16
diharapkan pelayanan sertifikat benih pada BBP2TP kualitasnya akan semakin meningkat.
Dari berbagai masalah pelayanan sertifikat benih yang ada, penulis ingin melihat implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian
pelayanan sertifikat di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
I.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.” I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di di Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Medan. 2.
Untuk mngetahui masalah-masalah yang timbul dalam implementasi prinsip-prinsip good governance.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian
perbandingan bagi yang menggunakannya. 3.
Secara Praktis, bagi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Medan, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.
I.5 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger sugiono, 2004:41 teori adalah seperangkat konstruk konsep, definisi,dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berpikir yang dijadikan pedoman untuk
menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian adalah :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
I.5.1 Implementasi I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan
Menurut Pressman dan Wildavsky Tangklisan 2003: 17, implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana
tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemapuan untuk menghubungkan dalam hubungan kasual antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.
Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut tangklisan 2008:18 adalah :
1.
Penafsiran : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke
dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. 2.
Organisasi : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke
dalam tujuan kebijakan. 3.
Penerapan : yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, upah dan lain-lain. Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implemntasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
Grindle dalam Wahab, 1990:59. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan
kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan ole wahab 1990:51,
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu di implementasikan.
Van Master dan Van Horn Wahab, 1990:51, merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintahswasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelli Wibawa,1994:19, implementasi adalah sebagai berikut :
“Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses
interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”. Selanjutnya Jones Hesel Nogi,2002:23 menyebutkan apakah
implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
1. Organisasi
Maksudnya di sini adalah bahwa organisasiinstansi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan yang selanjutnya organisasi
tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta di dukung dengan
perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem
yang ada tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pegawai dalam hal ini adalah petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian sertifikat benih. Agar
tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.
2. Interprestasi
Maksudnya disini adalah agar implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dapat dilihat apakah
pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebut dapat dilihat dari :
a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku. b.
Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijakan yang bersifat
administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah
dirumuskan bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat
strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif,rasional dan realistis.
3. Penerapan
Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana
untuk dapat menilai ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :
a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara inti kegiatan yang terdapat didalamnya.
b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik,
sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif. c.
Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan kapan diakhirinya agar mudah dalam
melakukan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam membuat kebijakan pemerintah harus memikirkan terlebih dahulu apakah kebijakan yang akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
dilaksanakan berjalan baik atau buruk. Dimana pelaksana kebijakan harus melakukan kegiatan dalam implementasi, dan membuat standar penilaian yang
pada akhirnya implementasi akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan
Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya alam, manusia maupun biaya dan
diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk
tranformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola- pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana
diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah
kebijakan diputuskan. http:hyukurniawan.wordpress.com20100206konsep- implementasi-kebijakan-publik
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik perlu diketahui variabel atau faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn dalam
winarno 2007:155 mengemukakan delapan variabel penting yang tercakup dalam suatu proses implementasi, yaitu :
1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan
Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Identifikasi indikator-indikator kinerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator- indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.
2. Sumber-Sumber Kebijakan
Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup
dana atau perangsang incentive lain yang mendorong dan mempelancar implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan
menjadi faktor yang menetukan keberhasilan implementasi kebijakan. 3.
Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan
komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber
informasi. 4.
Karakteristik Badan-Badan Pelaksana Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak
bisa lepas dari stuktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik, norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai
hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan.
5. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan ataupun menolak
implementasi kebijakan. 6.
Kecenderungan Pelaksanaan Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara
luas oleh pelaksana kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.
7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model
Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karakteristik
dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.
8. Masalah Kapasitas
Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan. Hal ini menyangkut staf yang terlatih dan banyaknya
pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.
Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan. http:mulyono.staff.uns.ac.id.20090528model-implementasi-kebijakan-george-
edward-iii keempat variabel tersebut adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
1. Komunikasi
Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas
pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perlengkapan kantor, serta sumber dana yang mencukupi untuk pelaksaan program.
3. Disposisi atau Sikap
Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi
penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat
untuk terus melakukan perbaikan. 4.
