Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana Skripsi Minor

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh DIDIK HERMADI

042101061

DIPLOMA III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini. Tak lupa pula penulis mengajak kita semua agar selalu memperbanyak mengucapkan sholawat dan beserta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW berserta keluarga dan para Sahabatnya sekalian, yang kita harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti.

Skripsi minor ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun isi skripsi minor ini membahas tentang sejauh mana perusahaan ini mengelolah manajemen piutangnya yaitu pada PT. BETON PERKASA WIJAKSANA.

Selama proses pengerjaan skripsi minor ini penulis banyak memperoleh bantuan dalam pengembangan skripsi ini baik berupa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting,SE, M.S selaku Ketua Jurusan D III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Syafrizal Helmi S, SE,M.Si selaku Sekretaris Jurusan D III


(3)

4. Dosen Wali penulis yaitu Drs. Pasti Tarigan yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit bimbingan.

5. Dra. Setri Hiyanti Siregar,MS.i selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi minor ini.

6. Kak Nurlailah sebagai pengelola Jurusan D III Keuangan, atas bantuannya selama ini.

7. Bapak Rinto Novian,ST sebagai kepala perwakilan PT. BETON PERKASA WIJAKSANA yang memberikan izin riset di perusahaan ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khusnya untuk dosen jurusan D III Keuangan yang banyak memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama mengikuti masa perkuliahan.

9. Teristimewa untuk keluargaku, khususnya Ayahanda Teso dan Ibunda Musiyah yang tersayang, Kakahanda Mardiana, Nilawati, Abang ipar Suharman, Adikku Anggun Priono, keponakanku Rifa Fadhilah, dan takkan terlupakan sahabat hatiku Rafika Nisa. Hanya dengan Do’a dan motifasi dari kalianlah penulis dapat menyelesaikan skripsi minor ini.

10.Teman-teman seperjuangan, Andi, Bg Guntur, Bg Herman, Bg Heri, Bg Anas, Bg Syawal, Hatta, Muslim, Imam, Bg firman, Fauji, dan Awin, dan masih banyak lagi yang belum tertulis.


(4)

11.Teman-teman di jurusan D III Keuangan USU, Mukhlis, Rais, Novri, Ari, Dani, Luthfi, Azhar, Syaiful, Nafis dan teman-teman lainnya yang masih banyak lagi, sebagai salah satu sumber inspirasi buat penulis.

12.Dan semua pihak yang tidak dapat disebut namanya satu persatu, yang banyak berpartisipasi membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis berusaha menyampaikan skripsi minor ini sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia dan keridhoan-Nya kepada kita semua sebagaimana Allah meridhoi para Sahabat Radhiallahu’anhum ajma’in. Amiin.

Medan,

Penulis

( Didik Hermadi ) 042101061


(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A..Latar Belakang………..………. 1

B. Perumusan Masalah……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 4

D. Metode Penelitian……….. 5

E. Sistematika Pembahasan………. 6

BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA A. Sejarah Singkat Perusahaan……… 8

B. Struktur Organisasi Perusahaan……….. 9

C. Manajemen Piutang……… 14

D. Kebijaksanaan Kredit……….. 21

E. Prosedur Piutang………. 30

F. Pengawasan Intern Piutang………. 37

BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI………... 42

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 52

B. Saran………. 53

DAFTAR PUSTAKA……… 54 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan industri, dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Apakah penjualan jasa maupun penjualan produk. Berdasarkan pembayarannya, penjualan produk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Dengan penjualan tunai dan penjualan kredit. Dalam penjualan tunai tidak banyak permasalahan yang timbul, karena pembeli akan membayar secara tunai/lunas barang yang akan dibeli saat itu. Sedangkan penjualan kredit banyak permasalahan yang timbul, karena harus dipertimbangkan seperti masalah kredibilitas pembeli, jangka waktu pembayaran, metode pencatatan piutang, dan lain sebagainya yang harus dipertimbangkan.

Dengan melakukan penjualan kredit, berarti perusahaan tidak segera menerima uang tunai pada saat terjadinya transaksi penjualan, tetapi harus menanamkan modalnya kedalam bentuk piutang (receivable) kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk ( cas in flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Oleh karena itu, manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan yang menjual produknya secara kredit.


(7)

Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pembelian dan pengumpulan piutang dan evaluasi kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Semakin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka semakin besar pula jumlah investasi piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang, maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan tidak mustahil akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Resiko tersebut dapat berupa piutang tak tertagih, penundaan pembayaran oleh pelanggan, kecurangan pihak kolektor atau penyelewengan lainnya. Tetapi disamping itu juga akan memperbesar kamampulabaan (Profitability) bagi perusahaan yang bersangkutan.

Penjualan kredit memerlukan pegangan yang sungguh-sungguh, sehingga tidak ada satu pihak yang dirugikan, baik pihak pembeli maupun pihak penjual itu sendiri yang melakukan penjualan secara kredit. Untuk itu haruslah digunakan system dan prosedur penjualan kredit yang baik dan wajar terhadap piutang, bukan saja untuk keberhasilan perusahaan, tetapi juga untuk memelihara hubungan yang baik dengan para pelanggan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan salah satu asset perusahaan yang tidak boleh dianggap kecil, karena piutang merupakan asset yang likuid dalam perusahaan dan terutama item yang penting bagi perusahaan khususnya pada perusahaan yang konsentrasi penjualannya pada


(8)

penjualan kredit, ini merupakan gambaran dari jumlah pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan pada suatu periode tertentu.

Oleh sebab itu sangatlah penting diperlukan manajemen piutang yang baik, agar perusahaan dapat menjaga keamanan aktivanya. Berdasarkan alasan diatas, maka penulis tertarik untuk menuangkan dalam suatu bentuk skripsi minor yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Beton Perkasa

Wijaksana”.

B. Perumusan Masalah

Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba maksimum (Maximum Profit). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya berbagai cara/teknik yang digunakan. Salah satu cara atau teknik untuk memperbesar omset penjualan, maka perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Dengan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan maka piutang yang akan membawa berbagai kemungkinan resiko/masalah yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya masalah-masalah yang timbul maka dapat menghambat kelancaran oprasional perusahaan terlebih lagi menghambat tujuan perusahaan yang harus dicapai. Oleh karena itu harus ditemukan jalan untuk pemecahan masalah tersebut.


(9)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian :

- Untuk mengetahui apakah prosedur piutang yang di lakukan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana sudah baik ?

2. Manfaat penelitian : a. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan berfikir penulis mengenai Manajemen Piutang dan juga untuk mengaplikasikan, mengembangkan serta membandingkan teori yang penulis peroleh di bangku kuliah dengan data yang penulis peroleh dari penelitian.

b. Bagi perusahaan

Sebagai bahan informasi (masukan) dan evaluasi yang dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam menyusun rencana dimasa-masa yang akan datang, khususnya mengenai masalah Manajemen Piutang.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

d. Pihak lain

Dapat digunakan sebagai bahan referensi oleh hihak lain yang berkepentingan yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang masalah manajemen piutang apakah mahasiswa, pelaku bisnis dan sebagainya.


(10)

D. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi bangunan (pembuatan bangunan), yang berlokasi di jalan Aluminium Raya Nomor 67 Tanjung Mulia Medan. Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama bulan mei 2008.

2. Jenis Data

Dalam penyusunan skripsi minor ini, penulis menggunakan dua jenis data sebagai bahan acuan, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu suatu data yang dikumpulkan langsung untuk penelitian yang sedang dilaksanakan, yang diperoleh dari objek penelitian, yaitu pada bagian keuangan PT. Beton Perkasa Wijaksana kantor perwakilan Medan.

b. Data Skunder

Yaitu suatu data yang diperoleh dari sumber lain (data tambahan) dalam bentuk laporan atau publikasi seperti dokumen perusahaan, dan juga yang berasal dari luar perusahaan, seperti buku dan literature.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : - Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang diperoleh langsung dari bagian keuangan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan.


(11)

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang merupakan serangkaian penulisan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan, menerangkan, serta menginterprestasikan data-data yang diperoleh, kemudian diolah kembali sehingga diharapkan dapat dibahas setelah seluruh gambaran tersebut dipeoleh. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan ditelaah secara umum.

