Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

12

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar sangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan Grindle dan Wahab, 1990:59. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan wahab 1990:51, menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Gagasan pelayanan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13 yang diberikan oleh pemerintah kepada masyaraka terus mengalami perubahan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat dan perkembangan di dalam pemerintahan itu sendiri. Tetapi, perubahan yang terus dilakukan sampai saat ini belum memuaskan dalam arti posisi negara, masyarakat dan pemerintah belum menguntungkan pihak masyarakat, sebagai pihak yang lemah dalam kerangka pelayanan. Oleh karena itu, diperlukan semacam pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani masyarakat. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya. Pelayanan yang berkualitas akan dapat memahami kebutuhan dan tuntutan dari pelanggan penangkar, serta memuaskan para pelanggan sehingga dapat berdampak positif terhadap keloyalan para pelanggan penangkar. Faktor kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang dapat meningkatkan predikat atau kualitas Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman merupakan instansi pemerintahan yang begerak di bidang jasa, sehingga kinerja badan tersebut diukur pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan kepuasan pelanggan. BBP2TP harus mengetahui keinginan dari penangkar serta UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14 masalah yang dihadapi penangkar. Selanjutnya melakukan tindakan lanjut dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada penagkar, sehingga tercipta kepuasan antara kedua belah pihak. BBP2TP mempunyai peranan penting dalam penerbitan sertifikat bibit. Oleh karena itu, dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada penangkar diperlukan biaya dan perangkat sarana dan prasarana yang cukup. Sumber dana yang selama ini dipergunakan berasal dari anggaran pemerintah dan sudah cukup memadai. BBP2TP medan merupakan unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral Perkebunan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. BBP2TP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan, pengembangan dan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan perkebunan yang mengakibatkan kebutuhan akan benih juga semakin meningkat pula. Namun dilihat dari sisi penggunaan Benih bermutu dan bersertifikat belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini dikarenakan antara lain masih kurangnya pemahaman,tingginya harga benih, keterampilan dan faktor sosial- budaya petani dalam penggunaaan benih bermutu. Namun disisi lain suplai pasokan benih dari sumber benih yang ada didalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Hal ini dikarenakan kurangnya produksi dan produktivitas yang dihasilkan. Dengan adanya BBP2TP diharapkan agar UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15 benih yang beredar di masyarakat merupakan benih yang terbaik yang sudah melalui sertifikasi tanaman sehingga sudah teruji kualitasnya. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mau memanfaatkan produk barangjasa suatu lembaga, misalnya : pelayanan yang memuaskan seperti prosedur untuk memperoleh sertifikat tanaman yang berkualitas yang sangat sederhana dan cepat serta tidak membutuhkan berbagai jenis persyaratan. Namun, dalam pelayanan umum yang diberikan BBP2TP masih belum dapat sepenuhnya dirasakan masyarakat luas. BBP2TP sebagai pusat pelayanan sertifikat benih diharapkan mampu memberikan pelayanan sertifikat benih yang memuaskan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitasnya. Untuk itu, pengorganisasian dari BBP2TP sangatlah diperlukan. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaran kekuasaan negara dalam menyediakan public goods and services. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas, professional, serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dalam pemberian pelayanan sertifikat benih kepada penangkar,pihak BBP2TP hendaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Hal ini bertujuan agar tugas dan fungsi BBP2TP sebagai pemberi layanan sertifikat benih berjalan lancar. Dengan memperaktekan prinsip-prinsip good governance seperti efesien, efektif, berkeadilan, transparansi, dan akuntabilitas tinggi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16 diharapkan pelayanan sertifikat benih pada BBP2TP kualitasnya akan semakin meningkat. Dari berbagai masalah pelayanan sertifikat benih yang ada, penulis ingin melihat implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

I.2 Perumusan Masalah