Studi penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat

(1)

RAHMAT DARMAWAN. The Study of Economic Benefit Value Assessment of Case Conservation Area in Tangkuban Parahu Nature Recreation Park (NRP), Bandung Baratat dan Subang Districts, West Java Province. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO

The forest provides benefit in the form of tangible forest products such as wood and rattan, and also in-tangible forest products among others, water flow control and natural recreation. The forest conservation is a forest area with certain characteristics that has a main function of preserving the diversity of plants, animals and its ecosystems.

As explained above that forest resources are not the only production forests, among others, the conservation areas that its economic value is not widely known, where most of it is area has no market value. The nature recreation park of Tangkuban Parahu Mount is one of the conservation area which has an interesting tourist attraction. Therefore the study aims to assess the economic benefit value of the nature recreation park Tangkuban Parahu mountain.

The method that used to assess the economic benefits value of the nature recreation park of Tangkuban Parahu mountain is travel cost method. The data was collected by conducting interviews with 100 selected visitors.

The result of study obtained that at the optimum level of ticket prices (Rp. 71.500), the economic benefits value of Mt. Tangkuban Parahu is 65,389,367,111 Rupiahs per year, which reflects if the tourist attraction value is supported by the availability of facilities and infrastructure in the tourist area and the consumer surplus as much as 29.454.488.235/year rupiahs. This matter indicates that the visitors paid for travel on marginal rates (below average price).

If the optimum ticket price (Rp 71.500) was imposed, it must be complemented by increasing of management system and good service management, also improving infrastructure facilities adjust with the needs of visitors in order to increase the satisfaction of visitors by still taking into aspects of environmental sustainability.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sumberdaya alam merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya alam hutan sebagai salah satu anugerah Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peranan penting bagi kebutuhan masyarakat, karena hutan memberi manfaat baik berupa produk hasil hutan yang nyata (tangible) seperti kayu dan rotan, maupun produk hasil hutan yang tidak nyata (intangible) antara lain pengaturan tata air dan wisata alam (Darusmanet al1982).

Peranan hasil hutan kayu sebagai sumber penerimaan devisa sangat penting. Sedangkan hasil hutan non-kayu yang mempunyai peranan cukup penting adalah rotan. Seperti telah diuraikan diatas bahwa sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, antara lain kawasan konservasi yang nilai ekonominya masih belum banyak diketahui, dimana sebagian besar dari kawasan ini tidak memiliki nilai pasar (Dausmanet al1982).

Dalam menghadapi tekanan berbagai pihak, terutama dari masyarakat internasional terhadap pengurangan pengambilan kayu hutan tropika, pemerintah sudah seharusnya segera mengantisipasinya melalui perubahan kegiatan pemanfaatan hutan dengan mempelajari dan menyusun konsep pengambilan manfaat intangible dari hutan, sehingga peranan ekonomi kehutanan tidak menurun bahkan mungkin bertambah besar dan beragam. Potensi manfaat ekonomi kawasan konservasi terutama yang intangible ini harus dinilai dan dikembangkan, agar optimasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang memiliki manfaat majemuk tersebut dapat tercapai, dan berarti pula perkembangan ekonomi kehutanan tidak hanya tergantung pada kayu. Adanya pengembangan pemanfaatan kawasan konservasi ini akan dapat meningkatkan peranan ekonomi kehutanan terhadap penerimaan devisa (Darusmanet al1982).

Kawasan wisata alam merupakan areal yang dimanfaatkan untuk wisata alam baik yang berada di dalam kawasan konservasi maupun kawasan non-konservasi atau kawasan yang di dalamnya dilakukan kegiatan non-konservasi secara


(3)

ex-situ. Saat ini terdapat kecenderungan semakin besarnya minat masyarakat baik global, regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang bersifat alami, contohnya yaitu dengan melakukan kegiatan wisata alam. (Darusmanet al1982)

Wisata alam merupakan pemanfaatan waktu luang dengan melakukan kegiatan perjalanan untuk kegiatan yang menyenangkan di areal yang alamiah dengan unsur flora fauna dan lingkungan. Fenomena ini berkembang sejalan dengan terus meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap alam dan lingkungan sebagai unsur penyangga kehidupan. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwa pengembangan obyek-obyek wisata sekarang ini harus lebih menekankan pada pemanfaatan dan pendayagunaan sektor pariwisata dari kawasan konservasi.

1.2. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui karakteristik pengunjung di Taman Wisata Alam Tangkuban.

2. Untuk menduga persamaan permintaan rekreasi dengan metode biaya perjalanan.

3. Membuat kurva permintaan manfaat rekreasi berdasarkan persamaan permintaan rekreasi dengan metode biaya perjalanan

4. Menduga nilai ekonomi Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu, berdasarkan metode biaya perjalanan.

1.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya berguna sebagai bahan masukan bagi pengelola Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum. Diharapkan pula hasil pendugaan penerimaan pada berbagai tingkat harga karcis yang dikenakan pada pengunjung, dapat dijadikan dasar perencanaan bagi pengelolaan dan pembangunan Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu.


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taman Wisata Alam

Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya Taman Wisata adalah pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Menurut Daryadi et al. (2003), di Indonesia kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah Kawasan Pelastarian Alam/KPA (Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya), Kawasan Suaka Alam/KSA (Suakamargasatwa dan Taman Buru). Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Sesuai dengan fungsinya, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk:

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya

2.2. Rekreasi Alam

Rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan : piknik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983). Menurut Douglass (1970) rekreasi dapat diartikan sebagi setiap kegiatan menusia yang dapat menyegarkan sikap mentalnya. Sedangkan menurut Direktorat PPA (1979) rekreasi merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi untuk dapat memberikan keseimbangan, keserasian, dan gairah hidup. Rekreasi alam merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berdasarkan prinsip kelestarian alam.


(5)

Rekreasi alam tersebut dengan berbagai bentuk seperti jalan kaki, berkemah, berburu, memancing, menikmati pemandangan dan lain-lain. Setiap individu dapat mengembangkan kemampuannya. Selanjutnya dikatakan bahwa rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang khas, dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, ketenangan dan gairah hidup.

Menurut Duerret al. (1979), keseluruhan pengalaman rekreasi alam dibagi kedalam lima fase yang penting dan saling berhubungan, yaitu fase perencanaan, fase perjalanan dari rumah menuju tempat rekreasi, fase aktivitas ditempat rekreasi, fase perjalanan pulang dari tempat rekreasi ke rumah dan fase relokasi.

2.3. Manfaat Rekreasi Alam

Rekreasi alam merupakan salah satu manfaat intangible dari sumberdaya alam, secara ekonomi tidak berbeda dengan komoditi kayu atau hasil tangible

lainnya, dimana permasalahan-permasalahannya sejak awal muncul karena adanya kelangkaan (scarcity). Kesulitan yang menantang dalam ekonomi wisata alam adalah dalam hal penilaian (valuation) dari biaya dan manfaatnya (Darusman 1987).

Brockmann dan Merriem (1979) menyatakan bahwa rekreasi sering memberikan perubahan bagi orang yang melaksanakannya berupa hiburan dan pemulihan (mengembalikan daya kreasi) untuk bekerja kembali. Sedangkan manfaat rekreasi menurut Clawson dan Knetsch (1966) adalah menambah pengalaman seseorang yang berhubungan dengan emosi dan inspirasi yang didapatkan setelah melakukan kegiatan rekreasi, seseorang bisa segar kembali, lebih bergairah serta lebih bersemangat sehingga lebih produktif dari sebelumnya.

2.4. Permintaan Rekreasi

Kegiatan rekreasi atau pariwisata jika dilihat dari segi ekonomi, dimana aktivitas itu dilakukan jauh dari tempat tinggal wisatawan, maka didalam melakukan aktivitas tersebut akan menimbulkan permintaan atau demand. Menurut Sihite (2000), demandatau permintaan dapat diartikan sebagai sejumlah barang atau jasa yang tersedia untuk dijual pada pasar dalam waktu dan harga


(6)

tertentu. Demand dapat diartikan pula sebagai sejumlah barang atau jasa yang diminta dengan harga tertentu.

Dalam bidang kepariwisataan pengertian demand tidak semudah pengertian demand terhadap barang manufaktur biasa. Hal ini disebabkan produksi industri lainnya. Demand dalam kepariwisataan pada dasarnya dibagi atas dua bagian besar, yaitu :

1. Potential demand, yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan pariwisata karena memiliki cukup banyak uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan.

2. Actual demand, yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan pariwisata ke suatu tempat tujuan wisata tertentu.

Menurut Barry (2001), kurva demand dipengaruhi oleh populasi penduduk, pendapatan, jasa transportasi dan kelangkaan serta daya dukung areal. Banyak sekali barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam yang bukan merupakan privat goods melainkan public goods, yaitu barang atau jasa yang dikonsumsi oleh seseorang tetapi tidak mengurangi jumlah yang seharusnya dikonsumsi oleh orang lain.

Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai.

Menurut Sihite (2001), faktor-faktor yang mempengaruhidemandadalah : 1. Pendapatan

2. Harga yang harus dibayar

3. Kualitas produk yang ditawarkan

4. Hubungan politik antar daerah atau Negara 5. Hubungan ekonomi antar daerah atau Negara 6. Hubungan sosial budaya antar daerah atau Negara 7. Perubahan cuaca atau iklim

8. Hari-hari libur


(7)

10. Teknologi transportasi

2.5. Rekreasi Alam Sebagai Komoditi Ekonomi

Menurut Duerret al.(1987) dalam Ibrahim (2006) seperti halnya hasil hutan lainnya pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Dua hal penting yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya adalah:

1. Kesempatan rekreasi tidak tahan lama artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang tidak dapat diambil kembali pada waktu mendatang.

