terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya kejahatan bukan semata – mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si
pelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh msyarakat tersebut. Karenanya PAUL MUDIGNO MULYONO memberikan defenisi Kriminologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia.
4. WOLFGANG SAVITS dan JHONSTON
Memberikan defenisi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang
gejala kejahatan dengan menganalisa secara ilmiah keterangan – keterangan, keseragaman – keseragaman, pola – pola dan faktor – faktor kausal yang
berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.
Objek Kajian Kriminologi
Objek kajian Kriminologi mencakup tiga hal yaitu. Penjahat, Kejahatan dan Reaksi masyarakat terhadap keduanya. SHUTERLAND dari aliran Hukum
Yuridis membatasi objek studi kriminologi pada perbuatan – perbuatan sebagaimana ditentukan dalam hukum pidana saja. Pendapat Shuterland ini
mendapat tantangan dari para sarjana lainnya. Mann Heim dari aliran non yuridis atau sering dikenal dengan aliran sosiologis misalnya yang mengatakan
sependapat dengan Thoesten Sellin bahwa kriminologi harus diperluas dalam memasukkan “ conduct Norm “ atau norma – norma kelakuan yang telah
digariskan oleh berbagai kelompok – kelompok masyarakat. Conduct Norm
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat menyangkut Norma Kesopanan, Norma Susila, Norma Adat, Norma Agama dan Norma Hukum. Jadi objek studi kriminologi bukan saja
perbuatan – perbuatan yang bertentangan dengan tingkah laku yang oleh masyarakat tidak disukai, meskipun perbuatan itu bukan merupakan tingkah laku
yang leh masyarakat tidak disukai, meskipun perbuatan itu bukan merupakan pelanggaran dalam hukum pidana.
A.1 .Faktor – Faktor Yang Memicu Perkembangan Kriminologi
Dua faktor yang memicu perkembangan kriminologi yaitu : 1.
Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.
2. Munculnya penerapan metode satatistik
Ad. 1 Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.
Hukum Pidana pada abad ke – 16 hingga abad ke 18 dijalankan semata – mata untuk menakut nakuti dengan penjatuhan hukuman yang berat – berat,
sehingga menjadi hal yang biasa pada saat itu melihat hukuman badan yang sadis. Hal ini dilakukan ini dilakukan bertujuan bagaimana supaya masyarakat pada
umumnya dapat terlindungi dari kejahatan. Dalam Hukum Acara Pidana tersangka diperlakukan selayaknya barang untuk diperiksa. Dilakukan dengan rahasia
tergantung keinginan sipemeriksa sehingga hak – hak tersangka dilanggar secara total. Selanjutnya muncul gerakan terhadap sistem tersebut. CESARE
BECCARIA 1738- 1794 seorang bangsawan Italia yang juga ahli matematika dan ahli ekonomi yang menaruh perhatian pada kondisi hukum saat itu. Yang juga
Universitas Sumatera Utara
merupakan tokoh paling keras dalam usaha menentang kesewenang – wenagan lembaga peradilan pada saat itu. Dalam bukunya dia menguraikan atas keberatan
– keberatan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.
Delapan prinsip yang menjadi landasan bagaimana hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman dijalankan yaitu :
1. Perlunya dibentuk suatu masyarakat berdasarkan prinsip scial contrac
2. Sumber Hukum adalah Undang – undang dan bukan hakim
3. Tugas hakim adalah menemukan kesalahan seseorang
4. Menghukum adalah hak negara melalui aparat penegak hukum
5. Dibuat skala perbandingan antara kejahatan dan hukuman
6. Didalam melakukan kejahatan pada dasarnya manusia melakukan
perbuatan tersebut didasarkan atas dasar sifat hedonisme 7.
Dalam menentukan hukuman didasarkan pada perbuatannya dan bukannya pada niatnya
8. Prinsip dari hukum pidana adalah ada pada sanksinya yang positif.
Prinsip – prinsip ini kemudian diterpkan oleh Napoleon dalam Undang – undangnya yang dikenal sebagai CODE CIVIL NAPOLEON 1791. Ada tiga
prinsip yang diadopsi dalam Undang – Undang tersebut yaitu : 1.
Kepastian Hukum, asas ini diartikan bahwa hukum harus dibuat dalam bentuk tertulis . Beccaria bahkan melarang hakim itu
menginterpretasikan undang – undang karena dia bukan lembaga legislatif.