Struktur organisasi Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran
wilayah tanggung jawab setiap aparatur pelaksana kebijakan. Dari uraian diatas penulis ingin menambahkan variabel yang
menetukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu, isi kebijakan. Isi kebijakan mencakup kepentingan kelompok sasaran, jenis manfaat yang
diterima, perubahan yang dinginkan, ketepatan program, yang didukung dengan sumber daya yang
memadai. Jadi, variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : Komunikasi, Sumber daya, Disposisi atau sikap, Sruktur organisasi dan Isi
kebijakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
I.5.2 Good Governance
Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian : pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginankehendak rakyat dalam
pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bedasarkan
pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu :
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Suhady 2005:49
Dari segi
fungsional, aspek
governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai
tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintah tidak berfungsi secara efektif dan terjadi efesiensi. Governance menurut defenisi dari
World Bank adalah “the way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara UNDP
mendefinisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Bedasarkan
defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu : 1.
Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi terhadap equity, poverty, dan quality of live.
2. Poloitical governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Sedarmayanti 2003:4-5 Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state
negara atau pemerintah, private sector sektor swasta, dan society masyarakat yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State
berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif
dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam Sistem Administrasi Indonesia, penerapan Good Governance seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen
kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan”. Januari 1997, yang dikutip Buletin iformasi Proggram Kemitraan
untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia Partnership for governance Reform in Indonesia, 2000, disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan
wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme,
proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka
.
UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik Governance, yaitu : legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan
berasosiasi dan partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan financial, manajemen sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, system
yudisial yang adail dan dapat dipercaya. Tetapi UNDP kurang menekankan pada asumsi superioritas majemuk, multi-partai, system orientasi pemilihan umum, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
pemahaman bahwa perbedaan bentuk kewenangan politik dapat dikombinasikan dengan prinsip efisiensi dan akuntabilitas dengan cara-cara yang berbeda. Hal-hal
tersebut juga berkaitan terhadap argumentasi mengenai nila-nilai kebudayaan yang relatif; system penyelenggaraan pemerintahan yang mungkin bervariasi
mengenai respon terhadap perbedaan kumpulan nilai-nilai ekonomi, politik, dan hubungan sosial, ata dalam hal-hal seperti : partisipasi, individualitas, serta
perintah dan kewenangan. UNDP menganggap bahwa Good Governance dapat diukur dan dibangun dari indikator-indikator yang komplek dan masing-masing
menunjukkan tujuannya
.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian kepemerintahan yang baik yaitu keperintahan yang mengembangkan dan
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supermasi hukum, dan dapat
diterima oleh sluruh masyarakat.
I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang
berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan
yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tingkilisan 2005:116 adalah bahwa Negara merupakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha corporate dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian
yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam
Governance korporat adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. Nugroho,2004:216
Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari
korporasi. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi
kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewn komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara
financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena menyangkut keadilan dalam konteksmoral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam
menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal. Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan.
Dalam konteks ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat, termasuk dalam hal etika professional dan etika manajerial. Sementara
itu komite governansi korporat di Negara-negara maju menjabarkan prinsip governansi korporat menjadi lima kategori, yaitu: 1 hak pemeganng saham, 2
perlakuan yang fair bagi semua pemegang saham, 3 peranan konstituen dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
governansi korporat, 4 pengungkapan dan transparansi dan 5 tanggungjawab komisaris dan direksi.
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkkan bagi suatu organisasi public bahkan dalam skala Negara prinsip-
prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tingkilisan 2005:115 menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara
Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
1. Partisipasi Participation
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif
2. Penerapan Hukum Fairness.
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama ukum untuk hak azasi manusia.
3. Transparansi Transparency
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang mambutuhkan. Informasi harus dapat
dipahami dan dapat dimonitor.
4. Responsivitas Responsiveness
Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk melayani setipa stakeholders.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
5. Orientasi Consensus Oreintation
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Keadilan Equity
Semua warga Negara, baik laki-laki mapuin permpuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan
terlibat di dalam pemerintahan.
7. Efektivitas Effectivness
Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik
mungkin.
8. Akuntabilitas Acoountability
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil civil society bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.