2. Rekreasi harus dijual di tempat, artinya konsumen yang harus datang ke tempat rekreasi.

Rekreasi alam juga berperan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara, mempengaruhi ekonomi setempat dan secara nyata dapat turut meningkatkan kesejahteraan (Duerret al.1979).

2.6. Metode Biaya Perjalanan

Salah satu metode yang digunakan di negara-negara maju adalah menggunakan kesediaan membayar dari para konsumen melalui biaya perjalanan. Metode ini banyak digunakan karena para pemakai objek wisata tidak mau membayar karcis dan mereka beranggapan bahwa potensi sumberdaya alam tersebut adalah milik umum (public good). Akibatnya pendugaan yang diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk tidak dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan nilai manfaat objek rekreasi karena pendapatan yang diperoleh belum menggambarkan nilai kesediaan membayar dari konsumen yang sebenarnya (Clawson & Knetsch 1975) dalam Sudarmalik (1995).

Pendekatan metode biaya perjalanan adalah suatu cara untuk menentukan nilai dari suatu barang yang tidak mempunyai harga. Pendekatan ini telah dipakai secara meluas untuk mendapatkan kurva permintaan rekreasi. Rekreasi alam adalah salah satu contoh barang yang tidak mempunyai harga. Pendekatan biaya perjalanan dikembangkan untuk menilai manfaat barang lingkungan (Hufschmidt, James dan Meister, 1987)


(8)

Selanjutnya Clawson dan Knetsch (1975), memberikan asumsi bahwa jumlah pengunjung yang datang ke suatu objek wisata akan mempunyai reaksi yang sama terhadap perubahan harga tiket masuk seperti reaksi-reaksi mereka terhadap perubahan biaya perjalanan. Dengan konsep ini maka metode biaya perjalanan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai manfaat rekreasi dari suatu objek wisata.

2.7. Regresi Linear Sederhana

Secara umum, model merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya. Keadaan alam yang diteliti biasanya amat rumit dan kemampuan kita menelitinya secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Model yang dibicarakan disini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya. Dalam Regresi Linear sederhana terdapat satu apa yang sering disebut peubah bebas, namakan x, dan satu peubah tak bebas yang bergantung pada x, namakan y. (Sembiring 1995)

Menurut Alfian Lans (2003) Analisis Regresi diartikan sebagai suatu analisis tentang ketergantungan suatu variabel kepada variabel lain (yaitu variabel bebas) dalam rangka membuat estimasi atau prediksi dari nilai rata-rata variabel tergantung dengan diketahuinya variabel bebas. Koefisien Korelasi KK merupakan indeks bilangan yang digunakan untuk menunjukkan ukuran keeratan hubungan antar peubah. Nilai KK berkisar antara 0 (tidak ada korelasi) sampai 1 (korelasi sempurna). Koefisien determinasi (R2) memiliki makna sebagai ukuran kemampuan peubah penduga dalam menjelaskan variasi dari peubah responnya.

2.8. Surplus Konsumen

Menurut Lipsey et al. (1987) surplus konsumen merupakan selisih antara keseluruhan nilai yang diberikan oleh konsumen kepada semua unit yang disunakan dari beberapa barang dengan pembayaran yang mereka lakukan untuk membeli jumlah yang sama dari barang-barang itu. Total nilai yang diberikan oleh


(9)

setiap konsumen kepada semua pemakaian dari sesuatu barang dapat ditaksir dengan dua cara yaitu:

1. Penilaian yang diberikan oleh konsumen kepada unit secara berturut-turut dapat dijumlahkan.

2. Bertanya kepada konsumen berapa dia akan bersedia membayar untuk memakai jumlah yang dimaksud jika alternatifnya sudah tidak memiliki barang tersebut.

Consumer s Surplus adalah perbedaan antara berapa yang sesungguhnya dibayarkan oleh seseorang dengan jumlah maksimum yang dia sebenarnya bersedia dan mampu membayarnya. Consumer s surplus secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan metode TCM atau Travel Cost Method, yaitu metode yang digunakan untuk menaksir nilai ekonomi dari berbagai jasa non-market termasuk wisata alam, dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat kurva permintaan sebagai estimasi Consumeer s surplus secara total. (Winarno 1999 dalam Melati 2002).


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai bulan Juni hingga bulan Juli 2010.

3.2. Metode Penelitian

Metode penentuan nilai manfaat ekonomi kawasan konservasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Jumlah pengunjung tahun 2010

Data yang diperlukan untuk dapat mengetahui jumlah pengunjung tahun 2010 diatas adalah:

a. Data statistik jumlah pengunjung Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu periode tahun 2010

b. Jumlah pengunjung berdasarkan derah asal pengunjung c. Jumlah penduduk berdasarkan daerah asal pengunjung 2. Kurva permintaan pengunjung

Untuk melakukan perkiraan kurva permintaan pengunjung maka perlu menentukan terlebih dahulu beberapa hal yaitu:

a. Tempat tinggal dari daerah asal mana b. Besar biaya perjalanan yang dikeluarkan 3. Metode Pengumpulan Data

a. Studi literatur

Mengumpulkan data sekunder tentang karakteristik objek penelitian, jumlah pengunjung periode tahun 2010, dan jumlah penduduk.

b. Observasi

Mengamati secara langsung di lapangan mengenai karakteristik objek penelitian dan karakteristik pengunjung.


(11)

c. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pengunjung terpilih (responden) yang dibantu dengan lembar pertanyaan.

4. Metode Pengambilan Contoh

Contoh diambil berdasarkan cara sebagai berikut :

Pengambilan sampel (responden) dalam penelitian ini dilakukan secara non-acak (non-probability sampling) yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih sebagai responden (Juanda 2007) dalam Susilowati (2009). Pengambilan sampel yang dipilih pada penelitian ini dilakukan secarapurposive atau judgement sampling, dimana responden yang dipilih sesuai dengan keadaan yang dikehendaki. Keadaan yang dimaksud adalah pengunjung Taman Wisata Alam dengan umur di atas 15 tahun yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Objek penelitian sendiri adalah para pengunjung yang melakukan rekreasi di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu.

Penentuan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1993) sebagai berikut :

n = N

1 + Ne

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi (pengunjung tahun 2010 sebanyak 102796 orang pengunjung)

E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

Berdasarkan rumus di atas, maka diambil responden sejumlah 100 orang yang keseluruhannya merupakan wisatawan domestik dengan syarat dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner.

3.3 Pengolahan Data dan Analisis


(12)

Karakteristik pengunjung disajikan secara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Karakteristik objek wisata disajikan secara dskriptif.

2. Pendugaan Persamaan Permintaan Rekreasi

Dari data kunjungan periode tahun 2010, kemudian dapat dihitung tingkat kunjungan untuk masing-masing daerah asal berdasarkan persentase berkunjung untuk masing-masing daerah asal melalui pengamatan. Jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal dapat dihitung dengan rumus :

= ×

Dimana :

Ki = Jumlah pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung (orang/tahun)

ki = Persentase pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung menurut hasil survey (orang)

Y = Jumlah seluruh kunjungan periode tahun penelitian (tahun 2010) ki didapat dengan menghitung banyaknya pengunjung yang berasal dari daerah asal i berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian. Kemudian dibuat persentasenya dan jumlah banyaknya pengunjung yang dijadikan sebagai contoh untuk masing-masing daerah asal didasarkan atas persentase tersebut.

Berdasarkan sebaran daerah asal dan banyaknya jumlah penduduk tiap daerah asal dapat diduga besarnya jumlah pengunjung per 1000 penduduk pada daerah asal yang bersangkutan.

Laju kunjungan per 1000 penduduk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

= × 1000

Dimana :

Ki = laju kunjungan per 1000 penduduk dari daerah asal i

Ki = jumlah pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung (orang /tahun)


(13)

Biaya perjalanan rata-rata merupakan rata-rata biaya konsumsi, dokumentasi. Transportasi dn biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan rekreasi.

Biaya perjalanan dihitung dengan rumus :

BP = Tr + D + (Kr-KH) + Tp + KM Dimana :

BP = Biaya Perjalanan (Rp/hari orang kunjungan) Tr = Biaya Transportasi (Rp/orang)

D = Biaya Dokumentasi (Rp/orang)

Kr = Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) Kh = Biaya konsumsi harian (Rp/orang/hari)

Tp = Biaya parkir (Rp/kendaraan) KM = Karcis Masuk

Sedangkan biaya perjalanan rata-rata dari tiap daerah asal adalah :

= BPij

ni

Dimana :

BPRi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal I (Rp/hari orang kunjungan)

Bpij = Biaya perjalanan pengunjung ke j dari daerah asal pengunjung (Rp/hari orang kunjungan)

Ni = jumlah pengunjung sebagai responden dari daerah asal pengunjung (orang kunjungan/bulan)

Setelah data diperoleh dilakukan analisis regresi antara variable biaya perjalanan rata-rata (X) dengan laju kunjungan per 1000 penduduk (Y). Model regresi yang dipakai adalah persamaan regresi linear sederhana yaitu :

= + .