Universitas Sumatera Utara
2. Persamaan di depan Hukum, asas ini menentang keberpihakan di
depan hukum, untuk itulah maka dituntut untuk menyamakan derajat setiap orang didepan hukum.
3. Keseimbangan antara Kejahatan dan Hukuman, beccaria melihat
bahwa dalam pengalaman ada putusan – putusan hakim yang tidak sama satu sama lain hal ini disebabkan oleh karena Spirit of the law
ada pada hakim melalui kekuasaannya dalam menginterpretasikan undang – undang. Selain Beccaria tercatat nama Jeremy Bentahm
sebagai tokoh yang menghendaki perubahan terhadap sisrtem penghukuman yang pada waktu itu dia menerbitkan suatu rencana
pembuatan Rumah Penjara dengan nama PANOPTICON atau THE INSPECTION HOUSE.
Ad. 2. Munculnya penerapan metode statistik Statistik adalah pengamatan massal dengan menggunakan angka – angka
yang merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan ilmu – ilmu sosial. QUETELET 1796 – 1829 ahli ilmu pasti dan sosiologi dari Belgia yang
pertama kali menerapkan statistik dalam pengamatannya tentang kejahatan. Dia yang membuktikan pertamakali bahwa kejahatan adalah fakta kemasyarakatan.
Dalam pengamatannya Quetelet melihat bahwa dalam kejahtan terdapat pola – pola yang setiap tahunnya selalu sama, sehingga dia menyimpulkan bahwa
kejahatan dapat diberantas dengan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat.
A.2.Teori – Teori dan Madzab dalam Kriminologi
Universitas Sumatera Utara
Madzab dalam Kriminologi
Dalam perkembangan lahirnya teori – teori tentang kejahatan, maka
dapat dibagi menjadi empat madzab atau aliran yaitu :
1. Madzab Klasik
2. Madzab Kartografik
3. Madzab Socialis
4. Madzab Tipologi
Ad.1.Madzab Klasik Madzab Kriminologi klasik dipengaruhi oleh ajaran agama, hedonisme,
rasionalisme dan lain – lain. Madzab Kriminologi klasik mulai berkembang di Inggris selama pertengahan abad 19, kemudian pengruhnya meluas kenegara –
negara eropa lainnya termasuk sampai ke Amerika Serikat . Tokoh aliran ini antara lain Becaria, yang mengatakan pelaku memiliki kehendak bebas Free Will
dengan konsekuensi yang telah dikalkulasikan sendiri. Oleh karena itu menurut aliran ini persoalan sebab kejahatan telah dijawab secara sempurna sehingga tidak
perlu lagi digali melalui penelitian untuk menemukan sebab musabab kejahatan. Ad.2. Madzab Kartografik
Peletak dasar Mazab ini adalah Quelet dan A. M. Guery. Penganut madzab ini berpendapat bahwa segala kejahatan sebagai ekspresi kondisi sosial tertentu.
Sistem pemikiran ini bukan hanya meneliti jumlah kriminalitas secara umum saja tetapi melakukan study khusus tentang Juvenile Delequency kenakalan remaja .
Dan mengenai kejahatan profesional yang ada pada saat itu. Ad. 3. Madzab Sosialis
Universitas Sumatera Utara
Madzab ini mengacu pada ajaran Marx dan Engels yang telah dimulai sejak tahun 1850 yang didasarkan pada diterminisme ekonomi. Menurut mazhab
ini kriminalitas adalah konsekuensi dari masyarakat kapitalis akibat sistem ekonomi yang diwarnai dengan penindasan terhadap kaum buruh, sehingga
menciptakan faktor – faktor yang mendorong berbagai penyimpangan termasuk kejahatan sesuai dengan ideologinya. Maka mazdab ini menampilkan ajaran
masyarakat sosialis. Ad. 4. Madzab Tipologi
Madzab Tipologi atau Biotopologi tercatat dalam sejarah kriminologi meliputi tiga kelompok yang berpendapat bahwa “ beda antara penjahat dan bukan
penjahat terletak pada sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan sesorang tertentu dalam keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seseorang yang
lain tidak. Kelompok Tipologi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Lombrosian
Aliran ini dipelopori leh seorang dokter Italia C. LAMBROSO. Oleh karena itu madzab ini dinamakan madzab Italia. Penyebaran pendapat ini dilakukan
dengan menggunakan pamlet tahun 1876 kemudian berkembang menjadi tiga buku. Pada mulanya mazhab ini dengan tegas mengelurkan pendapatnya sebagai
berikut : Penjahat sudah sejak lahirnya memiliki tipe tersendiri. Tipe ini dapat dikenali
melalui beberapa ciri tertentu seperti, tengkorak yang simetris, rahang bawah pesek, rambut janggut yang jarang, dan tahan sakit. Tanda – tanda lahiriah itu
Universitas Sumatera Utara
bukan penyebeb kejahtan, tanda itu pembawaan sejak lahir sebagai ciri seorang penjahat, karena ada kepribadian sejak lahir mereka tak dapat terhindar untuk
berbuat kejahatan kecuali jika lingkungan dan kesermpatan tidak memungkinkan. 2.