9. Strategi visi Strategic vision
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang
diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dippenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kedepan dari Good Governance
adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi
professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dandalam melaksanakannya
berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi. Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional mengarajh kepada kinerja SDM yang ada dalam organisasi publik sehingga dalam peyelenggaraan good governance didasarkan
pada kinerja organisasi publik, yakni responsivitas Responsiveness, responsibilitas Responsibility, dan akuntabilitas Accountability.
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Tingkilisan, 2005:117
Berdasarkan pernyataan tingkilisan diatas maka disebutkan bahwa responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik , maka
kinerja organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator Good Governance karena responsivitas scara langsung
menggambarkan kemampuan suatu organisai public dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutaa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi
dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki tingkat responsivitas yang rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja
yang rendah. Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi
public itu dilakukan sesuai dengan yang implicit atau eksplisit. Semakin kegiatan organisasi public itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinspi administrasi dan
peraturan serta kebijaknsanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin baik.
Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan organisasi public tunduk pada pejabat polotik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinnya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat.
Dalam konteks ini kinerja organisai public dinilai baik apabila sepenuhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk
memenuhi harapan dan keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak tindak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik.
Konsep akuntabilitas public dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi public atau pemerintah seperti pencapaian
target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai- nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi public
memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat.
I.5.3 Pengertian Pelayanan
Manusia adalah makhluk social, tidak dapat hidup sendiri, melainkan hidup dalam kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat mempercayakan
kepentingannya kepada sekelompok orang yang disebut pemerintah. Kepentingan manusia lahir dari kebutuhan masing-masing individu manusia. Kebutuhan
bersama ini disebut kebutuhan masyarakat, kebutuhan umum, yang menjadi kepentingan umum. Menurut Moenir1995, kepentingan umum adalah suatu
bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak bertentangan dengan norma dan aturan, yang kepentingan tersebut bersumber
pada kebutuhan hajat orang banyakmasyarakat.
Masyarakat menyerahkan kepercayaan untuk mengurusi kepentingan bersamanya kepada pemerintah. Pemerintah menjalankan tugasnya melayani
kepentingan untuk yang dipercayakan kepadanya. Secara etimologi pelayanan berasal dari bahasa inggris “to serve” yang
berarti melayani. Sedangkan menurut kamus Oxford Advance, service dijelaskan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
sebagai department branch of public work yang berarti pelayanan adalah salah satu bagian dari tugas-tugas pemerintahan di mana dalam hal ini dilaksanakan
oleh aparat pemerintahan. Menurut Albrecht Sedarmayanti, 2000 : 19, pelayanan adalah,
“a total organizational approach that makes quality of service as perceived by the customer, the number one driving force for the
operation of business” suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang
diterima pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis.
Secara sederhana, menurut Moenir 1995 : 17 pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung. Proses di sini mengarah pada kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi. Pelayanan pada masyarakat adalah kegiatan dari orang yang dilakukan
untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat. Westra 1980:273 Menurut Syahrir 1991:156 ada lima unsur yang menentukan kualitas sebuah
pelayanan yaitu : 1.
Pelayanan yang sama dan merata equilible service 2.
Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya timely service 3.
Pelayanan yang diberikan untuk memenuhi jumlah barang dan jasa ample service
4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan
continiuous service 5.
Pelayanan yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dan penampilannya progressive services
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
I.5.3.1 Pelayanan Publik I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Syarir sedarmayanti 200, pelayanan publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan
masyarakat dan mempunyai fungsi dan tanpa berorientasu aspek keuntungan. Dapat dikatakan pelayanan umum adalah usaha yang dilakukan
kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudian kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Sementara Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka
pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Arti lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi
lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba atau profit. Pelayanan pada masyarakat umum yang selanjutnya
disebut pelayanan umum, lahir untuk kepentingan masyarakat umum. Seperti telah disebutkan di awal, kepentingan umum dapat dianggap
sebagai apa yang dipilih banyak orang apabila mereka melihat dengan jelas, memikirkannya secara rasional dan bertindak dengan tidak hanya memperhatikan
kepentingan sendiri tetapi orang lain juga. Pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah Indonesia mengikuti
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Suatu pelayanan umum diselenggarakan oleh pemerintah harus mengikuti sendi-sendi pelayanan umum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
yang ditetapkan oleh Menpan, yaitu :
KepMenpan no. 81 tahun 1993 tetang Pedoman Tata Laksana Palayanan Umum
1. Kesederhanaan, dalam arti prosedurtata cara pelayanan umum
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dialksanakan.
2. kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai : a.
Prosedurtata cara umum, baik teknis maupun administratif b.
Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum
c. Rincian biayatariff pelayanan umum dan tata cara pembayarannya
d. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum
e. Hak dan kewajiban baik pemberi maupun penerima pelayanan umum
berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau kelengkapan sebagai alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum.
3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.
4. keterbukaan, dalam arti prosedurtata cara, persyaratan, satuan
kerjapejabat, biaya tarif, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah
diketahui dan dipahami oleh masyarakat baik diminta maupun tidak diminta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
I.5.3.1.2 Jenis Pelayanan Publik
Menurut Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada ciri-
ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah sebagai berikut :
1.
Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan
menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan tertulis, pembayaran pajak dan lain-lainnya.
Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, surat keterangan tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan
KTPakta kelahiran kematian. 2.
Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen
langsung sebagai unit atau sebagai individual dalam satu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda
berwujud fisik atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon. 3.
Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu
tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan
pelayanan pemadaman kebakaran. Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada
masyarakat manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya berbentuk dokumen-dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di
Indonesia sebagian besar dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung. Operasionalisasi pelayanan publik pada umumnya dilaksanakan oleh
jajaran birokrasi paling depan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan cukup banyak dan tersebar di
berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi aspek penting agar pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya tidak terlalu berbeda.
I.5.4 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Dalam Memberikan Pelayanan Sertifikat Benih
BBP2TP medan merupakan penggabungan dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara BPTP dan Balai Pengawasan dan pengujian Mutu
Benih BP2MB Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pertanian tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9PermentanOT.14022008.
BBP2TP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh
Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia, BBP2TP mempunyai tugas yaitu, melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,
dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan
laboratorium. Fungsi dari BBP2TP medan adalah sebagai berikut :
pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;
pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;
pelaksanaan pengujian adaptasi observasi benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas;
pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas;
pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;
pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi;
pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan referee test;
pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan OPT perkebunan;
pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
pengembangan teknik surveillance OPT penting;
pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;
pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan;
pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;
pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;
pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;
pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. Peraturan Menteri Pertanian No.9 Tahun 2008
Pelayanan yang diberikan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan adalah dalam bentuk memberikan sertifikat benih, yang
artinya adalah memberikan keterangan tentang pemenuhantelah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih
ynag disertifikasi atas permintaan produsen benih. Untuk mendapatkan sertifikat benih para penangkar produsen benih harus mengikuti rangkaian kegiatan
penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi BBP2TP melalui pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006
Selama ini masih banyak penolakan produk ekspor perkebunan Indonesia di pasar Internasional sebagai akibat kurang memenuhi persyaratan Sanitary and
Phytosanitary SPS. Juga penerapan berbagai standar mutu oleh beberapa negara konsumen. Tujuan diadakannya pelayanan benih untuk mengetahui kesehatan
benih,kualitas benih yang akan diedarkan penangkar apakah dalam kualitas yang baikdan dapat bersaing dengan benih dari negara lain. Dan juga meminimalisir
masuknya benih import khususnya benih kelapa sawit yang masuk ke Indonesia tanpa izin dari pemerintah. Banyaknya para penangkar yang menggunakan benih
asalan yang tidak jelas asal usulnya karena mereka belum berorientasi pada mutu benih tetapi lebih berorientasi kepada komersil. Demikian pula banyaknya benih
yang tidak bersertifikat palsu beredara yang penyebarannya telah sampai ke petani dan bahkan banyak petani yang secara terang-terangan
membudidayakannya dan memperjualkan benih yang tidak bersertifikat palsu.