E. Sistematika Pembahasan

Agar sistematika pembahasan tulisan ini tetap terjaga dan untuk mempermudah para pembaca untuk mengerti hal-hal yang dibahas dalam tulisan ini, maka penulis diperinci dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II : PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

Dalam Bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, manajemen piutang, kebijaksanaan kredit, prosedur piutang dan pengawasan intern piutang.


(12)

BAB III : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam Bab ini akan dianalisis dan dievaluasi data yang diperoleh secara deskriptif dan mencoba membandingkan antara teori dengan praktek yang telah diterapkan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai hasil analisis dan evaluasi mengenai Manajemen Piutang yang dijalankan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana. Dalam Bab ini juga diberikan saran yang ditujukan kepada perusahaan untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang diperoleh dari hasil analisis dan evaluasi atas bab terdahulu.


(13)

BAB II

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali berdiri pada tanggal 31 Maret 1983 sebagai perintis dari perusahaan pola group, PT. Beton telah menjadi perusahaan pertama di Indonesia dengan satu spesifikasi bisnis di bidang pengembangan dan system rangka bangaunan.

Saat ini PT. Beton sebagai perusahaan yang memimpin pasar di bidang pembentukan dan sistim rangka bangunan pada gedung bertingkat atau pada bangunan proyek sipil dan telah dipercaya oleh para kontraktor dalam negeri atau asing. Kepercayaan dan dukungan kuat dari para ahli desain, perancang bangunan, kalkulasi struktur dan sarana pengawasan pada PT. Beton telah menunjukkan hasil yang memuaskan untuk setiap proyek, karena:

- Mempercepat waktu pembangunan

- Pengadaan bahan konkrit beton yang berkualitas dan terjamin

- Meningkatkan jumlah pemakaian kembali pada bahan bangunan dan

sistemnya

- Pengadaan sarana kebersihan bagi masyarakat.

PT. Beton Perkasa Wijaksana mempunyai kantor pusat yang berada di Jalan Raya Serang Km. 16,7. Cikupang Tangerang. Dan telah mempunyai kantor-kantor cabang seperti di jalan Penjernihan Raya 40. Jakarta Pusat, jalan Surabaya-Malang Km. 49-50. Pandaan, Komp. Kawasan Industri Tugu Wijaya Kusuma.


(14)

Jalan Tugu Industri IV / 1B. Semarang, dan jalan Alamsyah Ratu Perwira Negara No. 12. Palembang.

Pada tanggal 17 juni 2006 PT. Beton Perkasa Wijaksana pertama kali mendirikan kantor cabang di Medan yang bertempat di jalan Aluminium Raya No. 67. Tanjung Mulia Medan.

Laju pembangunan yang kian pesat, kegiatan PT. Beton Perkasa Wijaksana cabang Medan ikut meningkat dengan beberapa pembangunan proyek yang dilakukan di wilayah kota Medan seperti: Proyek Royal Residenc di jalan Palang Merah Medan, proyek Pelayanan kantor pajak di jalan Palang Merah Medan, proyek J. Marriot di jalan Putri Hijau Medan, proyek City Hall di jalan Balai kota Medan, proyek Cambridge Apartemen di jalan S. Parman Medan. Dilain pihak PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak hanya melakukan pembangunan proyek, tetapi juga menyewakan atau rental alat- alat kontruksi bangunan.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam setiap perusahaan merupakan kerangka dasar dari koordinasi hubungan struktural terhadap semua fungsi yang berada dalam perusahaan tersebut. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda. Struktur organisasi memerinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana berbagai tingkatan aktivitas yang berkaitan satu sama lain sampai tingkatan tertentu, atau dengan kata lain menggambarkan masalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab semua karyawan di dalam sebuah perusahaan.


(15)

PT. Beton Perkasa Wijaksana merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan dan system rangka bangaunan yang dikepalai seorang Manajer. Adapun bentuk struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:


(16)

PT. BETON PERKASA WIJAKSANA – Branch Office

Note: Foreman = Kepala Pelaksana

Quality Assurance

Enginering

Logistic Foreman

Mgt Service

Sub Branch Mgr Security

Marketing

Marketing Repr. Project Manager

Cost Control

Quality Control

Site Manajer Procurement

Branch Manager

Bagan 1


(17)

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan seperti yang tertera pada Struktur Organisasi adalah sebagai berikut:

1. Branch Manager

• Bagian yang merumuskan kebijaksanaan utama dalam pelaksanaan

kegiatan oprasional perusahaan untuk mencapai tujuan umum perusahaan pada kantor cabang.

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada kantor cabang. 2. Quality Assurance

• Bangian yang menangani tentang kualitas (hasil pekerjaan) secara menyeluruh terhadap bakisting (form work) di lapangan/proyek dan mengawasi beberapa barang-barang di proyek, seperti: Enginering, Cost

control, Logistic, Pelaksanaan / Foreman, yang sesuai dengan setandar

perusahaan. 3. Security

• Bagian yang bekerja sebagai keamanan terhadap perusahaan 4. Marketing

• Bagian yang menangani pemasaran produk dari perusahaan, yaitu meliputi sales dan rental barang-barang material system dan pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.


(18)

5. Manajement service

Bagian yang menangani tentang keuangan, Accounting, Human Research, dan General Affair.

7. Project Manager

• Manajer yang menangani atau bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek.

8. Site Manager

• Bagian yang bertugas membantu Project Manager, yang bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan bakisting di lapangan/proyek. 9.Quality Control

• Bagian yang bertugas menangani tentang kualitas hasil pekerjaan

bakisting. 10. Logistic

• Bagian yang menangani tentang kebutuhan-kebutuhan material di

lapangan/proyek dalam proses bakisting, seperti: kayu, paku, play wood, dan barang-barang material system.

11. Enginering

• Bagian yang menangani tentang perhitungan progress atau hasil pekerjaan mandor dan menghitung progress perusahaan yang akan diberikan kepada kontraktor utama.

12. Cost Control

• Bagian yang menangani tentang pembayaran di proyek (kas kecil proyek) dan mengontrol pengeluaran terhadap bajet proyek.


(19)

13. Foreman

• Orang yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan bakisting oleh pelaksana, agar sesuai dengan standar perusahaan.

14. Sub Branch Manager

• Yang bertanggungjawab kepada semua karyawan yang ada dalam

perusahaan pada sub kantor cabang. 15. Marketing Representatif

• Bagian yang memaparkan atau menjelaskan tentang produk-produk

perusahaan kepada customer.

C. Manajemen Piutang

1. Pengertian Manajemen Piutang

Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,”

Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain apakah klaim berupa uang, barang atau jasa.


(20)

Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut : “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Penggolongan Piutang

Untuk kepentingan akuntansi dan laporan keuangan, Niswonger dan Fess (1999:324) menggolongkan piutang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

a. Piutang usaha ( Account Receivable )

b. Piutang Wesel ( Notes Receivable )

c. Piutang lain-lain ( Other Receivable )

a. Piutang Usaha ( Account Receivable )

Yang dimaksud dengan piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa secara kredit dari kegiatan utama perusahaan. Piutang semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, yaitu kira-kira 30 hari atau 60 hari, sehingga


(21)

dekelompokkan kedalam aktiva lancar didalam neraca. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Istilah piutang ini digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa secara kreditur dimana pembeli (debitur) tidak memberikan suatu janji tertulis secara formal. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan-persetujuan informl antara

supplier dan customer yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti

faktur pesanan penjualan, kontrak penjualan dan kotrak penyerahan.

Selanjutnya untuk piutang usaha yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa perlu dibedakan. Piutang usaha yang timbul dari penjualan barang dagangan timbul pada saat barang diberikan kepada pembeli (debitur), sedangkan piutang usaha yang berasal dari penjualan jasa timbul pada saat pekerjaan diselesaikan, dan bila hanya sebagian yang selesai itulah yang dinyatakan sebagai piutang usaha pada neraca.

Ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjualan barang atau jasa adalah:

Piutang usaha………xxx

Penjualan……….xxx

Dan ayat jurnal pada saat piutang dapat tertagih adalah: Kas………..xxx


(22)

b. Piutang wesel / wesel bayar (Notes Receivable)

Yang dimaksud piutang wesel ialah sebagai suatu janji tertulis yang tidak bersyarat dari seseorang kepada orang lain untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang wesel merupakan suatu tagihan dari seseorang kepada orang lain (pelanggan) untuk membayar sejumlah uang atas jumlah yang terhutang pada tanggal tertentu yang didukung oleh suatu perjanjian tertulis yang tidak bersyarat.

Sifat wesel ada 2 (dua) yaitu dapat dinegoisasikan dan tidak dapat dinegoisasikan. Wesel yang dapat dinegoisasikan berarti dapat ditransfer secara legal (syah) melalui endosemen atau penyerahan (dimana yang membuat wesel akan membayar kepada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo). Wesel ini dapat dipindahkan, dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh tempo dengan kata lain meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan.

Piutang wesel dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu: 1). Wesel berbunga

Suatu wesel disebut berbunga apabila dalam surat tersebut disebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persentase) maka disamping nilai nominal wesel juga dibayar juga dengan jumlah bunga yang dihitung atas dasar persentase bunga yang tertulis dalam surat wesel tersebut. Rumus: wesel tagih = Pinjaman pokok + Jumlah bunga


(23)

Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel yang diterima sebagai penukar barang Wesel tagih………xxx

Piutang usaha……….xxx

- Untuk mencatat bunga yang diperoleh selama satu periode Piutang bunga………..xxx

Pendapatan bunga……….xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo dan bunga Kas………...xxx

Wesel tagih………...xxx Pendapatan bunga……….xxx 2). Wesel tanpa bunga

Merupakan suatu janji untuk membayar sejumlah uang tetap hanya sebesar nilai nominal yang terdapat didalamnya.

Rumus: Wesel tagih = Pinjaman pokok Ayat jurnal:

- Untuk mencatat wesel diterima sebagai penukaran barang Wesel tagih………..xxx

Piutang usaha………xxx

- Untuk mencatat penyelesaian wesel pada tanggal jatuh tempo Kas………xxx


(24)

Penerimaan pembayaran wesel tagih mungkin saja memerlukan uang kas sebelum jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi maka penerima pembayaran tersebut dapat menjual wesel tagihnya. Kreditur tersebut akan mengedorse wesel tersebut dan memberikannya kepada pembeli wesel, biasanya berupa bank yang nantinya akan menagih wesel tersebut pada jatuh tempo.

Menjual wesel tagih sebelum saat jatuh tempo dinamakan pendiskontoan wesel tagih, karena orang yang menjual wesel tagih tersebut akan menerima uang lebih kecil dari yang akan diterimanya saat jatuh tempo.

c. Piutang lain-lain

Merupakan piutang yang timbul atau bukan berasal dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Piutang ini timbul karena adanya pinjaman yang diberikan perusahaan pada seseorang tanpa adanya hubungan yang langsung dengan penjualan barang-barang dan jasa yang merupakan peroduksi dari kegiatan utama perusahaan. Seperti piutang bunga, piutang pajak, piutang direksi, piutang karyawan, piutang afiliasi, dan lain-lain.

Piutang lain-lain antara lain adalah : 1. Persekot dalam kontrak pembelian 2. Klaim terhadap restitusi pajak

3. Klaim terhadap pengangkutan barang yang rusak

4. Klaim terhadap asuransi atas kerugian yang dipertanggungkan 5. Dan lain-lain


(25)

Sebelum pinjaman tersebut diperoleh terlebih dahulu pihak yang melakukan pinjaman melakukan permohonan kepada pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan akan mempertimbangkan permohonan tersebut, dan jika disetujui barulah pinjaman tersebut diberikan.

3. Analisis Umur Piutang

Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mengendalikan politik piutang adalah penentuan umur piutang. Metode ini berusaha mengadakan klarifikasi piutang atas dasar umur piutang atau lamanya piutang tersebut telah ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui:

a. Piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus

diberi pemberitahuan.

b. Piutang mana yang sudah jatuh tempo dan harus ditagih.

c. Piutang mana yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu

dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.

Apabila hal ini tidak segera dihapuskan maka akan dapat membuat akibat adanya likuiditas semu yaitu tampaknya besar tapi jumlahnya kecil karena terdapat unsur piutang yang sebenarnya sudah tidak dapat ditagih kembali. Analisis umur piutang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Adapaun daftar umur piutang pada tahun 2006 dan 2007 yang terdapat pada PT. Beton Perkasa Wijaksana dapat dilihat pada tabel 1.


(26)

D. Kebijaksanaan Kredit 1. Cara Menyaring Pelanggan

Setelah perusahaan menentukan perencanaan jumlah piutang, maka langkah selanjutnya perusahaan harus menilai para pelanggan yang akan membeli dengan kredit. Untuk itu penyaringan terhadap para calon pelanggan merupakan kegiatan yang sangat penting. Apabila perusahaan dapat menentukan dengan tepat pelanggan mana yang akan diberi kredit, dan mana yang sebaiknya ditolak, maka perusahaan dapat meminimkan resiko piutang yang tak tertagih.

Dalam sisi lain perusahaan perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang dapat diperoleh.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang.

a.) Mengumpulkan informasi terlebih dahulu terhadap calon pembeli

Untuk mendapatkan informasi mengenai para pelamar kredit, perusahaan memerlukan dana untuk pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam usaha untuk mendapatkan informasi tersebut. Salah satu sumber informasi yang layak untuk analisis kredit adalah financial statement (laporan keuangan), dalam hal ini penjual dapat meminta kepada pelanggannya. Beberapa perusahaan rela memberikan laporan keuangannya kepada penjual tetapi perusahaan yang lain mungkin menolak untuk memberikannya.


(27)

Hal ini biasanya menunjukkan adanya hubungan antara perusahaan yang menolak memberikan laporan keuangannya dengan lemahnya posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Sumber informasi lain adalah berasal dari perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan dengan pembeli tersebut. Umumnya, perusahaan-perusahaan yang sejenis mempunyai informasi tentang tinkah laku para pembelinya, sehingga mereka bias tukar menukar informasi. Apabila seorang calon pembeli dinilai “nakal” mungkin perusahaan sebaiknya tidak memberikan penjualan kredit kepadanya. Sumber lain adalah, tentu saja pengalaman perusahaan itu sendiri. informasi ini paling mudah dan murah biayanya.

Ada lima kriteria utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan calon pelanggan atau pemohon kredit, yaitu:

- Karakter (Character)

Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status social dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar (willingness to pay).

- Kapasitas (Capacity)

Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (ability to pay).


(28)

- Kapital (Capital)

Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya.

- Kolateral (Colleteral)

Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan. - Kondisi (Conditions)

Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya.

b. Menganalisis calon pembeli tersebut berdasarkan atas informasi yang diperoleh

Misalkan perusahaan hanya mendasar diri atas informasi pengalaman waktu lalu. Dengan demikian maka biaya yang diperlukan relative rendah, jadi perusahaan hanya perlu melihat kembali catatan diwaktu lalu dan melakukan analisis lebih lanjut, dan kemudian menggunakan informasi tambahan yang memerlukan biaya yang cukup mahal, maka perusahaan akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Disamping itu, boleh juga ditambahkan tes khusus atas aktiva kredit. Informasi tentang praktek pembayaran hutang dari calon pelanggan dimasukkan sebagai factor penilaian dalam analisis. Ini dilakukan dengan cara mengambil data hutang dagang dari laporan keuangan dan menghitung rata-rata umurnya.


(29)

Rata-rata ini dibandingkan dengan syarat jangka waktu yang dijanjikan dari Rata-rata-Rata-rata pembayaran perusahaan lainnya dalam sector industri yang sama. Perbandingan ini akan menjelaskan kepada kreditur mengenai apakah pelanggan akan patuh membayar pada waktunya menurut persyaratan kredit yang ada.

