut;
sebagai sesama teman dalam pergaulan harus berhenti pada sikap dapat dipercaya dan mempercayai.
Dari sini dapatlah kamu mengerti, bahwa peran atau predikat kita tidak tunggal. Misalnya, selain sebagai adik karena memiliki kakak juga dapat
berperan sebagai kakak karena pada saat yang bersamaan juga memiliki adik. Contoh lainnya, selain sebagai bawahan karena mempunyai atasan
pada saat bersamaan dapat berperan sebagai atasan karena memiliki bawahan.
Atau pada awalnya peran kita hanya sebagai anak, namun kemudian juga memiliki peran sebagai atasan atau bawahan dan kelak menjadi suami
atau isteri; selanjutnya menjadi orang tua. Tentang puncak kebaikan tempat hentian ini lebih jelas sebagaimana
tertulis dalam kitab Daxue bab III pasal 3, sebagai berikut: Di dalam Kitab Sanjak tertulis, “Sungguh Agung dan Luhur Raja Wen, betapa
gemilang budinya karena selalu di tempat hentian. Sebagai raja ia berhenti di dalam cinta kasih; sebagai menteri berhenti pada sikap hormat akan tugas;
sebagai anak berhenti pada sikap bakti; sebagai ayah berhenti pada sikap kasih sayang; dan di dalam pergaulan dengan rakyat senegeri berhenti pada
sikap dapat dipercaya.”
E. Pendalaman Materi