Dimana :

Yi = Laju kunjungan per 1000 penduduk dari daerah asal pengunjung Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal pengunjung (Rp/hari

orang kunjungan) a = konstanta


(14)

b = Slope

Selanjutnya persamaan regresi yang telah diuji digunakan dalam perhitungan simulasi harga karcis. Persamaan regresi penduga kurva permintaan dengan penambahan harga karcis masuk sebagai biaya adalah :

= + ( + )

Dimana :

Yi = Laju kunjungan per 1000 penduduk daerah asal pengunjung Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal pengunjung (Rp/hari

orang kunjungan) a = konstanta

b = slope

KM = Harga karcis Masuk

Harga karcis di simulasikan ke persamaan diatas. Harga karcis masuk ditetapkan mulai dari Rp 0,00 sampai pada harga karcis tertentu dimana kunjungan per 1000 penduduk daerah asal pengunjung mencapai nol (Yi = 0).

Nilai dari simulasi harga karcis kemudian dikalikan dengan jumlah penduduk tiap daerah asal yang kemudian dibagi dengan 1000 sehingga diperoleh tingkat kunjungan dari berbagai daerah asal pada harga karcis yang berbeda.

Langkah berikutnya adalah membuat kurva permintaan rekreasi yang menggambarkan hubungan antara jumlah kunjungan dengan harga karcis. Dari kurva ini diperoleh nilai surplus konsumen dari pengurangan antara kesedaan mambayar maksimum dengan pengeluaran aktual konsumen.


(15)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan Wisata Gunung Tangkuban Parahu pertama kali ditangani oleh perkumpulan swata Belanda Vereneeging Bandoeng Vooruit. Pada tahun 1927 perkumpulan ini membuat jalan dari kaki gunung menuju kawah. Berdasarkan Besluit Direktur Van Landbouw,Nyverheid en Handel No. 1377?B Sub E tanggal 13 Februari 1927 komplek hutan Gunung Tangkuban Parahu seluas 1.660 ha ditetapkan sebagai hutan tutupan (BBKSDA 2009).

Pada tahun 1950, perkumpulan swasta Belanda Vereneeging Bandoeng Vooruit berubah nama menjadi Perhimpunan Bandung Permai, dan pada 1974 berubah nama lagi menjadi Yayasan Bandung Permai. Sejak saat itu Yayasan Bandung Permai mengusahakan sebagian dari kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu sebagai objek wisata. Untuk optimalisasi dan pengembangan pengusahaan wisata kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu, Yayasan Bandung Permai bekerja sama dengan PT. Sari Ekspres membentuk PT. Permai Sari pada tahun 1974 (BBKSDA 2009).

Pada tahun yang sama, kompleks hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam seluas 370 ha dan Cagar Alam seluas 1.290 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.528/Kpts/Um/9/1974 tanggal 3 September 1974. Sebagai upaya meningkatkan pengembangan fungsi kawasan Taman Wisata Alam Kawah Gunung Tangkuban Parahu, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 133/Kpts/DJ/I/1980 tanggal 14 Juli 1980, pengelolaan kawasan hutan wisata ini diserahkan kepada Perum Perhutani. Pada tahun 1989 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/Kpts-II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut yang kemudian dilakukan penyesuaian penyerahan pengelolaan menjadi Hak Pengeusahaan Hutan Wisata (BBKSDA 2009).


(16)

Pada Tahun 1990 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.284 Tahun 1990 tentang Penyesuaian status pengelolaan menjadi pengusahaan dan tidak berlakunya S.K. Dirjen Kehutanan No. 133 Tahun 1980 oleh Perhutani. Pada Tahun 2002 terbit Surat keputusan Direksi PT. Perhutani No. 006 tahun 2002 tentang penyerahan pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu kepada PT. PALAWI dan Cagar Alam ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada Tahun 2007 terbit Surat keputusan Menteri Kehutanan No.206 Tahun 2007 tentang Penyerahan Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu dan Cagar Alam kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada tahun 2009 pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu diserahkan kepada PT. Graha Rani Putra Persada selama 30 tahun melalui Surat Keputusan No. 306/Menhut-II/2009 tentang Konsesi Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu (BBKSDA 2009).

4.2. Letak, Luas Dan Aksesibilitas

Secara geografis, kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu terletak antara 6040 -6050 Lintang Selatan dan 107030 107040 Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan, TWA Gunung Tangkuban Parahu temasuk dalam Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.528/Kpts/Um/9/1974 tanggal 3 september 1974, luas TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah 370 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung dan Perkebunan PTPN VIII Ciater; dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung.

Lokasi TWA gunung Tangkuban Parahu dapat dicapai melalui 3 rute, yaitu dari Kota Bandung, Subang dan Cimahi. Ketiga rute tersebut adalah :

1. Rute dari arah Selatan, melalui Bandung Lembang Cikole TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 29 km yang dapat dicapai dengan


(17)

kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama yang biasa digunakan oleh pengunjung terutama dari arah Jakarta.

2. Rute dari arah Barat Daya, melalui Cimahi Cisarua Parongpong TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 29 km yang dapat dicapai dengan angkutan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama bagi pengunjung yang berasal dari Cimahi.

3. Rute dari arah Utara, melalui Subang Ciater TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 31 km yang dapat dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama digunakan oleh pengunjung yang berasal dari Subang dan Purwakarta.

4.3. Iklim dan Hidrologi

Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu berdasarkan klasifikasi Scmhidt Ferguson mempunyai iklim Tipe B dengan curah hujan berkisar antara 2000 3000 mm per tahun. Temperatur udara dikawasan ini berkisar antara 150C 290C dan kelembaban udara rata-rata 45% - 97% (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Sumber mata air di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal dari Mata Air Cikahuripan.

4.4. Daya Tarik Wisata

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis dan nilai pengetahuan.

1. Nilai Estetika, berupa lanskap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.


(18)

Gambar 1 Kawah Ratu.

Gambar 2 Kawah Domas. Gambar 3 Kawah Upas.

Sumber : dokumentasi pribadi, 2010

2. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.


(19)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu

5.1.1. Daerah Asal Pengunjung

Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan penngunjung nusantara (BBKSDA, 2009). Distribusi asal pengunjung nusantara berdasarkan hasil wawancara secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daerah asal pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah Persentase

Bandung 40 40%

Bekasi 1 1%

Bogor 4 4% Depok 4 4% Jakarta 31 31%

Karawang 3 3%

Kota Cimahi 3 3% Purwakarta 2 2%

Subang 9 9%

Sukabumi 2 2% Sumedang 1 1%

Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 1 terlihat bahwa proporsi pengunjung nusantara terbesar berasal dari Bandung yaitu 40% dan Jakarta 31%. Hal ini disebabkan karena di kota besar seperti Bandung dan Jakarta kondisinya sudah sangat padat dan minimnya objek pemandangan alam yang khas dan alami sehingga memilih berekreasi di TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menikmati udara segar dan pemandangan alam yang khas sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari. Pengunjung yang berasal dari Subang yang merupakan letak sebagian besar Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu lebih sedikit jika


(20)

di bandingkan pengunjung dari Bandung dan Jakarta yaitu 9%, hal ini disebabkan karena mereka sudah sering berkunjung, sehingga mereka lebih memilih untuk berkunjung ke objek wisata lain.

5.1.2. Jenis Kelamin

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%.

Gambar 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Sumber : Data primer diolah, 2010. 5.1.3. Umur

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang dipilih sebagai responden bervariasi mulai dari 15 tahun sampai dengan 54 tahun. Sebaran kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran kelompok umur pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu

Umur Jumlah Persentase

15 19 40 40%

20 24 14 14%

25 29 21 21%

30 34 8 8%

35 39 11 11%

40 44 4 4%

>44 2 2%

Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40% serta

54%

46% Laki-laki


(21)

kelompok umur 25 29 tahun yaitu 21%. Hal ini disebabkan karena pengunjung yang berada pada kelompok umur 15 19 tahun dan kelompok umur 25 29 tahun mempunyai kondisi fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan responden yang lebih tua, hal tersebut dapat dilihat pada pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari kelompok umur >44 tahun yaitu 2%.

5.1.4. Pekerjaan

Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%, karena kegiatan rekreasi alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan untuk mengisi waktu liburan. Selain pelajar, pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu juga banyak yang berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu 31%, banyaknya pengunjung yang berprofesi dari sektor swasta ini dikarenakan mereka ingin berekreasi ke tempat yang alami sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan. Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik pengunjung berdasakna pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu Rumah Tangga 2 2%

Mahasiswa 10 10%

Pelajar 38 38%

Pegawai Negeri Sipil 5 5%

Swasta 31 31%

Wiraswasta 14 14%

Total 100 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2010. 5.1.5. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja perbulannya. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, pendapatan perbulannya adalah uang saku perbulannya.

Apabila dilihat dari tingkat pendapatan, pendapatan pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu perbulannya beragam, mulai dari < Rp 1.000.000 hingga > Rp 5.000.000 perbulannya. Hal ini menunjukkan bahwa TWA Gunung Tangkuban Parahu terjangkau oleh semua kalangan, namun jika dilihat dari Tabel


(22)

4 di atas pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49% dan pengunjung dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.0000 Rp 3.000.000 yaitu 43%. Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan

Sumber : Data primer diolah, 2010

5.2. Pengembangan Manajemen Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Perahu

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berkunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah daya tarik wisatanya, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis.