Informasi kredit dapat dimanfaatkan untuk penentuan nilai secara formal dan untuk system evaluasi, berdasarkan informasi yang dimiliki dan pengalaman dari perusahaan dapat berupa penolakan atau persetujuan penjualan kredit kepada seorang pelanggan.

c. Analisis efisiensi pengumpulan piutang

Untuk menilai efisiensi pengumpulan puitang, cara yang dapat dipakai antara lain adalah membandingkan dengan rasio industri. Meskipun demikian, sebenarnya kita dapat menggunakan persyaratan penjualan yang ditentukan oleh perusahaan, untuk mengukur efisiensi manajemen piutang ini. Misalkan ditentukan bahwa persyaratan penjualan adalah 2/10 net 30. Ini berarti perusahaan mengharapkan piutang tersebut akan dibayar 30 hari setelah penjualan. Jika dari analisis keuangan perusahaan mendapatkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah 30 hari atau sekitarnya, maka dapat dikatakan bahwa manajemen piutangnya cukup baik.

2. Kebijaksanaan Kredit

Besar kecilnya piutang yang dimiliki oleh perusahaan disamping dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, pada umumnya juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan pengkreditan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sementara kondisi perekonomian pada umumnya tidak dapat dipengaruhi oleh manajer keuangan,


(30)

kebijaksanaan kredit jelas dapat ditentukan oleh perusahaan. Di dalam kebijaksanaan kredit ini perlu penilaian untuk membandingkan antara resiko dengan profitabilitas.

Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut pembayaran dengan tunai. Namun demikian memiliki piutang juga menimbulkan biaya bagi perusahaan, maka untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis ekonomi tentang piutang sebelum kebijaksanaan kredit dilaksanakan. Analisis ekonomi tersebut bertujuan menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan kebijaksanaan kredit yang akan dilakukan.

Ada faktor-faktor yang harus kita pertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan antara lain ialah:

• Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan

memperoleh kredit.

• Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit harus sudah membayar hutangnya.

• Potongan yang diberikan kepada para pelanggan.

Ketiga factor tersebut akan menentukan beberapa jumlah piutang yang akan dimiliki oleh perusahaan, beberapa lama piutang tersebut diharapkan akan terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak akan terbayar. Untuk itu masing-masing factor diuraikan secara ringkas berikut ini.


(31)

a. Standar Kredit

Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangannya baik kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan beberapa rasio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit.

Untuk dapat menentukan standar kredit terhadap langganan diperlukan informasi tentang langganan tersebut antara lain menyangkut nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang dengannya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan berapa ratio

financial tertentu dari perusahaan langganan.

Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara peningkatan penjualan, dan peningkatan resiko tidak terbayarnya piutang. Apabila perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar, artinya hamper setiap pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka dapat diperkirakan bahwa penjualan memang akan meningkatk, tetapi proporsi piutang yang tidak terbayarpun akan meningkat pula.

Secara ekonomis, pelonggaran kredit ini dibenarkan apabila maximum penambahan biaya karena peningkatan piutang ini sama dengan penambahan


(32)

keuntungan karena meningkatnya penjualan. Tetapi apabila tambahan biaya ini sudah lebih besar daripada tambahan keuntungan, maka pelonggaran standar kredit ini sudah tidak dapat dibenarkan.

Dengan mengetahui factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak atau memperketat standar kredit yang ditetapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan “kepada siapa dan dalam jumlah berapa” kredit yang akan diberikan adapun factor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk merubah standar kredit yang ditetapkan adalah:

- biaya administrasi - investasi dalam piutang

- kerugian piutang (bad debt expenses) - volume penulisan

b. Jangka waktu kredit

Cara ini pada prinsipnya ditempuh dengan memperpanjang waktu kredit dengan harapan agar penjualan dapat meningkat. Misalkan semula jangka waktu kredit adalah 60 hari, juga tanpa diskon. Dengan perubahan ini diperkirakan akan dapat meningkatkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan dapat mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh negatif bagi keuntungan perusahaan. Dan perpendekan periode diskon, akan mempunyai pengaruh-pengaruh yang sebaliknya. Bahwa yang harus


(33)

diperhatikan dalam hal perpanjangan periode kredit adalah dapat dibenarkan selagi tambahan perpanjangan periode dredit adalah dapat dibenarkan selagi tambahan perpanjangan keuntungan masih lebih besar daripada keuntungan yang diisyaratkan.

c. Potongan

Pada dasarnya dalam menawarkan barang, banyak cara ditempuh oleh perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan penjualan secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discount), dalam menentukan harga.

Apabila perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam penjualan kredit maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti volume penjualan akan meningkat dan harga dari produk yang dijual akan lebih murah. Apabila permintaan terhadap produk perusahaan cukup elastis, maka penurunan harga tersebut akan diikuti oleh peningkatan permintaan dan juga volume penjualan. Karena adanya potongan tunai maka rata-rata pengumpulan piutang diharapkan menurun, demikian juga apabila pembayaran dilakukan lebih cepat / awal. Demikian juga kerugian piutang akan menurun sehingga mingkatkan keuntungan perusahaan. Sedangkan aspek negative dari potongan tunai adalah menurunnya keuntungan per unit dari produk yang dijual.

Jika periode potongan tunai diperpanjang oleh perusahaan maka akan mempunyai dampak positifnya, yaitu karena pembeli-pembeli yang terjadi mengambil potongan tunai yang ditawarkan oleh perusahaan, kemudian mengambil potongan tersebut, sehingga akan menurunkan rata-rata pengumpulan


(34)

piutang. Dan periode potongan piutang juga membawa efek negatif atas keuntungan perusahaan yaitu dengan perpanjangan periode potongan tunai tersebut, maka pembeli-pembeli yang tadinya sudah mengambil potongan-potongan tunai tersebut sekarang akan membayar lebih lambat namun tetap memperoleh potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata pengumpulan piutang, sehingga pengaruh dari ke-2 deadaan tersebut atas rata-rata pengumpulan piutang membutuhkan perhitungan secara teliti.

Dan sebaliknya, jika perusahaan memperpendek periode diskon yang diberikan, maka pengaruhnya adalah kebalikan dari yang desajikan diatas. Pada dasarnya dalam menawarkan barang dagangan, banyak cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan. Tidak hanya dengan penjualan secara kredit tetapi dapat juga dengan memberikan potongan (discout) dan penghargaan (allowance) dalam menetapkan harga. Potongan harga dan penghargaan merupakan pengurangan dari harga yang ada.

Bentuk-bentuk potongan dan penghargaan yang dipakai oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana antara lain:

a. Potongan kuantitas ( Quantity discount t)

b. Potongan dagang ( Trade discount )

c. Potongan tunai ( Cash discount )

d. Potongan musiman ( Seasonal discount )

e. Penghargaan promorsional ( Promortional allowance ) f. Penghargaan komisi ( Brokerage allowance )


(35)

E. Prosedur Piutang

Prosedur piutang merupakan kondisi yang disyaratkan perusahaan kepada para pelanggannya yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan (penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan tunai (cash

discount) sebesar 2%.

1. Prosedur pencatatan piutang

Pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang yang terjadi pada perusahaan atas setiap debitur. Mutasi piutang terjadi disebabkan oleh adanya penjualan kredit, penerimaan kas atas pelunasan piutang dari debitur, adanya retur penjualan piutang dan adanya penghapusan. Dasar yang digunakan untuk pencatatan piutang adalah faktur aktivitas usaha secara kredit.

Faktur yang diterima oleh bagian pembukuan akan dicatat ke buku jurnal pendapatan jasa. Setiap hari jurnal pendapatan jasa di posting ke buku pembantu piutang dan pada akhir bulan buku jurnal pendapatan jasa dijumlahkan dan jumlahnya diposting ke buku besar piutang. Di dalam buku pembantu piutang dapat dilihat jumlah piutang setiap langganan. Sedangkan pada buku besar piutang menunjukkan jumlah total piutang yang diketahui dan buku ini merupakan perkiraan pengendalian (control account) dari piutang.

Atas penerimaan uang dari langganan setiap hari, maka kasir akan membuat daftar bukti kas bernomor urut, kemudian kasir membuat daftar kas


(36)

harian dan penerimaan. Daftar ini beserta bukti kas masuk ke bagian pembukuan untuk dicatat ke buku piutang sebagai pengurangan atau pelunasan piutang yaitu dengan mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang. Bagian piutang memposting bukti kas masuk ke buku pembantu untuk mengkredit perkiraan pemilik proyek yang bersangkutan.

Dokumen pokok yang dipergunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang adalah:

a. Faktur penjualan

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.

b. Bukti kas masuk

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.

c. Memo kredit

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan rektur penjualan d. Bukti memorial

Dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum.

Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang dapat berupa:

a. Jurnal penjualan

Catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi penjualan


(37)

e. Jurnal rektur penjualan

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi rektur penjualan.

f. Jurnal umum

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih.

g. Jurnal penerimaan kas

Catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.

h. Kartu piutang

Catatan ini digunakan untuk mutasi dan saldo piutang pada setiap debitur. Selanjutnya dalam pencatatan piutang usahanya, perusahaan harus menggunakan suatu metode tertentu. Metode pencatatan piutang yang biasa digunakan oleh perusahaan terdiri dari 2 (dua) metode yaitu:

a. Metode pencatatan secara manual

Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal.

b. Metode pencatatan secara komputerisasi

Metode pencatatan piutang dengan komputer biasanya menggunakan

batch system. Dalam hal ini dokumen sumber yang mengubah piutang

dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memastikan kebenaran catatan piutang.


(38)

Dalam sistim komputer dibentuk 2 (macam) arsip yaitu: a. arsip transaksi (transaction file)

b. arsip induk (master file)

2. Prosedur penagihan piutang

Pada tahap berikutnya setelah terjadinya piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para debitur. Heckert, Wilson dan James dalam bukunya Controlleship mengatakan bahwa:

“once credit is grated, every effort must be made to secure payment in accordance with the terms of sale and within a reasonable”.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila telah diberikan pinjaman, harus dilakukan usaha untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat pelaksanaan proyek dalam suatu waktu yang wajar.

Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam melakukan penagihan piutang pada langganan:

a. Diantarkan langsung oleh langganan atau debitur ke perusahaan.

b. Melakukan penagihan secara langsung kepada pemilik perusahaan dengan mendatangi secara langsung pada debitur.

c. Melakukan penagihan melalui telepon atau mengirimi surat penagihan kepada debitur atau melalui transfer bank ke rekening giro yang dicetak ke rekening Koran pada akhir bulan.

Penagihan sebaliknya dilakukan oleh petugas yang khas ditunjuk untuk itu Disebut collector. Adapun prosedur penagihan piutang adalah:


(39)

a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang telah jatuh tempo. Daftar tagihan tersebut akan diserahkan kepada panagih beserta kuitansi penjualan asli.

b. Penagihan langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan asli akan dicap lunas.

c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir beserta daftar tagihannya.

d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar tagihan, maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap telah diterima kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan kembali kepada penagih/collector.

e. Selanjutnya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan

kebahagian piutang dan bagian akuntansi. Bagian piutang mencatat piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat dalam buku harian dan buku besar.

Ada beberapa teknik yang digunakan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana untuk melakukan penagihan piutang, yaitu:

1). Melalui surat

Bilamana waktu pembayaran utang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada “mengingatkan (menegur) langganan yang belum membayar


(40)

tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila utang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirim maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras.

2). Melalui telepon

Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum juga dibayar, maka bagian penagihan kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai satu jangkan waktu tertentu.

3). Kunjungan personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seeringkali digunakan karena derasakan sangat efektif dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.

4). Tindakan yuridis

Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hokum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

3. Prosedur penyisihan piutang

Dalam mengantisifasi jumlah piutang yang tidak dapat tertagih perusahaan melakukan estimasi atau taksiran piutang yang tidak dapat ditagih setiap akhir periode. Beberapa macam metode penyisihan antara lain:


(41)

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan cara mengalihkan taksiran persentase yang tidak terbayar dengan jumlah penjualan periode tersebut. Dalam menaksir jumlah persentase ini biasanya didasarkan atas pengalaman masa lalu. Dari pengalaman ini dapat diketahui berapa rata-rata persentase yang tidak terbayar dari jumlah penjualan periode tersebut. Dan ini dilakukan dengan mendebet biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang. b. Pendekan Neraca (Balance sheet approach)

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dari menggunakan saldo piutang usaha. Dengan metode ini, jumlah dari piutang tak tertagih adalah dengan mengalikan saldo piutang usaha dengan persentase piutang yang tak tertagih.

4. Prosedur penghapusan piutang

Apabila piutang yang telah dicadangkan sebelumnya benar-benar sudah tidak dapat ditagih dan kemungkinan oleh sebab karena debiturnya lari, meninggal dunia atau sebab-sebab lain, maka dilakukan penghapusan piutang.

Untuk menghapusan piutang usaha yang tidak dapat tertagih ini harus ada persetujuan dari pimpinan yang berada di kantor pusat yaitu direktur utama. Setelah adanya persetujuan dari direktur utama, maka bagian administrasi penjualan akan mengirimkan nota penghapusan ke bagian akuntansi untuk penghapusan piutangnya.


(42)

F. Sistim Pengawasan Intern Piutang

Sistim pengawasan intern meliputi organisasi, mengecek dan elemen-elemen yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian yang dapat dipercaya atau tidaknya dalam data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong terpenuhinya kebijakan manajemen.

Unsur-unsur pengawasan intern meliputi: a. Struktur organisasi

b. System pemberian wewenang dan prosedur pencatatan c. Praktek-praktek yang sehat

d. Pegawai yang bermutu

Pengawasan piutang sangat penting dilakukan, karena tanpa pengawasan, perusahaan akan menanggung resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam mengadakan investasi dalam bentuk piutang. Resiko-resiko yang mungkin timbul antara lain:

a. Kemungkinan terjadinya kelambatan dalam penerimaan piutang b. Kemungkinan piutang tidak dibayar sekaligus

c. Kemungkinan piutang tidak dibayar seluruhnya

d. Resiko yang timbul karena tertanamnya modal dalam piutang dalam waktu yang lama.

Untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko yang akan timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang yang dapat dilakukan dengan:


(43)

2). Pengawasan penagihan

3). Pengawasan intern yang memadai

1). Pengawasan terhadap pemberian kredit

Pengawasan pemberian piutang oleh perusahaan bertujuan agar pelaksanaan proyek hanya dilakukan terhadap pemilik proyek yang memenuhi syarat pemberian piutang oleh perusahaan yang telah ditetapkan. dengan adanya pengawasan diharapkan resiko yang mungkin timbul karena kesalahan pemberian piutang dapat dicegah.

Dalam menilai resiko piutang pemilik proyek oleh bagian keuangan dalam melakukan penilaian, penilaian yang sering dilakukan umumnya oleh bank dan juga sering dilakukan oleh perusahaan industri maupun dagang, jasa yaitu penilaian 5 “C” dari calon pelanggan antara lain, kepribadian (Character), kemampuan (Capacity), jaminan (Colleteral), modal (Capacity) dan kondisi

(Condition).

2). Pengawasan penagihan

Pengawasan penagihan dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan oleh bagian penagihan dengan semestinya. Selain itu bagian penagihan mempunyai beberapa tujuan yaitu: “bahwa tujuan bagian penagihan selain mengumpulkan piutang, bagian penagihan juga bertujuan menjaga nama baik para pelanggan”.

Perusahaan dapat menggunakan beberapa media sebagai alat untuk melakukan penagihan, yaitu dengan cara:


(44)

b). Diantar langsung oleh langganan ke perusahaan c). Penagihan melalui surat atau telepon

Dari penggunaan berbagai media penagihan itu, pada akhirnya diharapkan agar dapat memperoleh hasil berupa pelunasan hutang. Hasil penagihan ini akan menunjukkan berhasil tidaknya bagian-bagian penagihan melaksanakan tugasnya.

Untuk mengetahui seberapa baik (efisiensi) bagian penagihan dalam mengelola piutang, dapat diukur dengan menggunakan analisa ratio.

Analisa ratio yang dapat digunakan yaitu: a. Tingkat perputaran piutang usaha

Rasio ini mencoba menentukan berapa lama selama setahun suatu perusahaan “mengembalikan” atau menerima kembali piutangnya.

Tingkat perputaran piutan dapat dihitung sebagai berikut: Tingkat perputaran piutang usaha = penjualan kredit bersih

Rata-rata piutang

Rata-rata piutang = piutang wesel + piutang akhir 2

b. Hari rata-rata pengumpulan piutang

Ratio ini menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang. Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan rumus:

Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360


(45)

Adalah penting untuk membandingkan hasil kerja pengumpulan piutang dalam jangka waktu kredit yang ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hasil kerja pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu kredit yang telah ditetapkan tersebut maka cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak langganan yang tidak memenuhi batas waktu kredit yang telah detetapkan oleh perusahaan.