Mental Testersi Pelopornya adalah GODDARD aliran ini berrpendapat bahwa Feele
Mindedness kelemahan otak ini dapat menimbulkan kejahatan. Goddard dengan teorinya mengatakan bahwa kelemahan otak yang diturunkan oleh orang tuanya
sesuai dengan hukum – hukum mandel, mengakibatkan orang – orang tersebut tidak mampu menilai sebagaimana mestinya. Aliran – aliran inipun lama – lama
pudar karena setelah dilakukan standarisasi tes mengenai kelamhan otak dalam sebab kejahatan tidak menunjukkan hasil yang memuaskan seperti adanya
kejahatan White Collar Crime.
Teori – Teori dalam Kriminologi
GEORGE B. VOLD menyebutkan bahwa teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang
tidak dimengerti. Sejarah peradaban manusia mencatat adanya dua bentuk pendekatan yang menjadi landasan bagi lahirnya teori – teori dalam kriminologi
yaitu : 1.
Spritualisme Dalam penjelasan tentang kejahatan, spritualisme memiliki perbedaan
yang mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada pada saat ini. Penjelasan Spriritualisme memfokuskan perhatian pada perbedaan antara
kebaikan yang datangnya dari dewa tuhan dan keburukan yang datangnya dari
Universitas Sumatera Utara
setan. Seseorang yang telah melakukan suatu kejahatan dipandang sebagai orang yang telah kena bujukan setan. Pendekatan Spritualisme ini menekankan pada
kepercayaan bahwa yang benar – benar pasti menang dengan menggunakan kepercayaan ini sehingga segala persoalan yang dihadapi dimasyarakat selalu
disesuaikan dengan metode – metode yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran.
2. Naturalisme
Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang sudah ada sejak berabad – abad yang lalu. Hippocrates menyatakan “ the brain is organ of the
maind “ otak adalah organ untuk berfikir. Perkembangan paham rasionalisme yang muncul dari perkembangan ilmu alam setalah abad pertengahan
menyebabkan manusia mencari model yang lebih rasional dan mampu dibuktikan secara rasional.
Beberapa teori yang sangat relevan untuk dilakukan pengkajian, yaitu : 1.
BODY TYPES THEORIES TEORI TIPE FISIK Teori ini mengemukakan bahwa penjahat itu dapat dilihat dengan
kondisi fisik tertentu. Para ahli yang memiliki teori dengan model tipe fisik ini melihat orang melakukan kejahatan dapat diamati melalui keadaan fisik, baik fisik
yang terlihat maupun fisik yang termasuk kedalam gen. 2.
CULTURAL DEVIANCE THEORIES TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA
Universitas Sumatera Utara
Teori ini memfokuskan diri pada perkembangan area – area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan diintegrasi nilai – nilai konvensional
yang disebabkan oleh industialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi.
3. TEORI LABELING TEORI PEMBERIAN CAP LABEL
Teori Labeling ini merupakan teori yang terinspirasi oleh bukunya
Tannembaum
yang berjudul Crime and The Cumunity menurutnya, kejahatan tidaklah sepenuhnya hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk menyesuaikan
dengan kelompoknya, akan tetapi dalam kenyataanny ia dipaksa untuk menyesuaikan bahwa kejahatan merupakan hasil dari konflik antara kelompok
dengan masyarakatnya. 4.
TEORI PILIHAN RASIONAL Pilihan Rasional berati pertimbangan – pertimbangan yang rasioanal
dalam menentukan pilihan perilaku yang kriminil atau non kriminil dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana apabila perbuatannya yang kriminil
diketahui dan dirinya diproses melalui peradilan pidana. Dengan demikian maka semua perilaku kriminil adalah keputusan – keputusan rasional.
A.3. Penggolongan Pendapat Sarjana tentang Sebab Musabab Kejahatan
1. Golongan Salahmu sendiri
Menurut golongan ini tidak perlu dicari sebab musabab kejahatan, karena setiap perbuatan yang dilakukan seseorang berdasarkan pertimbangan yang sadar
yang telah di[erhitungkan untung ruginya. Golongan ini adalah Rasionalisme, Hedonisme, Utilitarianisme.
Universitas Sumatera Utara
2. Golongan Tiada yang Salah
Menurut golongan ini seseorang yang melakukan kejahatan, memeng ada sebabnya namun diluar kesadaran atau kemampuan untuk mengekangnya. Seperti
sering dikatakan orang yang berbuat jahat karena kemasukan setan terkena kekuasaan kegelapan, kemudian dicetuskan leh ahli – ahli psikiatri dan psikologi
bahwa mereka yang berbuat jahat disebabkan oleh pada dirinya terdapat kondisi psikolois abnormal.
3. Golongan Salah Lingkungan
Menurut golongan ini sebab musabab adanya orang yang melakukan kejahatan terletak pada pengaruh – pengaruh lingkungan seperti, kondisi
masyarakat yang tidak baik, faktor kemiskinan, sehingga semboyan golongan ini adalh bahwa dunia adalah lebih bertanggungjawab terhadap bagaimana jadinya
saya, daripada saya sendiri. Maka golongan ini sangat beraksi terhadap pendapat Lambroso yang meletakkan pemikirannya pada sebab kejahatan oleh faktor
antropologis atau bakat. 4.
Golongan Kombinasi Golongan ini dipelopori oleh murid Lambroso yaitu Ferry, yang mengatakan
bahwa sebab kejahatan terletak pada faktor Bio – Sosiologis atau bakat dan lingkungan yang sama – sama memberi pengaruh terhadap pribadi dan kondisi
seseorang, sehingga rumusnya adalah : K = B + L
K = Kejahatan B = Bakat
Universitas Sumatera Utara
L = Lingkungan
Namun menurut Bonger perlu ditambahkan menjadi : K= B + L + L
Yang mana L berikutnya adalah lingkungan keluarga, karena manusia masih sejak orok sudah dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
Adapun dalam mempelajari kriminolgi terdapat beberapa manfaat yang dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:
1. Manfaat untuk pribadi yaitu agar kita tidak menjadi korban kejahatan
dan pelaku kejahatan 2.
Manfaat bagi masyarakat yaitu kejahatan itu berasal dari masyarakat, korbannya juga masyarakat jadi pencegahannya juga dari masyarakat
3. Manfaat ilmiah yaitu dapat memberikan masukan – masukan dalam
membuat putusan bagi pembuat undang – undang. 4.
Manfaat lain yaitu sebagai bahan masukan bagi aparat penegak hukum baik secara venal maupun nonvenal
5. Memberikan informasi kepada semua instansi atau perusahaan dalam
melaksanakan pengamanan internal serta melaksanakan fungsi konsisten dan konsekuen dalam pencegahan kejahatan
6. Memberikan informasi kepada masyarakat baik secara umum maupun
pemikiran untuk membentuk pengamanan swakarsa dalam pencegahan kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
B.Pengertian Psikologi Kriminil
Psikologi kriminil adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut kejiwaan si pelaku.
Jika kita perhatikan batasan – batasan yang pernah dikemukakan oleh para psikolog yang berminat dalam
bidang ini ternyata mereka mendasarkan suatu pendapat tentang adanya hubungan perbuatan dengan jiwa manusia dan pelakunya.
Seperti yang dikemukakan oleh Crow crow bahwa psikologi itu t
erdapat empat alur penelitian psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan kejahatan. Pertama, melihat kepada perbedaan –
perbedaan antara struktur kepribadian dari penjahat dan bukan penjahat. Kedua, memprediksi tingkah laku. Ketiga, menguji tingkatan dimana dinamika –
dinamika kepribadian normal beroperasi dalam diri penjahat, dan keempat, mencoba menghitung perbedaan – perbedaan individual antara tipe – tipe dan
kelompok – kelompok pelaku kejahatan.
34
d. Sigmund Freud
Psikologi kriminil merupakan cabang ilmu psikologi terapan yang dipergunakan untuk mengidentifikasi suatu hubungan kausalitas antara kondisi
karakteristik dan deternimistik jiwa pelaku tindak pidana terhadap sebab – sebab terjadinya kejahatan. Mengenai defenisi dari Psikologi Kriminal itu sendiri, para
sarjana memberikan pendapatnya sebagai berikut :
35
Psikologi kriminil dengan menggunakan teori psikoanalisa menghubungkan antara delinquent kejahatan dan perilaku kriminil dengan suatu conscience
34
Topo Santoso, dkk, Kriminologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 hlm 49
35
Ibid, hlm 51
Universitas Sumatera Utara
hati nurani yang baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau ia begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan –
dorongan individu. e.
W.A Bonger
36
Sehubungan dengan psikologi kriminil, memiliki defenisi yang meliputi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi pelajaran jiwa si
penjahat secara perorangan. Dalam arti luas, meliputi arti sempit serta jiwa penjahat penggolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik langsung
maupun tidak langsung serta akibat – akibatnya. f.
Lundin, R.W
37
Theories and system of criminal psycology, yaitu melihat pada proses bawah sadar dari jiwa individu terhadap adanya probablitas individu melakukan
kejahatan. Walaupun para sarjana diatas adalah dari kalangan psikiatri merupakan
bgian dari ilmu kedokteran , tetapi mereka membuka jalan terhadap pemikiran Psikologi kriminil, demi untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan dalam
rangka menegakkan hak – hak asasi manusia.
38
Menurut ahli – ahli ilmu jiwa bahwa kejahatan yang merupakan salah satu dari tingkah laku manusia yang melanggar hukum ditentukan oleh instansi –
instansi yang terdapat pada diri manusia itu sendiri. Maksudnya tingkah laku manusia pada dasarnya didasari oleh basic needs yang menentukan aktivitas
manusia itu sendiri.
36
Chainur Arrasyd, Log Cit, hlm 2
37
Matt Jarvis, Personality Theory Bandung : Nusa Media, 2009 hlm.13
38
Chainur Arrsyd, Ibid, hlm 4
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut tidak lain karena tingkah laku manusia yang sadar tidak mungkin dapat dipahami tanpa mempelajari kehipan bawah sadar dan mungkin
lebih berpengaruh daripada isi kesadaran itu. Oleh karena itu para Ahli Jiwa Dalam ini karena ingin mencba untuk
menganalisa tingkah laku manusia umumnya itu dengan cara membahas unsur - unsur intern dari hidup padajiwa manusia itu dinamakan oleh kebanyakan ahli
denan istilah “the structure of personality “. Istilah structure personality ini kita pergunakan dalam tulisan ini karena penggunaannya sudah memasyarakat di
dalam ilmu pengetahuan. Walaupun dikalangan para ahli jiwa dalam ini mempunyai perbedaan –
perbedaan pembagian dalam mengemukakan tingkatan – tingkatan dari pada struktur personality, tetapi kalau kita perhatikan secara teliti titik tolaknya adalah
sama. Jika kita perhatikan batasan – batasan yang pernah dikemukakan oleh para
psikolog yang berminat dalam bidang ini ternyata mereka mendasarkan suatu pendapat tentang adanya hubungan perbuatan dengan jiwa manusia dan pelakunya
merupakan pelajaran tentang diri the study of self . Self adalah organisasi yang hidup dan dinamis yang senantiasa mempengaruhi serta dipengaruhi oleh diri –
diri yang lain selves . Woodworth menyatakan juga bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang aktivitas – aktivitas dari pada individu – individu di dalam hubungannya dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian aktivitas disini menurut beliau adalah dalam pengertian luas, mencakup pengertian antara lain penghertian motoris berjalan, berlari , cognitif
melihat, berfikir dan emosional bahasa, duka cita . Aktivitas – aktivitas tersebut inilah yang merupakan suatu benda
kehidupan. Maksudnya jika aktivitas – aktivitas itu sudah terhanti, maka berati kehidupan itu sudah tidak ada lagi.
Dalam hal ini psikologi bukanlah semata – mata penelitian terhadap pribadi seorang saja, tetapi juga dapat menyusun pola penjahat atau sebagian
orang banyak dan akibatnya. Sehubungan dengan psikologi – kriminil yakni psikologi kriminil dalam
arti sempit dan psikologi kriminil dalam arti luas. Dapat diambil kesimpulan bahwa Psikologi Kriminil dalam arti sempit
meliputi jiwa si penjahat secara perorangan. Dalam arti luas meliputi dalam arti sempit serta jiwa penjahat pergolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik
langsung maupun tidak langsung serta akibat – akibatnya.
39
39
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU MENURUT KUHP DAN UU