4. Nilai Estetika, berupa lansekap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.

5. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

6. Nilai Historis, berupa legeda mengenai asal-usul Gunung Tangkuban Parahu. Oleh karena itu hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan adalah dengan memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan kawasan TWA gunung Tangkuban Parahu.

Selain menjaga keaslian dan daya tarik wisata, kualitas pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu merupakan hal yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Beberapa sarana

Pendapatan Jumlah Persentase

< Rp 1.000.000 49 49%

Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 43 43% Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 5 5%

> Rp 5.000.000 3 3%


(23)

prasarana wisata yang perlu ditambah diantaranya yaitu perlu menyediakan kegiatan pada tempat-tempat yang menarik untuk mencegah berkumpulnya pengunjung di suatu tempat.

5.2.1. Fungsi Permintaan Rekreasi dan Kurva Permintaan Berdasarkan Fungsi Permintaan Rekreasi

Data yang diperlukan dalam menentukan pendugaan fungsi permintaan rekreasi adalah mencakup: daerah asal pengunjung, jumlah penduduk setiap daerah asal, jumlah kunjungan masing-masing daerah asal, serta biaya perjalanan dari setiap daerah asal.

Untuk menentukan jumlah kunjungan pada tahun penelitian maka dilakukan studi literatur. Berdasarkan data Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat diketahui bahwa jumlah pengunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu selama periode tahun 2010 yaitu 1027926 orang.

Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah (orang) % Prediksi Jumlah Pengunjung (orang)* Jumlah Penduduk (orang)** kunjungan per 1000 penduduk (orang)

Bandung 40 40% 411170 5506176 75

Bekasi 1 1% 10279 4204530 2

Bogor 4 4% 41117 5278318 8

Depok 4 4% 41117 1430829 29

Jakarta 31 31% 318657 9146200 35

Karawang 3 3% 30838 2112433 15

Kota Cimahi 3 3% 30838 532114 58 Purwakarta 2 2% 20559 809962 25

Subang 9 9% 92513 1476418 63

Sukabumi 2 2% 20559 2582820 8

Sumedang 1 1% 10279 1134288 9

Total 100 100% 1027926 34214088 326

Sumber : *)Didasarkan pada data pengunjung tahun 2010 sebanyak 1027926 orang pengunjung. **) Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2009.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diperoleh, maka pengunjung dikelompokkan ke dalam beberapa daerah asal pengunjung berdasarkan hasil survei serta jumlah kunjungan per 1000 dari setiap daerah asal. Berdasarkan hasil survei, daerah asal pengunjung dibagi menjadi 11 daerah asal, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta, Karawang, Kota Cimahi,


(24)

Purwakarta, Subang, Sukabumi, dan Sumedang. Dari hasil perhitungan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk masing-masing daerah asal diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa tingkat kunjungan tertinggi per 1000 penduduk yaitu pengunjung yang berasal dari daerah Bandung yaitu 75 orang. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk Bandung yang melakukan rekreasi ke TWA Gunung Tangkuban Parau cukup besar.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diketahui dan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk setiap daerah asal diperoleh, maka ditentukan rata-rata biaya perjalanan pengunjung pada setiap daerah asal. Biaya perjalanan rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi tersebut. Oleh karena itu, Penentuan biaya perjalanan tidak hanya didasarkan pada harga tiket masuk saja, tetapi juga termasuk semua biaya yang dikeluarkan pengunjung selama berwisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Biaya Perjalanan yang dikeluarkan pengunjung meliputi biaya transportasi pergi-pulang, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya parkir serta karcis masuk.

Tabel 6 Rata-rata total biaya perjalanan setiap daerah asal

Asal Daerah Rata-Rata Biaya Perjalanan

(Rp/orang)

Bandung 57875

Bekasi 272000

Bogor 271750

Depok 245250

Jakarta 206613

Karawang 157333

Kota Cimahi 37667

Purwakarta 73500

Subang 56556

Sukabumi 157250

Sumedang 180000

Total 1715793

Sumber : Data primer diolah, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata biaya perjalanan pengunjung per orang pada masing-masing daerah asal bervariasi mulai dari Rp


(25)

37.667(Kota Cimahi) sampai Rp 272.000(Bekasi). Rendahnya pengeluaran pengunjung yang berasal dari Kota Cimahi disebabkan oleh letaknya yang cukup dekat dengan TWA Gunung Tangkuban Parahu sehingga tidak memerlukan banyak biaya.

Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi maka dilakukan analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Hasil persamaan regresi di atas memperlihatkan bahwa koefisien variabel biaya rata-rata perjalanan (X) adalah minus 0.000214. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 1) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 0.000214.

Adapun hasil dari uji korelasi dan analisis varian antara permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (X), menunjukan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X) terhadap kunjungan per 1000 penduduk (Y) nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 11.690 > F tabel = 4.965), ini menunjukkan bahwa persamaan ini dapat digunakan untuk menduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas yaitu (R2= 0.565). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya rata-rata perjalanan (X) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 56.5%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menduga kurva permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan dengan mensimulasikan beberapa harga karcis. Simulasi dilakukan mulai dari harga karcis sebesar nol rupiah sampai harga tertentu sehingga diperoleh tingkat kunjungan mencapai nol, artinya tidak ada lagi pengunjung yang bersedia datang karena harga tiket yang diberlakukan dinilai terlalu mahal seperti terlihat dalam lampiran 3. Persamaan penduga kurva permintaan yang digunakan dalam perhitungan adalah :

= 63.2 0.000214( + )

Keterangan :


(26)

Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal i (Rp/hari orang kunjungan) KM = Harga tiket masuk (Rp/orang)

Selanjutnya untuk menghitung banyaknya pengunjung pada berbagai tingkat harga karcis dari setiap daerah asal, maka nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan pada lampiran 3 dikalikan jumlah penduduk masing-masing daerah asal kemudian dibagi 1000 lalu hasil dari perhitungan setiap harga karcis dijumlahkan, hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4.

Kemudian dapat ditentukan kurva permintaan manfaat rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

Gambar 5 Kurva Permintaan Rekreasi TWA Gunung Tangkuban Perahu.

Untuk menduga nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu didasarkan atas analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA gunung Tangkuban Parahu secara lengkap dapat dilihat di lampiran 5. Adapun ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu disajikan pada Tabel 7.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000

Harga Karcis

Jumlah Pengunjung


(27)

Tabel 7 Ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Tangkuban Parahu

Nilai Rata-rata Nilai Manfaat Ekonomi (Rp/tahun)

Kesediaan membayar 65389367111

Nilai Yang dibayarkan 35934878876

Surplus Konsumen 29454488235

Sumber : Data primer diolah, 2010

Tabel 7 diatas merupakan hasil dari simulasi harga karcis masuk ke TWA Gunung Tangkuban Parahu dimana berdasarkan hasil analisis harga karcis optimum dapat diketahui bahwa harga karcis optimum yaitu Rp 71.500. Pada tingkat harga karcis Rp 71.500 dapat diketahui kesediaan membayar pengunjung yaitu Rp 65.389.367.111 per tahun, serta nilai aktual yang dibayarkan yaitu Rp 35.934.878.876 per tahun, sehingga diperoleh surplus konsumen Rp 29.454.488.235. Sedangkan selisih pendapatan antara harga tiket masuk yang berlaku sekarang dengan harga tiket masuk optimum adalah Rp. 23.524.073.665. Harga Karcis optimum ini dapat dijadikan strategi pengelolaan untuk mengendalikan jumlah pengunjung agar tidak melebihi daya dukung TWA Gunung Tangkuban Parahu. Daya Dukung adalah kemampuan suatu wilayah dalam hal ini TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menerima jumlah pengunjung dimana pengunjung merasa puas atau dengan kata lain jumlah pengunjung maksimal dimana pengunjung merasa puas. Jika harga karcis optimum (Rp 71.500) ini diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Penerapan Harga karcis optimum (Rp 71.500) juga harus mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut.

Menurut penelitian Nugrahaeini (2009) nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah sebesar Rp 35.375.559.819 per tahun, jika dibandingkan dengan hasil perhitungan pada tahun 2010 terdapat peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu yaitu sebesar Rp 65.389.367.111 per tahun. Peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan adanya peningkatan keinginan membayar (willingness to pay) dari


(28)

pengunjung, hal ini menunjukkan adanya peningkatan apresiasi pengunjung terhadap TWA Gunung Tangkuban Parahu.

Nilai wisata alam suatu kawasan dapat pula menggambarkan manfaat kawasan tersebut bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan wisata di suatu kawasan akan menciptakan eksternalitas positif berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Begitu pula dengan adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan.


(29)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Proporsi pengunjung domestik terbesar berasal dari Bandung yaitu 40% dan Jakarta 31%. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%. Sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40%. Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%. Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49%.

2. Analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut:

= 63.2 0.000214 . Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 100000) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 21,4 dengan R2= 0.565 dan nyata pada selang kepercayaan 95%

3. Surplus konsumen berbanding terbalik dengan peningkatan harga tiket masuk, surplus konsumen akan maksimum ketika harga tiket masuk sama dengan nol yang berarti tidak ada penerimaan pendapatan bagi pihak pengelola. Agar pengelola mendapatkan penerimaan dan pengunjung tetap mendapatkan surplus konsumen maka ditetapkan harga tiket optimum, yaitu Rp 71.500 per orang atau naik sebesar Rp 58.500 dari harga sekarang yaitu Rp 13.000 per orang.

4. Nilai Manfaat Ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah Rp 65.389.367.111 per tahun yang menggambarkan nilai daya tarik wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan wisata tersebut. Serta surplus konsumen sebesar Rp 29.454.488.235/tahun. Hal tersebut


(30)

menunjukkan bahwa pengunjung membayar biaya perjalanan pada harga marjinalnya (di bawah harga rata-rata).

6.2. Saran

Harga karcis optimum (Rp 71.500) dapat diberlakukan dengan mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut. Ketika harga karcis optimum diberlakukan harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.


(31)

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(32)

[✠✡ ☛✡ ☞✌✍. ✎ ✏✑✒ ✓ ✔✕ ✖✕ ✗✡ ✘✕✖ W☞✙ ✚✛✚ ✠✜ ✚✌. ✢✣✤✙ ✚✛✕✚✡ ✢✣✡☞✜ ✚☞✘✚✡ ✠✥✜ ☞ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡✓ ✔☛✧ ☛✤

✠✜ ★☞✚✡ L. ✩ ✪ ✪✫ ✓E✖☛✡ ☛ ✌✣✛✤☞✖ ✚✬✭✣☛ ✤☞✘✚✡✠✮✜ ☞✖ ✚✙☞ J☞✜ ☞✘✗. L✢✫✯. J✚✖ ✚✤✛✚

[✔✔ ✦✯D✠ ✍ ✔ ✚✜ ✚☞ ✔✣✙✚✤ ✦ ☛✡✙✣✤✰ ✚✙ ☞✯✕✌✱ ✣✤ D✚y✚✠✜ ✚✌ J✚✲✚ ✔✚✤✚✛. ✩ ✪ ✪✏ ✓ ✠✡ ✚✜ ☞✙ ☞✙ ✦ ✣✮ ✕ ✚✙ ✚✡ ✢✣✡✧✕ ✡ ✳✕ ✡ ✧ W☞✙ ✚✛✚✠✜ ✚✌✭✚✌✚✡W☞✙ ✚✛✚✠✜ ✚✌ G✕✡ ✕✡✧✭✚✡✧✖✕✱✚✡ ✢✚✤✚✥ ✕. ✔✚✡✘ ✕✡✧

✴✜ ✚✲✙ ☛✡ ✵, ✦✡ ✣✛✙ ✶✥ JL. ✎ ✏✷ ✷✓ Economic of Outdoor Recreation. J☛✥✡ H☛✮ ✖ ☞✡ ✙ ✢✤✣✙ ✙. ✔✚✜ ✛☞✌☛ ✤✣.

D✚✤✕ ✙ ✌✚✡ D et a✜. ✎ ✏✑✩. ✯ ✛✕✘☞ ✢✣✡ ✣✡ ✛✕✚✡ N☞✜ ✚☞ E✖☛✡ ☛ ✌☞ ✦ ✚✲✚✙ ✚✡ ✦ ☛✡ ✙ ✣✤✰✚✙☞ D✚✡ ✢✤☛ ✙✮ ✣✖ ✮ ✣✡✧✣✌ ✱✚✡✧✚✡ ✡y✚. F✚✖✕ ✜ ✛✚✙ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡ ✗✡✙✛☞✛✕✛ ✢✣✤✛✚✡ ☞✚✡ ✔☛✧ ☛✤. ✭☞✘✚✖✘ ☞✛✣✤✱ ☞✛✖✚✡✓

D✚✤✕ ✙ ✌✚✡ D. ✎✏✑ ✒ ✓ E✖ ☛✡☛✌ ☞ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡. F✚✖✕ ✜ ✛✚✙ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡ ✗✡✙✛☞✛✕✛ ✢✣✤✛✚✡ ☞✚✡ ✔☛✧ ☛✤. ✭☞✘✚✖✘☞✛✣✤✱ ☞✛✖✚✡ ✓

D✚✤y✚✘ ☞ L et al. ✎ ✏✑ ✪ ✓ ✸✣✡✶✚✡ ✚ ✢✣✡✧✣✜ ☛✜ ✚✚✡ ✘ ✚✡ ✢✣✤✚✡✶✚✡ ✧ ✚✡ ✦ ✚✲✚✙ ✚✡ ✭✚✌ ✚✡ W☞✙ ✚✛✚ G✕ ✡✕ ✡ ✧ ✯ ✣✜ ☛ ✖ ✴☞✜ ✚✶✚✮✹ J✚✲✚ ✭ ✣✡ ✧ ✚✥. D☞✤✣✖ ✛☛✤ ✚✛ ✢✣✤✜ ☞✡ ✘✕ ✡✧✚✡ ✘✚✡ ✢✣✡✧✚✲✣✛✚✡✠✜ ✚✌. ✔ ☛ ✧☛ ✤

D✚✤y✚✘ ☞ Let al. ✩ ✪ ✪✩✓✦ ☛✡ ✙ ✣✤✰✚✙☞ L✚✡ ✙ ✖ ✚✮. ✗✡ ✘ ☛✡ ✣✙ ☞✚ Z☛☛✜ ☛ ✧☞✢✚✤ ✖ ✙✠ ✙ ✙ ☛ ✶☞✚✛☞☛✡ D✣✮✚✤✛✣✌ ✚✡ ✢✣✡ ✘ ☞✘☞✖✚✡ ✘✚✡ ✦ ✣✱✕ ✘✚y✚✚✡✹ ✎✏✑ ✫ ✓ ✦ ✚✌✕ ✙ ✔✚✥✚✙✚ ✗✡ ✘ ☛✡ ✣✙ ☞✚ ✗✗.

D✣✮✚✤✛✣✌ ✣✡ ✢✣✡ ✘ ☞✘ ☞✖ ✚✡ ✘✚✡ ✦ ✣✱✕✘✚y✚✚✡. J✚✖✚✤✛✚. ✭☞✘ ✚✖ ✘ ☞✮✣✤✘✚✧✚✡✧✖ ✚✡ ✙ ✣✶✚✤✚✕ ✌✕ ✌

D☞✤✣✖ ✛☛✤ ✚✛✢✢✠ ✓✎✏✒✏✓✢✣✘ ☛ ✌✚✡ ✢✣✌✱ ☞✡ ✚✚✡✭✚✌ ✚✡✺ ☞✙ ✚✛✚. D☞✤✣✖ ✛☛✤ ✚✛✢✢✠ ✓✔☛✧ ☛✤ D☛✕ ✧✜ ✚✙ ✙ J✸. ✎ ✏✒✪✓F☛✤ ✣✙ ✛✸✣✶✤✣✚✛☞☛✡. ✵ ✶ G✤✚✲✥☞✜✜✔☛☛ ✖✴ ☛ ✌✮✚✡y. N✣✲Y☛ ✤✖


(33)

✾❑✽ ❑❆❄ ❑●

H✻P❃◗❁▲ ❂❏❄ ❘❘, J❅ ▲✼ ❃ DE, ❘✼ ❂❃❄✼✽ ❙❚● ❉❊❯❋● L❂❆❈❱✻❆❈❅❆ ■❂❃❄✼ ▲ ❙❖❅ ▲❂ ❏❅❆ ◆✼ ▲❇❅❆❈✻❆ ❅❆ ❲ ◆✼ ❏❑ ▲❅❆ ◆✼❆❂❖❅ ❂❅❆ E❱❑❆❑ ▲❂❃ (❳✼❱❃ ❑ ❁❅ ❏ ❂▼✽ ❑❨❑✿ ■ ◆✼❆ ❄✼✽❨✼ ▲❅ ❁❩. G❅ ❏❨❅ ❁❘❅ ❏❅ U❆ ❂❬✼✽ ❃ ❂❄y ◆✽ ✼ ❃❃. Y❑❈y❅❱❅✽❄❅.

❭❇ ✽❅ ❁ ❂▲ Y. ❪❫❫ ❴● ■❄ ✻ ❏❂◆✼✽▲❂❆❄❅❅❆❘❅❆P❅❅❄❳✼❱✽✼ ❅ ❃❂ D❂◆✻ ❃❅❄❵❑❆❃✼✽❬❅ ❃ ❂✾ ✻▲❇✻❁❅❆ ❵✼❇✻❆ ❳❅y❅ ❍❑ ❈❑✽. ■❱✽❂▼ ❃ ❂. D✼▼❅✽❄✼ ▲✼❆ ❘❅❆ ❅❨✼ ▲✼❆ H✻❄❅❆● F❅❱✻❖❄❅ ❃ ❵✼ ❁ ✻❄❅❆ ❅❆● ❭❆ ❃❄ ❂❄ ✻❄◆✼✽ ❄❅❆ ❂❅❆❍❑❈❑✽.❍ ❑ ❈❑✽

J✻❅❆ ❏❅❍. ❪❫ ❫❋ ● ❘✼❄ ❑❏ ❑❖❑ ❈❂ ◆✼❆ ✼❖❂❄❂❅❆❛❱❑❆❑▲ ❂❏❅❆❍❂❃❆❂❃. ❭◆❍◆✽✼ ❃ ❃. ❍❑ ❈❑✽. L❂▼❃✼y ❳G, ■❄✼ ❂❆✼✽ ◆ ❜● ❏❅❆ ◆✻✽❬❂❃ DD. ❉ ❊❯❋ ● ❵✻❖❂❅ ❁ ◆✼❆❈❅❆❄❅✽ E❱❑❆❑▲ ❂ ❘❂❱✽ ❑●