3. Penyelenggaraan pengawasan intern yang memadai

Pengawasan intern atas piutang dimulai sejak penerimaan order pelaksanaan proyek. Pengawasan intern piutang mengharuskan adanya persetujuan pemberian proyek, baik mengenai perencanaan pelaksanaan proyek, penyiapan dan pemberian faktur verifikasi faktur dan berakhir dengan penagihan piutang.

Pemberian persetujuan pinjaman sebaiknya dilakukan suatu bagian yang berdiri sendiri, sebaiknya bukan bagian pemasaran karena dalam upaya untuk meningkatkan jumlah aktivitas kerja usaha mungkin akan memberikan pinjaman tanpa memperhatikan pemberian pinjaman.

Prosedur untuk penerimaan kerja dan penyiapan faktur pelaksanaan proyek akan membantu pegawai yang mencatat piutang melakukan pencatatan dengan segera dan tepat. Untuk megecek kebenaran faktur pelaksanaan proyek sebaiknya ditunjuk orang yang bukan bertugas mengecek kebenaran jumlah, harga, perhitungan, ada tidaknya potongan, dan syarat pelaksanaan proyek. Copy faktur pelaksanaan proyek dan memo penagihan dikirimkan kebagian yang


(46)

mencatat piutang ke dalam buku pembantu, untuk melaksanakan pencatatan jurnal ke buku pembantu.


(47)

BAB III

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Umur Piutang

Analisis umur piutang yang dilakukan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana dikelompokkan menjadi 2 ( dua ) kategori yaitu:

1. Umur piutang 30 hari 2. Umur piutang 60 hari

Piutang yang berumur 30 hari merupakan jangka waktu kredit yang diberikan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana kepada pelanggan untuk melunasi hutangnya. Sedangkan piutang yang berumur 60 hari, merupakan perpanjangan waktu yang diberikan oleh perusahaan, dikarenakan pelanggan membeli barang atau merental barang dalam jumlah yang besar.

Terhadap umur piutang yang mendekati tanggal jatuh tempo, maka pihak perusahaan akan mengadakan pemberitahuan kepada pelanggan yang bersangkutan melalui telepon. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan pelanggan yang bersangkutan bahwa waktu untuk membayar sejumlah uang atas piutang yang dimilikinya kepada perusahaan sudah mendekati jatuh tempo. Cara ini bermanfaat agar pelanggan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut, serta untuk menghindari terjadinya piutang yang lewat jatuh tempo, yang akhirnya akan memberikan pengaruh negatif bagi perusahaan sendiri.


(48)

Sedangkan untuk umur piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo, maka dilakukan pemberitahuan setiap waktu kepada pelanggan tersebut melalui surat yang menanyakan tentang kapan pembayaran hutang tersebut dilakukan. Pada umumnya surat tersebut diberikan secara langsung kepada pelanggan yang bersangkutan agar jatuh langsung kepada pihak yang memegang otoritas di perusahaan tersebut.

B. Cara Menyaring Pelanggan

Untuk menjaga agar piutang yang diberikan kepada pelanggan dapat dikumpulkan kembali atau untuk memperkecil resiko tak terbayar piutang, maka perlu diadakan penyaringan pelanggan terhadap para calon pelanggan. Apabila perusahaan dapat menentukan dengan tepat perusahaan mana yang akan diberi kredit dan mana yang sebaliknya ditolak.

Karena sebagian besar para pelanggan PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah kontraktor dan industri, maka perusahaan tidak perlu lagi mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan informasi.

Sedangkan untuk pelanggan baru tentu saja perusahaan melakukan penyelidikan, biasanya tugas ini dilaksanakan oleh bagian Salesmen. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan menyeleksi calon pelanggan baru, serta usaha untuk mencari pelanggan. Jadi, jika seorang calon pelanggan ingin membeli produk maka ia harus mendatangi bagian Salesmen, dan akan meminta data-data dari calon pelanggan, dimana hal tersebut berguna untuk menambah kepercayaan perusahaan terhadap calon pelanggan. Data tersebut adalah berupa dokumentasi, yaitu:


(49)

a. Jika transaksi pembelian berupa alat kontruksi bangunan, maka calon pelanggan harus menyerahkan kartu NPWP (nomor pokok wajib pajak). b. Jika transaksi pembelian berupa unit maka selain NPWP, calon pelanggan

harus menyerahkan juga tentang laporan keuangan, rekening Koran, serta surat-surat pendukung yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut adalah legal.

Kemudian setelah calon pelanggan menyerahkan beberapa data-data kepada bagian Salesmen maka transaksi tersebut dilanjutkan ke bagian Counter perusahaan untuk menangani penjualan secara langsung kepada pelanggan. Setelah itu transaksi dilanjutkan ke perusahaan pusat yaitu di Jakarta guna proses identitas pelanggan. Dan akhirnya transaksi tersebut akan kembali ke Counter perusahaan untuk mencetak seluruh dokumen transaksi.

C. Kebijaksanaan Kredit

Dalam melaksanakan kebijaksanaan kredit ada faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan sebelum melakukan kebijaksanaan kredit tersebut, yaiu: standar kredit, jangka waktu kredit dan potongan. Selain itu manajer perusahaan juga mengadakan analisis sebelum kebijaksanaan kredit ditetapkan sehingga diketahui atau dapat diperkirakan berupa manfaat yang akan diperoleh dari penjualan kredit serta berapa pula biaya rata-rata perputaran piutang yang akan didapat oleh perusahaan. Sehingga manager perusahaan dapat mengetahui apakah kebijaksanaan kredit yang diterapkan menguntungkan atau tidak bagi perusahaan atau apakah keuntungan itu sesuai dengan yang diharapkan.


(50)

Dalam melaksanakan kebijaksanaan kreditnya, PT. Beton Perkasa Wijaksana mempertimbangkan standar kredit, jangka waktu pengembalian kredit dan potongan. Dalam melakukan penjualan secara kredit kepada calon pelanggan, PT. Beton Perkasa Wijaksana menjalankan standar kreditnya dengan longgar/lunak artinya bahwa hampir setiap pembeli diperkenankan membeli secara kredit, tanpa melihat apakah customer tersebut merupakan pelanggan tetap atau pelanggan baru. Dengan adanya pelonggaran standar kredit tersebut menyebabkan penjualan kredit akan meningkat, akan tetapi proporsi piutang tak tertagih juga akan mengalami kenaikan.

Pada umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melakukan kegiatan usahanya berupa pembuatan proyek konstruksi bangunan atau pembuatan bekisting dan rental alat-alat bekisting atau menyewakan alat-alat pembuatan bekisting.

Dalam laporan pencatatan piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana maka hal tersebut di berikan kode yaitu: pada proyek diberikan kode BAFC, sedangkan pada rental BAFH

Data umur piutang PT. Beton Perkasa Wijaksana perwakilan Medan pada tahun 2007, jumlah keseluruhan umur piutang pada pembuatan proyek konstruksi bangunan BAFC mencapai Rp.4.002.494.704 sedangkan jumlah keseluruhan umur piutang pada rental BAFH mencapai Rp.1.023.095.614. Total keseluruhan piutang yang dimiliki PT. Beton Perkasa Wijaksana pada tahun 2007 adalah Rp.5.025.590.318.


