Pembelajaran Socrates Kontekstual KAJIAN TEORI
54 Profesi Psikologi Di Universitas X”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi, memiliki keyakinan yang tinggi juga untuk mampu melakukan tugas kegiatan belajar, keyakinan pencapaian
akademis, keyakinan mampu menunjukkan sikap ilmiah, keyakinan mampu memanfaatkan sumber daya sosial. Demikian juga sebaliknya. Perkembangan
self-efficacy mahasiswa juga dipengaruhi sumber-sumber self-efficacy, yaitu: mastery experience, vicarious experiences, social persuasion, dan physiological
affective states.
Hamidah 2014 yang berjudul, “Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy yang
dimiliki seseorang memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan komunikasi matematik. Hal ini dimaksudkan bahwa semakin tinggi self-efficacy
seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya, baik dalam merumuskan konsep, menyampaikan ide, dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain,
maka semakin tinggi pula kemampuan komunikasi matematiknya. Sebaliknya semakin rendah self-efficacy seseorang maka semakin rendah pula kemampuan
komunikasi matematiknya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, model pembelajaran bukanlah satu- satunya faktor yang memengaruhi self-efficacy siswa. Karena dalam hal ini,
faktor-faktor seperti pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan keadaan fisiologis juga ikut memengaruhi self-efficacy. Meskipun model
pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi self-efficacy, tetapi pembelajaran dengan Metode Socrates dapat memberikan pengaruh yang lebih
55 baik terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa jika dipandang dari
sudut level sekolah dan tingkat kemampuan awal matematis
.
Begitu juga pembelajaran dengan pendekatan konteksual merupakan salah satu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara praktis menjanjikan peningkatan minat, ketertarikan belajar, serta meningkatkan partisipasi siswa dalam memberikan
peluang kepada siswa untuk mengkoneksikan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka peroleh, yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi, tidak setiap siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik, akan memiliki self-efficacy
berpikir kritis yang baik pula. Artinya jika kemampuan bepikir kritis matematis siswa tinggi, maka belum tentu self-efficacy tinggi, begitu juga jika kemampuan
berpikir kritis matematis siswa rendah belum tentu self - efficacy rendah pula. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa self-efficacy juga memiliki
pengaruh yang besar terhadap kemampuan siswa, karena berdasarkan penelitian terdahulu, siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, memiliki keyakinan yang
tinggi juga untuk mampu melakukan tugas kegiatan belajar, keyakinan pencapaian akademis, keyakinan mampu menunjukkan sikap ilmiah, dan keyakinan mampu
memanfaatkan sumber daya sosial.