J✻✽ ✻❃❅❆ ❭❖▲✻-❂❖▲ ✻■❑ ❃ ❂❅❖ E❱❑❆ ❑ ▲❂◆✼✽ ❄❅❆ ❂❅❆❭◆❍. ❍❑❈ ❑✽. ✾❂❏❅❱❏ ❂❄✼✽❇ ❂❄❱❅❆. N✻ ❈✽❅ ❁❅✼❆❂ ❙● ❪❫❫❊● N❂❖❅ ❂ E❱❑❆ ❑ ▲❂ ❵❅❝❅ ❃❅ ❆ ✾❅▲❅❆ W❂❃❅❄❅ ❙❖❅▲ G✻❆ ✻❆ ❈

✾❅❆❈❱✻❇ ❅❆◆❅✽❅ ❁✻. ✾✼ ❃ ❂❃. ◆✽ ❑❈✽❅ ▲■❄ ✻❏ ❂❘❅ ❈❂❃❄✼✽❭❖▲✻L❂❆❈❱✻❆❈❅❆ ●◆✽❑❈✽❅ ▲ ◆❅ ❃◗❅■❅✽❨❅❆ ❅. U❆❂❬✼✽❃❂❄❅ ❃◆❅ ❏❨❅ ❏❨❅✽❅❆ ●❍❅❆❏✻❆ ❈

■✼ ▲❇ ❂✽ ❂❆❈❳❵●❉❊❊❞● ❙❆ ❅❖❂❃ ❂❃❳✼ ❈✽ ✼ ❃❂. ❭❆❃❄ ❂❄ ✻❄✾✼❱❆❑❖❑ ❈❂❍ ❅❆ ❏ ✻❆❈. ❍❅❆❏✻❆ ❈

■✻ ❃❂❖❑❝❅❄ ❂❘❭. ❪❫❫❊● ❡❅❖✻❅ ❃ ❂ E❱❑❆ ❑ ▲❂ ❘❅❆P❅❅❄ ❳✼❱✽✼❅ ❃ ❂ ✾❅ ▲❅❆ H✻❄❅❆ ❳❅y❅ ❭❳. H. D❨✻❅❆ ❏❅ ❏✼❆❈❅❆ ❘✼❆❈❈ ✻❆ ❅❱❅❆ ◆✼❆ ❏✼❱❅❄❅❆ ✾✽ ❅❬✼❖ ❀❑ ❃❄ ❘✼❄ ❁❑ ❏. ■❱✽❂▼❃ ❂. D✼▼ ❅✽❄✼ ▲✼❆ E❱❑❆❑▲ ❂ ■✻▲❇✼✽ ❏❅y❅ L❂❆ ❈❱✻❆❈❅ ❆● F❅❱✻❖❄❅ ❃ E❱❑❆ ❑ ▲❂ ❏❅❆ ❘❅❆ ❅❨✼ ▲✼❆ ●❭❆❃❄ ❂❄ ✻❄◆✼✽❄ ❅❆ ❂❅❆❍ ❑ ❈❑✽. ❍ ❑ ❈❑✽.


(34)

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(35)

RAHMAT DARMAWAN. The Study of Economic Benefit Value Assessment of Case Conservation Area in Tangkuban Parahu Nature Recreation Park (NRP), Bandung Baratat dan Subang Districts, West Java Province. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO

The forest provides benefit in the form of tangible forest products such as wood and rattan, and also in-tangible forest products among others, water flow control and natural recreation. The forest conservation is a forest area with certain characteristics that has a main function of preserving the diversity of plants, animals and its ecosystems.

As explained above that forest resources are not the only production forests, among others, the conservation areas that its economic value is not widely known, where most of it is area has no market value. The nature recreation park of Tangkuban Parahu Mount is one of the conservation area which has an interesting tourist attraction. Therefore the study aims to assess the economic benefit value of the nature recreation park Tangkuban Parahu mountain.

The method that used to assess the economic benefits value of the nature recreation park of Tangkuban Parahu mountain is travel cost method. The data was collected by conducting interviews with 100 selected visitors.

The result of study obtained that at the optimum level of ticket prices (Rp. 71.500), the economic benefits value of Mt. Tangkuban Parahu is 65,389,367,111 Rupiahs per year, which reflects if the tourist attraction value is supported by the availability of facilities and infrastructure in the tourist area and the consumer surplus as much as 29.454.488.235/year rupiahs. This matter indicates that the visitors paid for travel on marginal rates (below average price).

If the optimum ticket price (Rp 71.500) was imposed, it must be complemented by increasing of management system and good service management, also improving infrastructure facilities adjust with the needs of visitors in order to increase the satisfaction of visitors by still taking into aspects of environmental sustainability.


(36)

RAHMAT DARMAWAN. Studi Penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Baratat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO

❢utan memberi manfaat baik berupa produk hasil hutan yang nyata (❣❤✐ ❥❦❧ ♠♥) seperti kayu dan rotan, maupun produk hasil hutan yang tidak nyata (❦✐ ❣ ❤✐❥❦❧♠♥) antara lain pengaturan tata air dan wisata alam. ❢utan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

♦eperti telah diuraikan diatas bahwa sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, antara lain kawasan konservasi yang nilai ekonominya masih belum banyak diketahui, dimana sebagian besar dari kawasan ini tidak memiliki nilai pasar. Taman ♣isata Alam qunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki daya tarik wisata yang menarik. Oleh karena itu penelitian bertujuan untuk menduga nilai manfaat ekonomi dari Taman ♣isata Alam gunung Tangkuban Parahu.

Metode yang digunakan untuk menduga nilai manfaat ekonomi Taman ♣isata Alam gunung Tangkuban Parahu adalah metode biaya perjalanan (❣r❤s♥♠ t✉✈❣ ✇♥❣ ① ✉②). Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan 100 pengunjung terpilih.

③ari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tingkat harga karcis optimum (Rp 71.500)④ilai Manfaat ⑤⑥ ⑦⑧ ⑦⑨i T♣A qunung Tangkuban Parahu adalah Rp 65.389.367.111 per tahun yang menggambarkan nilai daya tarik wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan wisata tersebut. ♦erta surplus konsumen sebesar Rp 29.454.488.235/tahun. ❢al tersebut menunjukkan bahwa pengunjung membayar biaya perjalanan pada harga marjinalnya (di bawah harga rata-rata).

⑩ika harga karcis optimum (Rp 71.500) diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.


(37)

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(38)

❶udul Penelitian :❷tudi penentuan ❸ilai Manfaat ❹ ❺❻ ❼❻ ❽i Kawasan Konservasi

Kasus di Taman ❾isata Alam Tangkuban Perahu Kabupaten

❿andung ❿arat, Provinsi ❶awa ❿arat ❸ama Mahasiswa : Rahmat ➀armawan

❸omor Pokok : ❹➁➂ ➃➄ ➅➄➂ ➆

➀epartemen : Manajemen ➇utan

Menyetujui, ➀osen Pembimbing

Prof. ➀r.Ir. ➇ariadi Kartodihardjo, M❷ ❸IP. 19580424 198303 1 005

Mengetahui,

Ketua ➀epartemen Manajemen ➇utan

➀r. Ir. ➀idik ❷uharjito, M❷. ❸IP. 19630401 199403 1 001


(39)

➉engan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ➊tudi Penentuan ➋ilai Manfaat ➌➍ ➎➏ ➎➐i Kawasan Konservasi Kasus di Taman ➑isata Alam ➒unung Tangkuban Parahu Kabupaten ➓andung ➓arat dan Kabupaten ➊ubang, ➔awa ➓arat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. ➊umber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ➉aftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

➓ogor, ➊eptember 2011

Rahmat ➉armawan ➋IM ➌→➣ ↔↕ ➙↕➣ ➛


(40)

Penulis dilahirkan di ➜andung, Provinsi ➝awa ➜arat pada tanggal 4 April 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan ➜apak Agus ➞umardi dan Ibu Oom Rukmini. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis dimulai dari ➞➟➠ 1 ➡euwidulang yang diselesaikan tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke ➞➡TP➠ 1 Majalaya Kabupaten ➜andung dan diselesaikan pada tahun 2002. Pada Tahun 2002 Penulis melanjutkan ke ➞MA ➠egeri 1 Rancaekek Kabupaten ➜andung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian ➜ogor melalui jalur ➢ndangan ➞eleksi Masuk IP➜ (➢➞MI) dan selama setahun menjalankan program Tingkat Persiapan ➜ersama (TP➜). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi sebagai mahasiswa di ➟epartemen Manajemen ➤utan, ➥akultas Kehutanan.

➞elama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi, Anggota Komisi ➟isiplin Orientasi Mahasiswa ➜aru ➥akultas Kehutanan tahun 2008, Anggota Komisi ➟isiplin ➟iklatsar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPA➡A) ➥akultas Kehutanan IP➜ 2008, Anggota ➜iro ➡ogistik Rimbawan Pecinta Alam (RIMPA➡A) ➥akultas Kehutanan IP➜ 2008.

Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan ➦ ➧➨ ➩➫stem ➤utan (PP➦ ➤) yang di laksanakan di ➭ilacap dan ➜aturraden, Provinsi ➝awa tengah. Kemudian tahun 2008, mengikuti Praktek Pengelolaan ➤utan (PP➤) di ➤utan Pendidikan ➯unung ➲alat (➤P➯➲), Kabupaten ➞ukabumi, Provinsi ➝awa ➜arat. Pada bulan ➝uli sampai ➞eptember 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja ➡apang (PK➡) di PT. Inhutani II ➢nit ➢saha Kalimantan ➞elatan, Pulau ➡aut Provinsi Kalimantan ➞elatan.

➞ebagai salah satu syarat memperoleh gelar ➞arjana Kehutanan pada ➥akultas Kehutanan Institut Pertanian ➜ogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ➞tudi Penentuan ➠ilai Manfaat➦ ➧➨ ➳➨ ➵i Kawasan Konservasi ➞tudi Kasus di Taman ➲isata Alam ➯unung Tangkuban Parahu Kabupaten ➜andung ➜arat dan Kabupaten ➞ubang Provinsi ➝awa ➜arat dibawah bimbingan ➜apak Prof. ➟r. Ir. ➤ariadi Kartodihardjo, M➞.


(41)

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak . Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda tercinta Agus ➸umardi dan Ibunda tercinta Oom Rukmini, Kakak satu-satunya Rony ➺oviansyah, ➸.Pd dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. ➻r. Ir. ➼ariadi Kartodihardjo, M➸ untuk bimbingan, arahan, saran, nasehat serta kesabaran dalam penyusunan skripsi.

3. ➻r. Ir. ➽ramasto ➺ugroho, M➸ sebagai ketua sidang serta ➻r. Ir. Agus Priyono Kartono sebagai dosen penguji dari ➻epartemen Konservasi ➸umberdaya ➼utan dan ➾kowisata.

4. ➽alai ➽esar Konservasi ➸umber ➻aya Alam ➚awa ➽arat yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian serta memperoleh data selama penelitian.

5. ➸eluruh staf dan pegawai PT. ➪raha Rani Putra Persada untuk keramahan selama melaksanakan penelitian.

6. ➸eluruh staf dan pegawai Tata ➶saha ➻epartemen Manajemen ➼utan untuk segala kebaikan dalam mengurus administrasi yang diperlukan.

7. ➸ahabat-sahabat terbaikku ➼andyan Atyanto Putro, ➻odi Permana, Aswin Rahadian yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

8. ➸ahabat di Rimpala ➽ramas Arista, Ivan, kang M.Tigana, kang ➸eptian, adik-adik R-➹II, R-➹III, R-I➘, serta R-➹➘ untuk persaudaraan, gelak tawa, canda dan semua yang telah kalian berikan.

9. ➸ahabat-sahabat M➺➼42 ➽uyung, Oktora, Kobul, ➽ejo, ➴oki, Aceng, Moji, dan seluruh rekan-rekan T➼➼, K➸➼➾ dan ➸ilvikultur yang selalu memberi dukungan kepada penulis.


(42)

➷yukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah➷➬T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-➮ya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyelesaikan penelitian serta menyusun karya ilmiah yang berjudul ➱Studi

Penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat . Karya Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di ✃akultas Kehutanan Institut Pertanian ❐ogor.

❒alam penulisan karya ilmiah ini membahas tentang ➮ilai ❮❰Ï ÐÏmi Kawasan Konservasi di Taman ➬isata Alam Ñunung Tangkuban Parahu Kabupaten ❐andung ❐arat dan Kabupaten ➷ubang Provinsi Òawa ❐arat. Óasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya berguna sebagai bahan masukan bagi pengelola Taman ➬isata Alam Tangkuban Perahu untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum. ❒iharapkan pula hasil pendugaan penerimaan pada berbagai tingkat harga karcis yang dikenakan pada pengunjung, dapat dijadikan dasar perencanaan bagi pengelolaan dan pembangunan Taman ➬isata Alam Tangkuban Perahu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga menyadari karya ini masih jauh dari sempurna.➷egala kritikan dan saran penulis terima dengan senang hati. ➷emoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

❐ogor, ➷eptember 2011

Rahmat ❒armawan ➮IM ❮ÔÕ Ö× Ø×Õ Ù


(43)

ÚÛÜ ÝÛÞ ßà ß

áâ ãâ äâ å æçèé çêë ìë í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí î æçèé çêé çïð ñíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí îîî æçèé çêò çó ï çêíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí îô æçèé çêñçó õ ë êçöíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ô ï çïëõð ö æçá÷ñ÷çö

øíøíùúûúüýþÿ ú ú✁ ✂íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ø øí✄í☎✆✝✆ ú✁✞þ ✁þÿîûîú✁í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✄ øí✟í✠ú✁✡ úúû✞þ ✁þÿîûîú✁íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✄ ï çïë ëéëö☛ç÷çöõ ÷ìé ç☞ç

✄íøí☎ú✌ú✁✍ î✎úûú✏ÿ ú✌ ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✟ ✄í✄í✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌ íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✟ ✄í✟í✠ú✁✡úúû✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✒ ✄í✒í✞þ ü✌ î✁ ûúú✁✑þ üþ ú✎ îíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✒ ✄í✓í✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌✔þ✕ ú ✂úî✖✗✌✗ ✘îûî✙ ✗ ✁✗✌îííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✚ ✄í✚í✠þ û✗ ✘þýîú✛ú✞þ ü✝ úÿ ú✁ ú✁íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✚ ✄í✜í✑þ ✂ üþ✎ îùî✁þ úü✔þ ✘þ ü✢ ú✁úíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✜ ✄í✣í✔✆ ü✤ÿ✆✎✖✗✁✎✆✌þ ✁íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✜ ï çïë ëëó ðé✥æ✥ñ✥òëõð öð ñ ë é ë çö

✟íøíù✗ ú✎ î✘ú✁✍ú û✆✞þ ✁þÿîûîú✁ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✦ ✟í✄í✠þ û✗ ✘þ✞þ ✁þÿîûîú✁íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✦ ✟í✟í✞þ ✁✂✗ ÿ ú✢ ú✁✧úûú✘ú ✁✏✁ úÿî✎ î✎í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø★ ï çïë✩☞ ✥ö æëìë÷ó÷ó

✒íøí✔þ✝ úüú✢✘ú✁✔ ûúû✆✎ ✖ ú✪ ú✎ú✁☎✍✏✫✆✁✆✁ ✂☎ ú✁✂ ✆✕ú✁✞úüú✢✆í íííí íííø✒ ✒í✄íùþ ûú ✬ ù✆ú✎✘ú✁✏ ✎þ✎ î✕îÿîûú✎ íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✓ ✒í✟í✭ ÿî✌✧ú✁✮î✘ü✗ÿ✗✂îíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✚ ✒í✒í✧ú✛ú☎ úüî ✍ î✎úûúííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✚ ï çï✩õð ó ï çá çìçö

✓íøí✖úüú ûþüî✎ûî ✞þ ✁ ✂✆✁✝✆✁✂✧î☎✍✏✫✆✁✆✁✂☎ú✁ ✂ ✆✕ú✁✞úüú✢✆íííí íííø✣ ✓íøíøí✧úþ üú✢✏✎úÿ✞þ ✁ ✂✆✁✝✆✁✂ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✣


(44)

✯✰✱ ✰✲✰✳ ✴✵ ✶✷✸✴ ✹✺✻ ✶✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✱ ✼ ✯✰✱ ✰✽✰ ✾✻✿❀✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✱ ✼ ✯✰✱ ✰❁✰❂✴❃✴❀❄✺✺✵✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❅ ✯✰✱ ✰ ✯✰ ❂✴✵ ❆ ✺❇ ✺❈✺✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❅ ✯✰✲✰❂✴✵ ❉✴ ✻❊ ✺✵ ❉ ✺✵❋ ✺✵✺❄✴ ✻✴✵❂✴✵ ❉✴ ✹● ✹✺✺✵❍■ ❏❑✿✵✿✵❉❍ ✺✵ ❉❃✿❊ ✺✵

❂ ✺❀✺▲ ✿✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲✱ ✯✰✽✰ ▼✿✵❉ ✷ ✶❂✴❀✻✶✵❈✺✺✵◆✴❃❀✴ ✺✷ ✶❆ ✺✵✸✿❀ ❖✺❂✴❀✻ ✶✵ ❈✺✺✵ ◆✴❃❀✴ ✺✷✶

P✴❀❆ ✺✷✺❀❃ ✺✵▼✿✵ ❉ ✷ ✶❂✴❀✻✶✵❈✺✺✵◆✴❃❀✴ ✺✷ ✶ ✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲✲

◗❘ ◗❙❚❯ ❱❲❚ ❳ ❨❩❬❘❭❪❘❭❲❘ ❫❘❭

❴✰✱✰ ✸✴ ✷✶✻❇✿✹✺✵ ✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❵ ❴✰✲✰❛ ✺❀✺✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❵ ❪❘❜❝❘ ❫❨❩❲❝❘❯ ❘✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✽❅ ❬❘❳ ❨❚ ❫❘❭✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✽✲


(45)

❞❡❢ ❣❡❤ ❣❡✐ ❥❦

❧♠ ♥♠ ♦♠ ♣ qrst✉✈✇ ①rt②r ③r ④r✉⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦ qr⑩r⑥ ❶❷④r❸r❹✉r⑩❺⑧ ⑥ ⑧⑥ ⑦qr⑥ ⑦ ❻⑧sr⑥

❼r②r ③⑧✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✈❽ qrst✉❾✇ ❿tsr② r⑥❻t✉➀⑩⑤➀❻⑧⑩ ⑧②⑧t⑥ ⑦⑧ ⑥⑨⑧ ⑥⑦ qr⑩r⑥❶❷④r❸r❹✉r⑩❺⑧⑥ ⑧⑥ ⑦

qr⑥ ⑦❻ ⑧s r⑥❼r② r ③⑧ ✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✈➁ qrst✉➂✇ ➃r②r❻❸t②❷④❸❷❻ ⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦st② ➄r ④r②❻r⑥⑤t❻t②⑨rr⑥✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾➅ qrst✉➆✇ ➃r②r❻❸t②❷④❸❷❻ ⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦st② ➄r ④r②❻r⑥❸❷⑥ ⑦❻r❸⑤t⑥➄ r⑤r❸r⑥✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾✈ qrst✉➇✇ ➈⑧⑩✉r ③❻ ⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦r⑥ ⑤t ②✈➅➅ ➅④t❸❷r⑤➄ rt②r ③r ④r✉✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾❾ qrst✉➉✇ ➊r❸r➋②r❸r❸➀❸r✉s❷r ➌r⑤t②⑨r✉r⑥r⑥ ④t❸❷r⑤➄ rt②r ③r ④r✉✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾➂ qrst✉➍✇ ➊❷⑥⑦❻r ④r⑥ ③r ④❷✉⑤t② ③❷ ❸⑧ ⑥⑦r⑥⑥ ❷✉r❷t❻➀⑥➀⑩ ❷q❶❹❺⑧ ⑥⑧ ⑥⑦❸r⑥⑦ ❻⑧sr⑥


(1)

❳❨❩❬ ❭❪ ❨❫❴

.

❵❛ ❜ ❨❨❫❝❛ ❩❞❨❡❬ ❢❫ ❜ ❛❫❝❛❫❜❬❨❣ ❨❤❢ ❪❤ ❨❜ ❨❭✐❭❫❜❥❨✐❡❨❪ ❜❨

❦❧♠♥ ❧♦❧♠♣q r s ss sss st t ts tss tsss sX X XI Total

0 279795 20989 26632 15333 173639 62382 29340 38450 75441 76318 279942 1078261

6500 272136 15141 19290 13343 160917 59443 28600 37323 73387 72726 264164 1016469

13000 264477 9292 11947 11353 148194 56505 27860 36196 71333 69133 248386 954677

19500 256818 3444 4605 9363 135472 53567 27120 35070 69279 65540 232608 892885

26000 249159 0 0 7372 122749 50628 26380 33943 67226 61948 216830 836235

32500 241500 5382 110027 47690 25640 32816 65172 58355 201053 787634

39000 233840 3392 97305 44751 24899 31690 63118 54762 185275 739033

45500 226181 1401 84582 41813 24159 30563 61065 51170 169497 690431

52000 218522 0 71860 38875 23419 29436 59011 47577 153719 642419

58500 210863 59138 35936 22679 28310 56957 43984 137941 595808

65000 203204 46415 32998 21939 27183 54904 40391 122163 549197

71500 195545 33693 30059 21198 26056 52850 36799 106385 502586

78000 187886 20971 27121 20458 24930 50796 33206 90607 455975

84500 180227 8248 24183 19718 23803 48742 29613 74829 409364

91000 172568 0 21244 18978 22677 46689 26021 59051 367227

97500 164909 18306 18238 21550 44635 22428 43273 333338

104000 157250 15367 17498 20423 42581 18835 27495 299449

110500 149590 12429 16757 19297 40528 15243 11717 265561

117000 141931 9491 16017 18170 38474 11650 0 235733

123500 134272 6552 15277 17043 36420 8057 217622

130000 126613 3614 14537 15917 34367 4464 199511

136500 118954 675 13797 14790 32313 872 181401

143000 111295 0 13057 13663 30259 0 168274


(2)

149500 103636 12316 12537 28206 156694

156000 95977 11576 11410 26152 145115

162500 88318 10836 10283 24098 133535

169000 80659 10096 9157 22044 121956

175500 73000 9356 8030 19991 110376

182000 65340 8616 6903 17937 98796

188500 57681 7875 5777 15883 87217

195000 50022 7135 4650 13830 75637

201500 42363 6395 3523 11776 64057

208000 34704 5655 2397 9722 52478

214500 27045 4915 1270 7669 40898

221000 19386 4175 143 5615 29319

227500 11727 3434 3561 18722

234000 4068 2694 1507 8269

240500 0 1954 0 1954

247000 1214 1214

253500 474 474

260000 0 0

✉ ✈✇①②③ : ④⑤ ⑥⑤⑦③ ⑧✇②③⑨⑧ ⑩❶⑤❷ ❸❹ ❺❻ ❺ ❼❽❾❽❿➀➁ ➂ ➀➁➃


(3)

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➥ ➝➦ ➝➟➧➝ ➔➨

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➩➝➟➝➫➝↔↕ ➔➨ ➨

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➩➭ ➧➝➯ ➤➲ ➝➳ ➤ ➔➨ ➨➨

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤→➙ ➟➫➝➦➝➟➧➝ ➨➵

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➸➙➞➝↔↕ ➵

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➸➙➦➝➞➙➲➤ ➵➨

:

→➣↔↕➙ ↔➛➙ ↔↕ ➜➝↔↕➞ ➣➟ ➝➠ ➝➡➢ ➝➟➤➸➙ ➲ ➣➢ ➝↔↕

4


(4)

➺➻➼➽ ➾➚ ➻➪➶➹➘➪➻➴ ➾➷ ➾➷➪ ➾➴ ➻➾➼ ➻➪ ➬ ➻➻➮➱✃ ❐➪ ❐ ➼➾❒❮➘❰Ï➪ Ï➪ Ð❒➻➪ Ð✃Ï Ñ ➻➪Ò➻➚ ➻ÓÏ

ÔÕÖÕ× Ø ÙÙÚÛÕ ÜÝ ÙÞ Ùß

àÙ ßá Ù

Ô Ù ßâØÖ

ßÙãÙ-rata Harga Karcis Jumlah Kunjungan Selisih Kunjungan Hasil Penjualan

Karcis(Rp/tahun) Total Selisih

rata-rata

Surplus Konsumen

1 2 3 4 5ä1åæ 6 7ä2åç 8ä6/3 9ä6-5

0 3250 1078261 61792 0 84673364976 200823831 78528 84673364976

6500 9750 1016469 61792 6607050267 84472541146 602471492 83104 77865490879

13000 16250 954677 61792 12410805211 83870069654 1004119153 87852 71459264443

19500 22750 892885 56650 17411264832 82865950501 1288790886 92807 65454685668

26000 29250 836235 48601 21742115907 81577159615 1421588210 97553 59835043708

32500 35750 787634 48601 25598102428 80155571405 1737496701 101768 54557468977

39000 42250 739033 48601 28822271968 78418074704 2053405192 106109 49595802737

45500 48750 690431 48013 31414624525 76364669513 2340610359 110604 44950044987

52000 55250 642419 46611 33405776980 74024059154 2575259030 115227 40618282174

58500 61750 595808 46611 34854754246 71448800124 2878230681 119919 36594045877

65000 68250 549197 46611 35697788212 68570569443 3181202332 124856 32872781231

71500 74750 502586 46611 35934878876 65389367111 3484173982 130106 29454488235

78000 81250 455975 46611 35566026239 61905193129 3787145633 135765 26339166890

84500 87750 409364 42137 34591230301 58118047496 3697510059 141972 23526817195


(5)

130000 133250 199511 18111 25936494324 36311419651 2413252493 182002 10374925327

136500 139750 181401 13127 24761206731 33898167158 1834462309 186869 9136960428

143000 146250 168274 11580 24063187589 32063704849 1693518836 190545 8000517259

149500 152750 156694 11580 23425816256 30370186013 1768786339 193818 6944369757

156000 159250 145115 11580 22637909915 28601399674 1844053843 197095 5963489759

162500 165750 133535 11580 21699468566 26757345830 1919321347 200377 5057877264

169000 172250 121956 11580 20610492210 24838024483 1994588851 203665 4227532274

175500 178750 110376 11580 19370980846 22843435633 2069856355 206960 3472454787

182000 185250 98796 11580 17980934475 20773579278 2145123858 210267 2792644803

188500 191750 87217 11580 16440353095 18628455420 2220391362 213588 2188102324

195000 198250 75637 11580 14749236709 16408064057 2295658866 216931 1658827349

201500 204750 64057 11580 12907585314 14112405191 2370926370 220308 1204819877

208000 211250 52478 11580 10915398912 11741478821 2446193874 223741 826079909

214500 217750 40898 11580 8772677503 9295284948 2521461377 227278 522607445

221000 224250 29319 10596 6479421086 6773823570 2376225231 231041 294402485

227500 230750 18722 10453 4259329016 4397598339 2412020250 234885 138269323

234000 237250 8269 6315 1935031765 1985578089 1498305991 240112 50546324

240500 243750 1954 740 469951916 487272097.9 180416577 249364 17320182

247000 250250 1214 740 299831188 306855520.5 185227686 252787 7024333

253500 256750 474 474 120088242 121627834.4 121627834 256750 1539593

260000 263250 0 0 0 0 0 0 0


(6)