(51)

Persyaratan kredit credit term yang di syaratkan perusahaan kepada para pelanggan yang membeli atau merental barang secara kredit dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa pembeli akan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan (penjual) selama 30 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 2% dengan demikian, persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu:

1. Potongan tunai/cash discount (misalnya 2%) 2. Perode potongan tunai (10 hari)

3. Periode kredit (30 hari)

Perubahan dari ketiga ataupun salah satu faktor-faktor di atas akan membawa pengarauh terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(52)

Peningkatan Potongan tunai Perpanjangan Periode Potongan Tunai Perpanjangan Periode Kredit Perubahan dan Pengaruh

Variabel Arah Pengaruh Perubahan Terhadap

Laba

Arah Pengaruh Perubahan Terhadap

Laba

Arah Pengaruh Perubahan Terhadap

Laba

Volume Penjualan Naik + Naik + Naik + Investasi pada piutang

Dagang :

a) yang di karenakan oleh pelanggan non- discount yang mem- bayar lebih cepat

b) yang tetap mendapat diskon tetapi pem bayarannya terlambat

c) untuk pelanggan baru Naik -

Turun +

Naik -

Naik -

Naik -

Turun +

Biaya Piutang ragu-ragu Turun + Turun + Turun - Laba per unit Turun - Turun -

Contoh 2/10 net 30

4/10 net 30

2/10 net 30 2/20 net 30

2/10 net 30 2/10 net 60

Dengan diberikannya discount atau potongan tunai kepada pelanggan, maka perusahaan melakukan kebijakasanaan kredit dan memperkirakan penjualan akan meningkat sebesar 25% dari rata-rata proyek dan rental pada tahun 2007 saat ini mencapai Rp. 5.025.590.318 namun demikian resiko utang tak tertagih bad

debt harus juga diperkirakan kemungkinan juga akan meningkat dari 4% menjadi

5% dari penjualan dan periode rata-rata pengumpulan piutang akan meningkat pula dari 60 hari menjadi 180 hari. Tingkat keuntungan biaya tetap perusahaan

coutribution margin adalah 40% dan tingkat keuntungan perusahaan required rate of return 15% dengan demikian maka akan di analisis kedalam metode analisis


(53)

Peningkatan Penjualan = 25% x Rp. 5.025.590.318

= Rp.1.256.397.579

Laba atas tambahan

Penjualan = 40% x Rp.1.256.397.579

= Rp. 502.559.031……..(A)

= Rp. 5.025.590.318 + Rp. 1.256.397.579

360 x 180

= Rp. 3.140.993.948

= Rp. 5.025.590.318

360 x 60

= Rp. 837.598.386

Tambahan Piutang = Rp. 3.140.993.948 - Rp. 837.598.386 = Rp. 2.303.395.562

Tingkat keuntungan yang di isyaratkan atas tambahan inves-

tasi piutang = 15% x Rp. 2.303.395.562 = Rp. 345.509.334……(B)

Tambahan bad debt =Rata-rata piutang + Jumlah peningkatan penjualan = Rp5.025.590.318 + Rp1.256.397.579

= Rp6.281.987.897

= 4% x Rp.6.281.987.897 - 5% x Rp.5.025.590.318 = Rp. 2.512.795.159 - Rp. 2.512.795.158


(54)

Tambahan manfaat neto = A – ( B + C )

= Rp. 502.559.031 - (Rp345.509.334 + Rp1)

= Rp. 345.509.333

Dengan demikian kebijaksanaan kredit yang dilakukan memberikan manfaat neto yang positif bagi perusahaan.

Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, potongan discount diberikan pada saat penyerahan barang ke debitur, sebab harga jual barang secara kredit tersebut telah dekenakan potongan. Pada umumnya potongan ini tidak diberikan kepada semua pelanggan, tetapi hanya diberikan kepada pelanggan yang loyal atau melakukan pembayaran dengan baik (tepat waktu) serta pelanggan yang melakukan pembelian dalam jumlah yang besar (potongan kuantitas), jika pelanggan tersebut melakukan transaksi pembelian untuk yang ke-2 kalinya. Umumnya potongan yang diberikan berkisar 2-10%.

D. Prosedur Pencatatan Piutang

Setelah terjadinya transaksi penjualan secara kredit antara perusahaan dengan debitur, maka transaksi tersebut harus dicatat ke dalam dokumen perusahaan. Pada PT. Beton Perkasa Wijaksana, seluruh transaksi/kegiatan yang terjadi termasuk transaksi piutang dicatat dalam catatan laporan keuangan, atau catatan umur piutang perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari timbulnya piutang tak tertagih. Mengetahui piutang yang akan jatuh tempo, telah jatuh tempo dan lewat jatuh tempo. Sedangkan pencatatan piutang secara manual tidak digunakan oleh perusahaan. Sehingga apabila terjadi transaksi piutang dengan debitur, maka transaksi tersebut langsung dicatat dedalam computer.


(55)

E. Prosedur Penagihan Piutang

Setelah transaksi penjualan tersebut dicatat ke dalam system konputerisasi perusahaan yaitu SAP, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penagihan kepada debitur yang bersangkutan atas sejumlah piutang yang dimilikinya. Bagian yang terlibat dalam kegiatan penagihan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah pihak salesman, sedangkan bagian kolektor tidak terdapat pada perusahaan. Sehingga bagian salesman yang melakukan tugas mencari pelanggan, menyaring pelanggan, menangani transaksi penjualan dan melakukan penagihan piutang setiap hari serta menyerahkan uang/hasil tagihan kepada bagian keuangan perusahaan.

Umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melaksanakan penagihan piutang secara langsung kepada debitur yang bersangkutan dengan mendatangi secara langsung atau sebaliknya debitur yang datang langsung ke perusahaan untuk melakukan pembayaran piutang.

Perusahaan juga menggunakan jasa transfer bank untuk melakukan penagihan piutang. Pembayaran dapat berupa uang tunai, giro atau dengan bank garansi dan letter of credit (L/C). bank garansi merupakan garansi yang di berikan oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin pembayaran hutang debitur. Tetapi bank garansi dan letter of credit tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran piutang tetapi hanya sebagai alat penjamin.

Terhadap piutang yang sudah terlalu lama belum terbayar, maka selama piutang tersebut masih dapat ditagih maka akan terus dilakukan penagihan terhadap debitur yang bersangkutan. Dan penagihan akan diberhentikan jika


(56)

terdapat surat keterangan pailit dari Departemen kehakiman, meninggal dunia atau melarikan diri. Bagi langganan yang tidak mau membayar hutangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

F. Prosedur Penyisihan piutang

PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak mengakui adanya penyisihan piutang sebab apabila hal tersebut dilakukan berarti perusahaan memberikan peluang untuk timbulnya piutang tak tertagih, sehingga perusahaan harus optimal bahwa semua piutang dapat ditagih.

G. Prosedur Penghapusan Piutang

Pada umumnya penghapusan terhadap piutang yang tidak tertagih di PT. Beton Perkasa Wijaksana dilakukan apabila debitur meninggal dunia, melarikan diri atau pailit. Apabila debitur tersebut pailit maka harus terdapat surat keterangan pailit dari Departemen Kehakiman, dan perusahaan akan meminta surat jaminan harta berupa kenderaan, rumah untuk membayar hutangnya. Penghapusan ini dapat dilakukan apabila telah mendapatkan persetujuan dari perusahaan pusat yaitu dari Jakarta oleh Direktur Utama. Setelah mendapat persetujuan, maka dilakukan penghapusan terhadap piutang tersebut dan tidak akan ada lagi transaksi dengan debitur tersebut.


(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan tentang analisis manajemen piutang dan kemudian diikuti pula dengan evaluasi. Maka pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan mengenai implementasi manajemen piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana yaitu:

a. Piutang yang timbul pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah piutang usaha. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan utama perusahaan adalah penjualan barang atau proyek konstruksi bangunan dan rental alat-alat pembuat bekisting, sedangkan piutang lain-lain (loan) tidak ditangani oleh perusahaan, tetapi bagian koperasi perusahaan yang menangani masalah pinjaman tersebut.

b. Penetapan umur piutang perusahaan sudah baik, sebab umumnya

perusahaan hanya mempunyai piutang yang berumur 30 hari dan 60 hari. Hal ini bertujuan untuk mempercepat hari rata-rata pengumpulan piutang dan tingkat perputaran piutang.

c. Penyaringan pelanggan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap calon pelanggan sudah dijalankan dengan baik. Sebab apabila calon pelanggan akan melakukan transaksi pembelian barang secara kredit, harus menyerahkan data-data kepada bagian salesmen seperti NPWP, laporan keuangan, rekening Koran, surat-surat pendukung dan lain-lain. Sehingga


(58)

perusahaan cukup menganalisis dan mengevaluasi terhadap data tersebut, Perusahaan telah menjalankan prosedur piutang dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari:

- Penagihan piutang dilakukan setiap hari oleh bagian salesman perusahaan, atau debitur yang datang langsung. Terhadap piutang yang terlalu lama belum terbayar selama memungkinkan untuk ditagih, maka akan dilakukan penagihan terhadap piutang tersebut. - Perusahaan juga melakukan penyisihan piutang tak tertagih antara

4% sampai 5%, sebab hal itu untuk antisipasi apabila terjadi piutang tak tertagih.

- Penghapusan dilakukan hanya jika ada persetujuan dari kantor pusat di Jakarta yaitu oleh direktur utama.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan saran, sebagai berikut:

1. Manajer perusahaan sebaiknya mengadakan analisis piutang perusahaan yang berkenaan dengan volume penjualan dan pemberian discount. sebelum penjualan secara kredit dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran dan perkiraan mengenai manfaat penjualan bersih yang akan diperoleh perusahaan dan rata-rata perputaran piutang dalam suatu periode tertentu.


(59)

2. Sebaiknya perusahaan menentukan secara tegas berapa volume penjualan secara kredit dalam suatu periode tertentu, dengan demikian ada batasan yang pasti terhadap volume penjualan secara kredit.

3. Penjualan tunai yang dilakukan perusahaan sebaiknya semakin

ditingkatkan, sehingga piutang yang tertanam pada pihak debitur tidak semakin besar.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I, 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Gito Sudarmo, 1998, Manajemen Keuangan, edisi ke- 2, BPFE UGM, Yogyakarta.

Husnan, Suad, dan Enny Pujiastuti, 1996, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi ke- 2 UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, buku satu, Penerbit salemba empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve dan Fess, 1999, Prinsip-prinsip Akuntansi, jilid 1, edisi ke- 19, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2000, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi ke- 5, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syahyunan, 2004, Manajemen Keuangan I, USU Press, Medan.

Stoner, James A.F, 1998, Manajemen, edisi ke-2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Simamora, henry, 2000, Akuntansi Basis pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid

ke- 2, Penerbit Salemba Empat.

Teguh, Muhammad, 1999, Metode Penelitian dan Aplikasi Ekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.


(1)

E. Prosedur Penagihan Piutang

Setelah transaksi penjualan tersebut dicatat ke dalam system konputerisasi perusahaan yaitu SAP, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penagihan kepada debitur yang bersangkutan atas sejumlah piutang yang dimilikinya. Bagian yang terlibat dalam kegiatan penagihan pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah pihak salesman, sedangkan bagian kolektor tidak terdapat pada perusahaan. Sehingga bagian salesman yang melakukan tugas mencari pelanggan, menyaring pelanggan, menangani transaksi penjualan dan melakukan penagihan piutang setiap hari serta menyerahkan uang/hasil tagihan kepada bagian keuangan perusahaan.

Umumnya PT. Beton Perkasa Wijaksana melaksanakan penagihan piutang secara langsung kepada debitur yang bersangkutan dengan mendatangi secara langsung atau sebaliknya debitur yang datang langsung ke perusahaan untuk melakukan pembayaran piutang.

Perusahaan juga menggunakan jasa transfer bank untuk melakukan penagihan piutang. Pembayaran dapat berupa uang tunai, giro atau dengan bank garansi dan letter of credit (L/C). bank garansi merupakan garansi yang di berikan oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin pembayaran hutang debitur. Tetapi bank garansi dan letter of credit tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran piutang tetapi hanya sebagai alat penjamin.

Terhadap piutang yang sudah terlalu lama belum terbayar, maka selama piutang tersebut masih dapat ditagih maka akan terus dilakukan penagihan


(2)

terdapat surat keterangan pailit dari Departemen kehakiman, meninggal dunia atau melarikan diri. Bagi langganan yang tidak mau membayar hutangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

F. Prosedur Penyisihan piutang

PT. Beton Perkasa Wijaksana tidak mengakui adanya penyisihan piutang sebab apabila hal tersebut dilakukan berarti perusahaan memberikan peluang untuk timbulnya piutang tak tertagih, sehingga perusahaan harus optimal bahwa semua piutang dapat ditagih.

G. Prosedur Penghapusan Piutang

Pada umumnya penghapusan terhadap piutang yang tidak tertagih di PT. Beton Perkasa Wijaksana dilakukan apabila debitur meninggal dunia, melarikan diri atau pailit. Apabila debitur tersebut pailit maka harus terdapat surat keterangan pailit dari Departemen Kehakiman, dan perusahaan akan meminta surat jaminan harta berupa kenderaan, rumah untuk membayar hutangnya. Penghapusan ini dapat dilakukan apabila telah mendapatkan persetujuan dari perusahaan pusat yaitu dari Jakarta oleh Direktur Utama. Setelah mendapat persetujuan, maka dilakukan penghapusan terhadap piutang tersebut dan tidak akan ada lagi transaksi dengan debitur tersebut.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan tentang analisis manajemen piutang dan kemudian diikuti pula dengan evaluasi. Maka pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan mengenai implementasi manajemen piutang pada PT. Beton Perkasa Wijaksana yaitu:

a. Piutang yang timbul pada PT. Beton Perkasa Wijaksana adalah piutang usaha. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan utama perusahaan adalah penjualan barang atau proyek konstruksi bangunan dan rental alat-alat pembuat bekisting, sedangkan piutang lain-lain (loan) tidak ditangani oleh perusahaan, tetapi bagian koperasi perusahaan yang menangani masalah pinjaman tersebut.

b. Penetapan umur piutang perusahaan sudah baik, sebab umumnya

perusahaan hanya mempunyai piutang yang berumur 30 hari dan 60 hari. Hal ini bertujuan untuk mempercepat hari rata-rata pengumpulan piutang dan tingkat perputaran piutang.

c. Penyaringan pelanggan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap calon pelanggan sudah dijalankan dengan baik. Sebab apabila calon pelanggan akan melakukan transaksi pembelian barang secara kredit, harus menyerahkan data-data kepada bagian salesmen seperti NPWP, laporan


(4)

perusahaan cukup menganalisis dan mengevaluasi terhadap data tersebut, Perusahaan telah menjalankan prosedur piutang dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari:

- Penagihan piutang dilakukan setiap hari oleh bagian salesman perusahaan, atau debitur yang datang langsung. Terhadap piutang yang terlalu lama belum terbayar selama memungkinkan untuk ditagih, maka akan dilakukan penagihan terhadap piutang tersebut. - Perusahaan juga melakukan penyisihan piutang tak tertagih antara

4% sampai 5%, sebab hal itu untuk antisipasi apabila terjadi piutang tak tertagih.

- Penghapusan dilakukan hanya jika ada persetujuan dari kantor pusat di Jakarta yaitu oleh direktur utama.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan saran, sebagai berikut:

1. Manajer perusahaan sebaiknya mengadakan analisis piutang perusahaan yang berkenaan dengan volume penjualan dan pemberian discount. sebelum penjualan secara kredit dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran dan perkiraan mengenai manfaat penjualan bersih yang akan diperoleh perusahaan dan rata-rata perputaran piutang dalam suatu periode tertentu.


(5)

2. Sebaiknya perusahaan menentukan secara tegas berapa volume penjualan secara kredit dalam suatu periode tertentu, dengan demikian ada batasan yang pasti terhadap volume penjualan secara kredit.

3. Penjualan tunai yang dilakukan perusahaan sebaiknya semakin

ditingkatkan, sehingga piutang yang tertanam pada pihak debitur tidak semakin besar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I, 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Gito Sudarmo, 1998, Manajemen Keuangan, edisi ke- 2, BPFE UGM, Yogyakarta.

Husnan, Suad, dan Enny Pujiastuti, 1996, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi ke- 2 UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, buku satu, Penerbit salemba empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve dan Fess, 1999, Prinsip-prinsip Akuntansi, jilid 1, edisi ke- 19, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2000, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi ke- 5, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syahyunan, 2004, Manajemen Keuangan I, USU Press, Medan.

Stoner, James A.F, 1998, Manajemen, edisi ke-2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Simamora, henry, 2000, Akuntansi Basis pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid

ke- 2, Penerbit Salemba Empat.

Teguh, Muhammad, 1999, Metode Penelitian dan Aplikasi Ekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.