I.5.4.1 Prosedur Administrasi
Menurut Moekijat 1982:119, prosedur adalah serangkaian langkah pekerjaan tulis menulis yang berhubungan biasanya dilakukan oleh lebih dari satu
orang yang membentuk suatu cara tertentu atu keseluruhan tahap yang penting dari pada kegiatan kantor. Sementara itu prosedur menurut Moenir hal:105,
adalah rincian diinamikanya mekanisme system. Prosedur kerja harus ada dalam suatu tugas guna menghindari dari
pemborosan untuk itu dibutuhkan perhatian terlebih dahulu dalam proses
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
penyiapan prosedur kerjanya seperti yang dikemukakan Soejadi 1989:13 sebagai berikut :
a. Menghindari terjadinya pemborosan didalam pendayagunaan factor tenaga
kerja, biaya, material, waktu dan sebagainya. b.
Menghindari kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan.
c. Menjamin adanya pembagian kerja, pembagian waktu, dan koordinasi
yang setepat-tepatnya. Administrasi menurut Siagian 1986:3, adalah keseluruhan proses kerja
sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu dapat dibedakkan dalam dua bagian yaitu administrasi dalam arti sempit adalah
keseluruhan kegiatan atau pekerjaan surat menyurat, seperti tulis menulis, mengagendakan, juga menguurus dan mengatur, kearsipan, perlengkapan,
kepegawaian, keuangan, dan pembukuan sederhana serta pertanggung jawaban. Sedangkan dalam arti luas didefenisikan sebagai segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem dan prosedur administrasi merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari suatu organisasi, apalagi organisasi publik yang menjalankan fungsi sebagai organisasi yang berorientasi kepada pelayanan.
Sistem dan prosedur administrasi menjadi pedoman atau acuan organisasi publik dalam menjalankan setiap kegiatan yang melibatkan proses dalam pelayanan
publik. http:www.scribd.comdoc12854088ADMINISTRASI pada 26 Februari
2012, 21:23WIB
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Menurut Siagian 1986:3, ada dua hal yang terkandung dalam
administrasi, pertama administrasi sebagai seni maksudnya adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaannya sedangkan akhirnya tidak ada, kedua
administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya tujuan yang hendaka dicapai, addanya tugas yang harus
dilaksanakan, dan adanya perlatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tugas tersebut.
I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya
lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya. Defenisi lain dari proses adalah rangkaian perbuatan manusia yang
mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu.
Dari pengertian proses di atas dapat dikatakan proses pembuatan Sertifiksi Benih adalah bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir
pembuatan Sertifikasi Benih. Adapun proses pembuatan Sertifikasi Benih dapat dilihat pada gambar di bawah ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Benih
KEPALA BBP2TP MEDAN
KEPALA BIDANG PERBENIHAN
PEMERIKSAAN OLEH BPT A.
Pemerikasaan lapangan meliputi : Kebenaran dokumen benihbibit yang akan diperiksa
Kondisi pertumbuhan tanaman Kelengkapan alat perkebunan dan pengangkutan
B. Pengujian laboratorium standar ISTA
6 5
2
4
3 7
PELABELAN 1.
Label dibuat oleh produsen benih dengan menggunakan nomor seri
dari BBP2TP Medan 2.
Label dipasasng oleh Pengawas Benih Tanaman BBP2TP Medan
1
CUSTOMER 1.
Surat Kepemilikan Lahan 2.
Surat Kepemilikan Benih Sumber pohon induk
3. Memiliki dokumen hasil
pengujian laboratorium khusus komoditi kakao, karet, dan kopi
4. Memiliki TRUP
PENYERAHAN PENANDA
TANGAN
KEPALA BBP2TP MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
I.6 Defenisi Konsep
Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik yang digunakan
dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomiuntuk pengembangan masyarakat.
2. Prinsip-prinsip good governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran
pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. 3.
Pelayanan Publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai
fungsi dan tanpa berorientasi aspek keuntungan. 4.
Proses Pembuatan Sertifikasi Benih bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir pembuatan Sertifikasi Benih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
BAB II METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah, penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akuratmengenai sifat-
sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.
Zuriah, 2006 : 47 Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
II.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
II.3 Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendrarso
dalam Usman 2009:56, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA