Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan

(1)

Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian

Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan

Proteksi Tanaman Perkebunan Medan

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

DINI EKA LESTARI

NIM : 080903049

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBERIAN PELAYANAN SERTIFIKAT BENIH DI BBP2TP MEDAN

Nama : Dini Eka Lestari

NIM : 080903049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan“. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip-prinsip

Good Governance dalam Pelayanan Publik. Pelayanan Publik terkait pada pengurusan

Sertifikat Benih di BBP2TP Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggambarkan fakta sebagaimana adanya dan diberikan interpretasi yang secukupnya berdasarkan hasil penelitian, sehingga menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Adapun unit analisi data dalam penelitian ini adalah individu sebagai Kepala balai BBP2TP Medan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi prinsip-prinsip good

governance sangat penting dalam memberikan pelayan publik dalam pengerusan


(3)

governance dalam meningkatkan pelayanan sertifikat Benih. Prinsip-prinsip good

governace merupakan acuan bagi BBP2Tp dalam memberikan pelayanan yang maksimal

kepada produsen benih.

Kata Kunci (Key Words) : Prinsip-prinsip good governance, Pelayanan Publik, Sertifikat Benih


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyeleasikan karya ilmiah yang berjudul “Implementasi Prinsip-prinsip good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan”

Karya ilmiah ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengakapi persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian, pengumpulan literature, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat diatasi dan karya ilmiah inipun dapat diselesaikan .

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakaih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Kusharyono SE. MM, selaku Kepala Balai di BBP2TP Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untk melakukan penelitian Skripsi.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas


(5)

Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji yang memberikan masukan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M. Si, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. 6. Untuk dosen-dosen Departemen Ilmu Administrari Negara yang telah

berperan besar dalam membimbing dan berbagi ilmu pendidikan.

7. Untuk Kak Mega dan juga Kak Dian yang telah membantu penulis dalam urusam surat menyurat sampai Skripsi ini selesai dan juga kepada seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

8. Untuk Pegawai Kantor BBP2TP Medan yang telah membantu ketika melakukan penelitian dan wawancara seluruh informan yang telah meluangkan waktu.

9. Untuk teristimewa ucapan terima kasih yang sebsar-besarnya kepada kedua orang tuaku. Alm. Ir. Hernanto Budi Santoso (papa) dan Ir. Asnilawarni (mama) yang telah memberikan kasih sayang dan banyak memberi nasehat selama ini dan juga memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga riri bisa jadi anak kebanggan papa mama


(6)

ya. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa besar rasa terima kasih yang ananda sampaikan.

10. Untuk adek-adekku Diwan Hadi Prakoso, M. Dila wibowo.Terimakasih untuk semua kebersamaan dan pertengkaran yang telah terjadi selama ini. 11. Untuk Dicky Nugraha Martuani Nst. Makasi ya buat waktunya selama 5

taun lebih ini, makasih uda menjadi tempat segala curhatan, makasi juga buat kesabarannya.

12. Untuk semua sahabat. Fatmauliya Umaya, Nanda Puteri Casanovita

(mami), Rahmatika, RR. Ayu Siti Trisnawanty. Terimakasih untuk waktu yang telah kita habiskan bersama, dengan selalu tertawa dan menghayal.

13. Untuk kawan yang pernah menjadi satu kelompok magang . Ade Pratiwi, Nita Salasari Pratomo, Julia Budiarti, Surya Darma, Zikri Akbar, Darwinsyah, Nurdin Matanari, dan Kholidin.

14. Buat anak kos 72 Rizki Ayuning Lestari, Yuliani Estuasih, Siti Pertanian, Mirna Pertanian, Siska Ekonomi yang telah digantikan dengan Vita. Makasih ya untuk tumpangannya selama ini.


(7)

15. Buat seluruh Administrasi Negara 2008. Terimakasih untuk semua kebersamaan, pengalaman dan klasiknya sebuah kisah selama perkuliahan ini.

Medan, Juni 2012

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Tujuan Penelitian ... 5

I.4 Manfaat Penelitian ... 5

I.5 Kerangka Teori ... 6

I.5.1 Implementasi ... 7

I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 7

I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan ... 11

I.5.2 Good Governance ... 15

I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance ... 17

I.5.3 Pengertian Pelayanan ... 23

I.5.3.1 Pelayanan Publik ... 25

I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 25

I.5.3.1.2 Jenis-Jenis Pelayanan Publik... .. 27


(9)

I.5.4.1 Prosedur Administrasi ... .... 31

I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih ... ... 33

I.6 Definisi Konsep ... 35

BAB II METODE PENELITIAN ... 36

II.1 Bentuk Penelitian ... 36

II.2 Lokasi Penelitian ... 36

II.3 Informan Penelitian ... 36

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

II.6 Teknik Analisis Data ... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

III.1 Gambaran Umum BBP2TP Medan ... 40

III.2 Visi Dan Misi BBP2TP Medan ... 41

III.3Tugas Pokok dan Fungsi BBP2TP Medan ... 41

III.3.1Tugas Pekerjaan Dari Bidang BBP2TP Medan. ... 43

III.4 Susunan Organisasi BBP2TP Medan ... 47

III.5 Lokasi dan Wilayah Kerja BBP2TP ... 48

BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN ... 49


(10)

IV.1.1 Kepala Balai BBP2TP Medan . ... 50

IV.1.2 Masyarakat. ... 65

BAB V ANALISA DATA ... 74

V.1 Pengurusan Sertifikat Benih ... 74

V.2 Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih ... 78

BAB VI PENUTUP ... 95

VI.1Kesimpulan ... 95

VI.2 Saran ... 96


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Prosedur Sertifikat Benih... 44 Gambar 2.

Struktur Organisasi BBP2TP Medan... 57  


(12)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBERIAN PELAYANAN SERTIFIKAT BENIH DI BBP2TP MEDAN

Nama : Dini Eka Lestari

NIM : 080903049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan“. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip-prinsip

Good Governance dalam Pelayanan Publik. Pelayanan Publik terkait pada pengurusan

Sertifikat Benih di BBP2TP Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggambarkan fakta sebagaimana adanya dan diberikan interpretasi yang secukupnya berdasarkan hasil penelitian, sehingga menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Adapun unit analisi data dalam penelitian ini adalah individu sebagai Kepala balai BBP2TP Medan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi prinsip-prinsip good

governance sangat penting dalam memberikan pelayan publik dalam pengerusan


(13)

governance dalam meningkatkan pelayanan sertifikat Benih. Prinsip-prinsip good

governace merupakan acuan bagi BBP2Tp dalam memberikan pelayanan yang maksimal

kepada produsen benih.

Kata Kunci (Key Words) : Prinsip-prinsip good governance, Pelayanan Publik, Sertifikat Benih


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar sangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dan Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Gagasan pelayanan


(15)

yang diberikan oleh pemerintah kepada masyaraka terus mengalami perubahan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat dan perkembangan di dalam pemerintahan itu sendiri. Tetapi, perubahan yang terus dilakukan sampai saat ini belum memuaskan dalam arti posisi negara, masyarakat dan pemerintah belum menguntungkan pihak masyarakat, sebagai pihak yang lemah dalam kerangka pelayanan.

Oleh karena itu, diperlukan semacam pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani masyarakat. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya.

Pelayanan yang berkualitas akan dapat memahami kebutuhan dan tuntutan dari pelanggan (penangkar), serta memuaskan para pelanggan sehingga dapat berdampak positif terhadap keloyalan para pelanggan (penangkar). Faktor kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang dapat meningkatkan predikat atau kualitas Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman merupakan instansi pemerintahan yang begerak di bidang jasa, sehingga kinerja badan tersebut diukur pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan kepuasan pelanggan. BBP2TP harus mengetahui keinginan dari penangkar serta


(16)

masalah yang dihadapi penangkar. Selanjutnya melakukan tindakan lanjut dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada penagkar, sehingga tercipta kepuasan antara kedua belah pihak.

BBP2TP mempunyai peranan penting dalam penerbitan sertifikat bibit. Oleh karena itu, dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada penangkar diperlukan biaya dan perangkat sarana dan prasarana yang cukup. Sumber dana yang selama ini dipergunakan berasal dari anggaran pemerintah dan sudah cukup memadai.

BBP2TP medan merupakan unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral Perkebunan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. BBP2TP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan, pengembangan dan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan perkebunan yang mengakibatkan kebutuhan akan benih juga semakin meningkat pula. Namun dilihat dari sisi penggunaan Benih bermutu dan bersertifikat belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini dikarenakan antara lain masih kurangnya pemahaman,tingginya harga benih, keterampilan dan faktor sosial-budaya petani dalam penggunaaan benih bermutu. Namun disisi lain suplai/ pasokan benih dari sumber benih yang ada didalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Hal ini dikarenakan kurangnya produksi


(17)

benih yang beredar di masyarakat merupakan benih yang terbaik yang sudah melalui sertifikasi tanaman sehingga sudah teruji kualitasnya.

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mau memanfaatkan produk barang/jasa suatu lembaga, misalnya : pelayanan yang memuaskan seperti prosedur untuk memperoleh sertifikat tanaman yang berkualitas yang sangat sederhana dan cepat serta tidak membutuhkan berbagai jenis persyaratan. Namun, dalam pelayanan umum yang diberikan BBP2TP masih belum dapat sepenuhnya dirasakan masyarakat luas.

BBP2TP sebagai pusat pelayanan sertifikat benih diharapkan mampu memberikan pelayanan sertifikat benih yang memuaskan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitasnya. Untuk itu, pengorganisasian dari BBP2TP sangatlah diperlukan. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaran kekuasaan negara dalam menyediakan public goodsand services. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas, professional, serta etos kerja dan moral yang tinggi.

Dalam pemberian pelayanan sertifikat benih kepada penangkar,pihak BBP2TP hendaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Hal ini bertujuan agar tugas dan fungsi BBP2TP sebagai pemberi layanan sertifikat benih berjalan lancar. Dengan memperaktekan prinsip-prinsip good governance seperti efesien, efektif, berkeadilan, transparansi, dan akuntabilitas tinggi


(18)

diharapkan pelayanan sertifikat benih pada BBP2TP kualitasnya akan semakin meningkat.

Dari berbagai masalah pelayanan sertifikat benih yang ada, penulis ingin melihat implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana implementasi prinsip-prinsip

good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.” I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

2. Untuk mngetahui masalah-masalah yang timbul dalam implementasi prinsip-prinsip good governance.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam


(19)

bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.

3. Secara Praktis, bagi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (sugiono, 2004:41) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi,dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berpikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian adalah :


(20)

I.5.1 Implementasi

I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Pressman dan Wildavsky (Tangklisan 2003: 17), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemapuan untuk menghubungkan dalam hubungan kasual antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut tangklisan (2008:18) adalah :

1. Penafsiran : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan : yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain-lain.

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implemntasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan


(21)

implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan ole wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu di implementasikan.

Van Master dan Van Horn (Wahab, 1990:51), merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelli (Wibawa,1994:19), implementasi adalah sebagai berikut : “Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.

Selanjutnya Jones (Hesel Nogi,2002:23) menyebutkan apakah implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :


(22)

1. Organisasi

Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi/instansi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan yang selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta di dukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pegawai dalam hal ini adalah petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian sertifikat benih. Agar tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.

2. Interprestasi

Maksudnya disini adalah agar implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dapat dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebut dapat dilihat dari :

a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijakan yang bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.


(23)

c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif,rasional dan realistis.

3. Penerapan

Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana untuk dapat menilai ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :

a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara inti kegiatan yang terdapat didalamnya.

b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

c. Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan kapan diakhirinya agar mudah dalam melakukan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya. Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam membuat kebijakan pemerintah harus memikirkan terlebih dahulu apakah kebijakan yang akan


(24)

dilaksanakan berjalan baik atau buruk. Dimana pelaksana kebijakan harus melakukan kegiatan dalam implementasi, dan membuat standar penilaian yang pada akhirnya implementasi akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan

Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun biaya) dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk tranformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan. (http://hyukurniawan.wordpress.com/2010/02/06/konsep-implementasi-kebijakan-publik/)

Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik perlu diketahui variabel atau faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn dalam winarno (2007:155) mengemukakan delapan variabel penting yang tercakup dalam suatu proses implementasi, yaitu :

1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Identifikasi indikator-indikator kinerja


(25)

merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber-Sumber Kebijakan

Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan mempelancar implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan menjadi faktor yang menetukan keberhasilan implementasi kebijakan.

3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi.

4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana

Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak bisa lepas dari stuktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik, norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan.


(26)

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan ataupun menolak implementasi kebijakan.

6. Kecenderungan Pelaksanaan

Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.

7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model

Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karakteristik dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.

8. Masalah Kapasitas

Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan. Hal ini menyangkut staf yang terlatih dan banyaknya pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.

Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan. (http:/mulyono.staff.uns.ac.id./2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/) keempat variabel tersebut adalah:


(27)

1. Komunikasi

Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.

2. Sumber Daya

Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perlengkapan kantor, serta sumber dana yang mencukupi untuk pelaksaan program.

3. Disposisi atau Sikap

Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat untuk terus melakukan perbaikan.

4. Struktur organisasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran wilayah tanggung jawab setiap aparatur pelaksana kebijakan.

Dari uraian diatas penulis ingin menambahkan variabel yang menetukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu, isi kebijakan. Isi kebijakan mencakup kepentingan kelompok sasaran, jenis manfaat yang diterima, perubahan yang dinginkan, ketepatan program, yang didukung dengan sumber daya yang memadai. Jadi, variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : Komunikasi, Sumber daya, Disposisi atau sikap, Sruktur organisasi dan Isi kebijakan.


(28)

I.5.2 Good Governance

Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian : pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bedasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu :

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional 2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien

melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. (Suhady 2005:49)

Dari segi fungsional, aspek governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintah tidak berfungsi secara efektif dan terjadi efesiensi. Governance menurut defenisi dari World Bank adalah “the way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Bedasarkan defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu :

1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi terhadap equity, poverty,dan quality of live.

2. Poloitical governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan 3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.


(29)

(Sedarmayanti 2003:4-5)

Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta), dan society (masyarakat) yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam Sistem Administrasi Indonesia, penerapan Good Governance seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan”. Januari 1997, yang dikutip Buletin iformasi Proggram Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia), 2000, disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka.

UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik Governance, yaitu : legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial), manajemen sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, system yudisial yang adail dan dapat dipercaya. Tetapi UNDP kurang menekankan pada asumsi superioritas majemuk, multi-partai, system orientasi pemilihan umum, dan


(30)

pemahaman bahwa perbedaan bentuk kewenangan politik dapat dikombinasikan dengan prinsip efisiensi dan akuntabilitas dengan cara-cara yang berbeda. Hal-hal tersebut juga berkaitan terhadap argumentasi mengenai nila-nilai kebudayaan yang relatif; system penyelenggaraan pemerintahan yang mungkin bervariasi mengenai respon terhadap perbedaan kumpulan nilai-nilai ekonomi, politik, dan hubungan sosial, ata dalam hal-hal seperti : partisipasi, individualitas, serta perintah dan kewenangan. UNDP menganggap bahwa Good Governance dapat diukur dan dibangun dari indikator-indikator yang komplek dan masing-masing menunjukkan tujuannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian kepemerintahan yang baik yaitu keperintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supermasi hukum, dan dapat diterima oleh sluruh masyarakat.

I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance

Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tingkilisan (2005:116) adalah bahwa Negara merupakan


(31)

institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.

Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance korporat adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. (Nugroho,2004:216)

Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari korporasi. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewn komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena menyangkut keadilan dalam konteksmoral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal.

Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan. Dalam konteks ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat, termasuk dalam hal etika professional dan etika manajerial. Sementara itu komite governansi korporat di Negara-negara maju menjabarkan prinsip governansi korporat menjadi lima kategori, yaitu: (1) hak pemeganng saham, (2) perlakuan yang fair bagi semua pemegang saham, (3) peranan konstituen dalam


(32)

governansi korporat, (4) pengungkapan dan transparansi dan (5) tanggungjawab komisaris dan direksi.

Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkkan bagi suatu organisasi public bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tingkilisan (2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:

1. Partisipasi (Participation)

Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif

2. Penerapan Hukum (Fairness).

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama ukum untuk hak azasi manusia.

3. Transparansi (Transparency)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang mambutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsivitas (Responsiveness)


(33)

5. Orientasi (Consensus Oreintation)

Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

6. Keadilan (Equity)

Semua warga Negara, baik laki-laki mapuin permpuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.

7. Efektivitas (Effectivness)

Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

8. Akuntabilitas (Acoountability)

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategi visi (Strategic vision)

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.


(34)

Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dippenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kedepan dari Good Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dandalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.

Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional mengarajh kepada kinerja SDM yang ada dalam organisasi publik sehingga dalam peyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (Responsiveness), responsibilitas (Responsibility), dan akuntabilitas (Accountability).

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. (Tingkilisan, 2005:117)

Berdasarkan pernyataan tingkilisan diatas maka disebutkan bahwa responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan


(35)

yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik , maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator Good Governance karena responsivitas scara langsung menggambarkan kemampuan suatu organisai public dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutaa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki tingkat responsivitas yang rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja yang rendah.

Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi public itu dilakukan sesuai dengan yang implicit atau eksplisit. Semakin kegiatan organisasi public itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinspi administrasi dan peraturan serta kebijaknsanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin baik.

Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan organisasi public tunduk pada pejabat polotik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinnya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisai public dinilai baik apabila sepenuhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak tindak


(36)

lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik.

Konsep akuntabilitas public dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi public atau pemerintah seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi public memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat.

I.5.3 Pengertian Pelayanan

Manusia adalah makhluk social, tidak dapat hidup sendiri, melainkan hidup dalam kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat mempercayakan kepentingannya kepada sekelompok orang yang disebut pemerintah. Kepentingan manusia lahir dari kebutuhan masing-masing individu manusia. Kebutuhan bersama ini disebut kebutuhan masyarakat, kebutuhan umum, yang menjadi kepentingan umum. Menurut Moenir(1995), kepentingan umum adalah suatu bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak bertentangan dengan norma dan aturan, yang kepentingan tersebut bersumber pada kebutuhan (hajat) orang banyak/masyarakat.

Masyarakat menyerahkan kepercayaan untuk mengurusi kepentingan bersamanya kepada pemerintah. Pemerintah menjalankan tugasnya melayani kepentingan untuk yang dipercayakan kepadanya.

Secara etimologi pelayanan berasal dari bahasa inggris “to serve” yang berarti melayani. Sedangkan menurut kamus Oxford Advance, service dijelaskan


(37)

sebagai department branch of public work yang berarti pelayanan adalah salah satu bagian dari tugas-tugas pemerintahan di mana dalam hal ini dilaksanakan oleh aparat pemerintahan. Menurut Albrecht (Sedarmayanti, 2000 : 19), pelayanan adalah,

“a total organizational approach that makes quality of service as perceived by the customer, the number one driving force for the operation of business”

suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis.

Secara sederhana, menurut Moenir(1995 : 17) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung. Proses di sini mengarah pada kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Pelayanan pada masyarakat adalah kegiatan dari orang yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat. (Westra 1980:273) Menurut Syahrir (1991:156) ada lima unsur yang menentukan kualitas sebuah pelayanan yaitu :

1. Pelayanan yang sama dan merata (equilible service)

2. Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya (timely service)

3. Pelayanan yang diberikan untuk memenuhi jumlah barang dan jasa (ample service)

4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan (continiuous service)

5.Pelayanan yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dan penampilannya (progressive services)


(38)

I.5.3.1 Pelayanan Publik

I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Syarir (sedarmayanti 200), pelayanan publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi dan tanpa berorientasu aspek keuntungan.

Dapat dikatakan pelayanan umum adalah usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudian kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Sementara Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Arti lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba atau profit. Pelayanan pada masyarakat (umum) yang selanjutnya disebut pelayanan umum, lahir untuk kepentingan masyarakat (umum).

Seperti telah disebutkan di awal, kepentingan umum dapat dianggap sebagai apa yang dipilih banyak orang apabila mereka melihat dengan jelas, memikirkannya secara rasional dan bertindak dengan tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri tetapi orang lain juga.

Pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah Indonesia mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Suatu pelayanan umum diselenggarakan oleh pemerintah harus mengikuti sendi-sendi pelayanan umum


(39)

yang ditetapkan oleh Menpan, yaitu :(KepMenpan no. 81 tahun 1993 tetang Pedoman Tata Laksana Palayanan Umum)

1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur/tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dialksanakan.

2. kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :

a. Prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif

b. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum

c. Rincian biaya/tariff pelayanan umum dan tata cara pembayarannya d. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum

e. Hak dan kewajiban baik pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau kelengkapan sebagai alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum.

3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

4. keterbukaan, dalam arti prosedur/tata cara, persyaratan, satuan kerja/pejabat, biaya tarif, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat baik diminta maupun tidak diminta.


(40)

I.5.3.1.2 Jenis Pelayanan Publik

  Menurut Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan tertulis, pembayaran pajak dan lain-lainnya. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, surat keterangan tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTPakta kelahiran/ kematian).

2. Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung sebagai unit atau sebagai individual dalam satu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon.

3. Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan


(41)

pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadaman kebakaran.

Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada masyarakat manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya berbentuk dokumen-dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di Indonesia sebagian besar dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung.

Operasionalisasi pelayanan publik pada umumnya dilaksanakan oleh jajaran birokrasi paling depan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan cukup banyak dan tersebar di berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi aspek penting agar pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya tidak terlalu berbeda.

I.5.4 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Dalam Memberikan Pelayanan Sertifikat Benih

BBP2TP medan merupakan penggabungan dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara (BPTP) dan Balai Pengawasan dan pengujian Mutu Benih (BP2MB) Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9/Permentan/OT.140/2/2008.

BBP2TP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.


(42)

Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia, BBP2TP mempunyai tugas yaitu, melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium.

Fungsi dari BBP2TP medan adalah sebagai berikut :

 pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;

 pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;

 pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas;

 pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas;

 pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;

 pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi;

 pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee test);

 pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan;

 pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi;


(43)

 pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;

 pengembangan teknik surveillance OPT penting;

 pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;

 pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;

 pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;

 pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

 pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. (Peraturan Menteri Pertanian No.9 Tahun 2008)

Pelayanan yang diberikan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan adalah dalam bentuk memberikan sertifikat benih, yang artinya adalah memberikan keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih ynag disertifikasi atas permintaan produsen benih. Untuk mendapatkan sertifikat benih para penangkar (produsen benih) harus mengikuti rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi (BBP2TP) melalui pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan


(44)

pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006)

Selama ini masih banyak penolakan produk ekspor perkebunan Indonesia di pasar Internasional sebagai akibat kurang memenuhi persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS). Juga penerapan berbagai standar mutu oleh beberapa negara konsumen. Tujuan diadakannya pelayanan benih untuk mengetahui kesehatan benih,kualitas benih yang akan diedarkan penangkar apakah dalam kualitas yang baikdan dapat bersaing dengan benih dari negara lain. Dan juga meminimalisir masuknya benih import khususnya benih kelapa sawit yang masuk ke Indonesia tanpa izin dari pemerintah. Banyaknya para penangkar yang menggunakan benih asalan yang tidak jelas asal usulnya karena mereka belum berorientasi pada mutu benih tetapi lebih berorientasi kepada komersil. Demikian pula banyaknya benih yang tidak bersertifikat (palsu) beredara yang penyebarannya telah sampai ke petani dan bahkan banyak petani yang secara terang-terangan membudidayakannya dan memperjualkan benih yang tidak bersertifikat (palsu).

I.5.4.1 Prosedur Administrasi

Menurut Moekijat (1982:119), prosedur adalah serangkaian langkah pekerjaan tulis menulis yang berhubungan biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang yang membentuk suatu cara tertentu atu keseluruhan tahap yang penting dari pada kegiatan kantor. Sementara itu prosedur menurut Moenir (hal:105), adalah rincian diinamikanya mekanisme system.

Prosedur kerja harus ada dalam suatu tugas guna menghindari dari pemborosan untuk itu dibutuhkan perhatian terlebih dahulu dalam proses


(45)

penyiapan prosedur kerjanya seperti yang dikemukakan Soejadi (1989:13) sebagai berikut :

a. Menghindari terjadinya pemborosan didalam pendayagunaan factor tenaga kerja, biaya, material, waktu dan sebagainya.

b. Menghindari kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan.

c. Menjamin adanya pembagian kerja, pembagian waktu, dan koordinasi yang setepat-tepatnya.

Administrasi menurut Siagian (1986:3), adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu dapat dibedakkan dalam dua bagian yaitu administrasi dalam arti sempit adalah keseluruhan kegiatan atau pekerjaan surat menyurat, seperti tulis menulis, mengagendakan, juga menguurus dan mengatur, kearsipan, perlengkapan, kepegawaian, keuangan, dan pembukuan sederhana serta pertanggung jawaban.

Sedangkan dalam arti luas didefenisikan sebagai segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem dan prosedur administrasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suatu organisasi, apalagi organisasi publik yang menjalankan fungsi sebagai organisasi yang berorientasi kepada pelayanan. Sistem dan prosedur administrasi menjadi pedoman atau acuan organisasi publik dalam menjalankan setiap kegiatan yang melibatkan proses dalam pelayanan publik.( http://www.scribd.com/doc/12854088/ADMINISTRASI pada 26 Februari 2012, 21:23WIB)


(46)

Menurut Siagian (1986:3), ada dua hal yang terkandung dalam administrasi, pertama administrasi sebagai seni maksudnya adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaannya sedangkan akhirnya tidak ada, kedua administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya tujuan yang hendaka dicapai, addanya tugas yang harus dilaksanakan, dan adanya perlatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tugas tersebut.

I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Defenisi lain dari proses adalah rangkaian perbuatan manusia yang mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu.

Dari pengertian proses di atas dapat dikatakan proses pembuatan Sertifiksi Benih adalah bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir pembuatan Sertifikasi Benih. Adapun proses pembuatan Sertifikasi Benih dapat dilihat pada gambar di bawah ini


(47)

Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Benih

KEPALA BBP2TP MEDAN

KEPALA BIDANG PERBENIHAN

PEMERIKSAAN OLEH BPT

A. Pemerikasaan lapangan meliputi :

Kebenaran dokumen benih/bibit yang akan diperiksa

Kondisi pertumbuhan tanaman

Kelengkapan alat perkebunan dan pengangkutan

B. Pengujian laboratorium standar ISTA

6

5 2

4

3

7 PELABELAN

1. Label dibuat oleh produsen benih

dengan menggunakan nomor seri dari BBP2TP Medan

2. Label dipasasng oleh Pengawas Benih

Tanaman BBP2TP Medan 1

CUSTOMER

1. Surat Kepemilikan Lahan

2. Surat Kepemilikan Benih Sumber

pohon induk

3. Memiliki dokumen hasil

pengujian laboratorium (khusus komoditi kakao, karet, dan kopi

4. Memiliki TRUP

PENYERAHAN 

PENANDA TANGAN 


(48)

I.6 Defenisi Konsep

Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik yang digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomiuntuk pengembangan masyarakat.

2. Prinsip-prinsip good governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

3. Pelayanan Publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi dan tanpa berorientasi aspek keuntungan.

4. Proses Pembuatan Sertifikasi Benih bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir pembuatan Sertifikasi Benih.


(49)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah, penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat/mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis. (Zuriah, 2006 : 47)

Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.

II.3 Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendrarso (dalam Usman 2009:56), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian


(50)

yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut. (suyanto 2005:171)

Menurut Bagong Suyanto (2005:17) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu :

1) Informan Kunci, merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,

2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan

3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama yaitu sebagai berikut :

1. Informan Kunci adalah Kepala BBP2TP Medan.

2. Sedangkan informan utama adalah Kepala Bidang Perbenihan BBP2TP 3. Yang menjadi informan tambahan adalah beberapa jumlah masyarakat

yang sedang atau pernah melakukan pembuatan sertifikat benih di Kantor BBP2TP Medan.


(51)

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen wawancara (Interview) yaitu, teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada orang yang berhubungan dengan objek penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data skunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data skunder dapat dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a.Studi Kepustakaan (Library research)

Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b.Studi dokumentasi (Documentary)

Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan instansi yang terkait.


(52)

II.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif. Menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh dari lapangan yang di dapat dari para informan. Penganalisaan ini diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi lalu dianalisis.

Sehingga dari analisis tersebut diharapkan muncul gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan dapat mengungkapkan permasalahan penelitian. Data-data yang terkumpul tersebut akan disajikan melalui analisa data tunggal.

Sedangkan tujuan dari analisis data kualitatif menurut Bungin(2007:153) adalah :

1. Menganalisa proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut. 2. Menganalisa makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu


(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum BBP2TP Medan

BBP2TP Medan merupakan dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara (BPTP) dan Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB) Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9/Permentan/OT.140/2/2008.

Secara kelembagaan BBP2TP Medan, memiliki Laboratorium Benih, Laboratorium Lapangan (LL), Laboratorium Analisa Pestisida (LAP), Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata (LPHV), Sub Lab Hayati (SLH) yang berada di Medan, 36 Unit Pembinaan Perlindungan Tanaman (UPPT) yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara. Selain itu BBP2TP Medan juga di dukung oleh adanya perangkat perbenihan dan proteksi yang ada di wilayah regional BBP2TP yang mendukung kegiatan BBP2TP Medan yaitu : (i) Instalasi Pengawasan dan Pengembangan Mutu Benih (IP2MB) di Provinsi Jambi dan Kalimantan Selatan; (ii) UPTD perbenihan perkebunan di Sumatera dan Kalimantan; Satgas Perbenihan di Provinsi Bangka Belitung dan Kepulauan Riau; (iv) UPTD/UPPT/Satgas Proteksi Perkebunan di wilayah Sumatera.

Sumber Daya Manusia BBP2TP Medan seluruhnya berjumlah 341 orang yaitu : 125 orang berada di BBP2TP Medan, 116 orang di Kantor UUPT Kabupaten yang ada di wilayah Sumatera Utara, 25 orang di Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara, 4 orang di Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, dan 71 orang lainnya adalah petugas yang belum dimutasi dan masih diperbantukan di dinas-dinas perkebunan provinsi yang berada di wilayah kerja Sumatera, di samping itu tersedia juga 15 orang Penyidik PNS (PPNS).


(54)

III.2 Visi dan Misi BBP2TP Medan

Sejalan dengan tupoksi yang diemban, maka BBP2TP Medan mempunyai visi yaitu :

“Menjadi Balai Besar Terbaik, Handal dan Profesional di Bidang Perbenihan dan Proteksi Dengan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Perkebunan” Misi BBP2TP Medan adalah :

 Mengoptimalkan pengawasan pelestarian plasma nutfah nasional sebagai sumber genetik dalam rangka penemuan varietas benih unggul dan pemanfaatan pengendali hayati

 Mengoptimalkan pengawasan mutu benih dan peredarannya serta pemanfaatan agens pengendali hayati

 Meningkatkan pelaksanaan uji adaptasi dan observasi dalam rangka pencarian dan pelepasan varietas serta pemanfaatan agens pengendali hayati

 Meningkatkan dan mengembangkan metode pengawasan mutu benih dan penerapatan PHT

 Mengembangkan teknik identifikasi dan pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT)

 Mengoptimalkan pengendalian OPT, Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan dan Dampak Anomali Iklim

 Meningkatkan pelayanan teknis pengawasan mutu benih dan proteksi tanaman perkebunan

III.3 Tugas Pokok dan Fungsi BBP2TP Medan

Bedasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 9/Permentan/OT.140/2/2008 tanggal 6 februari 2008, tugas BBP2TP medan adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian


(55)

bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Dalam melaksanakan tugasnya, BBP2TP Medan menyelenggarakan fungsi :

 pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;

 pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;

 pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas;

 pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas;

 pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;

 pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi;

 pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee test);

 pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan;

 pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi;

 pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;

 pengembangan teknik surveillance OPT penting;

 pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;


(56)

 pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;

 pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;

 pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;

 pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

 pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. (Peraturan Menteri Pertanian No.9 Tahun 2008)

III.3.1 Tugas Pekerjaan dari Bidang BBP2TP Medan

Bedasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 70/Kpts/OT.140/4/2008 mengenai rincian tugas pekerjaan BBP2TP Medan

A. Subbagian Tata Usaha

mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja, program dan anggaran Subbagian Tata Usaha.

b. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja, program dan anggaran Balai Besar.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kebutuhan pegawai Balai Besar.

d. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana pengembangan pegawai.

e. Melakukan urusan tata usaha kepegawaian. f. Melakukan urusan mutasi pegawai.


(57)

g. Menyiapkan bahan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Sistem Akuntansi Instansi (SAI), Neraca Keuangan dan Sistem Monitoring Evaluasi (SIMONEV) Keuangan.

h. Melakukan urusan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). i. Menyiapkan bahan realisasi laporan PNBP.

j. Melakukan urusan perbendaharaan dan tata usaha keuangan.

k. Melakukan urusan penyiapan pengujian dan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).

l. Melakukan verifikasi tanda bukti pengeluaran dan dokumen pendukung.

m. Melakukan urusan pengadaan barang/jasa. n. Melakukan urusan penatausahaan BMN. o. Melakukan urusan penghapuan BMN. p. Melakukan urusan pemanfaatan BMN.

q. Melakukan penyiapan bahan penyusunan laporan kekayaan negara. r. Melakukan urusan tata usaha

s. Melakukan urusan rumah tangga t. Melakukan urusan keprotokolan u. Melakukan urusan kehumasan

v. Melakukan fasilitasi pelatihan di bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan

w. Melakukan penyusunan laporan kegiatan Subbagian Tata Usaha x. Melakukan penyusunan laporan dan evaluasi Kegaiatan Balai Besar

B. Bidang Perbenihan

1. Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan

Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan mempunyaitugas melakukan pemberian pelayanan teknik, pengelolaan data dan informasi kegiatan pengawasan dan pengembangan pengujian mutu benih perkebunan.


(58)

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja, program dan anggaran Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan.

b. Melakukan pemberian pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan.

c. Melakukan pemberian pelayanan teknik kegiatan pengembangan pengujian mutu benih perkebunan.

d. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan Fungsional Pengawasan Benih Tanaman (PBT) lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Melakukan pemberian pelayanan sertifikasi.

f. Melakukan pengelolaan data dan informasi kegiatan pengawasan mutu dan peredaran, serta pengembangan pengujian mutu benih perkebunan.

g. Melakukan pengelolaan dokumentasi hasil kegiatan pengawasan mutu dan peredaran, serta pengembangan pengujian mutu benih perkebunan.

h. Melakukan penyusunan laporan kegiatan Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan.

2. Seksi Jaringan Laboratorium Perbenihan

Seksi Jaringan Laboratorium Perbenihan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium, pelaksanaan pengembangan jaringan, dan kerjasama laboratorium tanaman perkebunan.

Rincian tugas pekerjaannya adalah:

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja, program dan anggaran Seksi Jaringan Laboratorium Perkebunan.

b. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu.


(59)

c. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dalam rangka manajemen laboratorium uji mutu benih tanaman perkebunan.

d. Melakukan pelaksanaan pengembangan jaringan laboratorium uji mutu benih tanaman perkebunan.

e. Melakukan penyiapan bahan kerjasama laboratorium uji mutu benih tanaman perkebunan

f. Melakukan penyiapan penerapan manajemen laboratorium uji mutu benih tanaman perkebunan.

g. Melakukan penyusunan laporan kegiatan Seksi Jaringan Laboratorium Perbenihan.

C. Bidang Proteksi

1. Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Proteksi

Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Proteksi mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan teknik, pengelolaan data dan inormasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan.

Rincian tugs pekerjaannya adalah:

a. Melakukan penyusunan rencana kerja, program dan anggaran Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Proteksi.

b. Melakukan pemberian pelayanan teknik bagi kegiatan analisis teknis proteksi tanaman perkebunan.

c. Melakukan pemberian pelayanan teknik bagi kegiatan pengembangan proteksi tanaman perkebuanan.

d. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan fungsional Pengendali Organisme Penganggu Tumbuhan (POPT)

e. Melakukan pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan.

f. Melakukan pengelolaan dokumentasi hasil kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan.


(60)

g. Melakukan penyusunan laporan kegiatan Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Proteksi.

III.4 Susunan Organisasi BBP2TP Medan

Susunan Organisasi BBP2TP Medan terdiri dari : Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Perbenihan, Kepala Bidang Proteksi, Kepala Seksi Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Perbenihan, Kepala Seksi Bidang Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Proteksi Tanaman dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun Struktur Organisasi BBP2TP Medan sebagaimana gambar di bawah ini :

   KEPALA

SUBBAGIAN 

 BIDANG PERBENIHAN     BIDANG PROTEKSI 

      Seksi  Pelayanan  Teknis 

      Seksi  Jaringan  Laborator

      Seksi  Pelayanan  Teknis

      Seksi  Jaringan  Laborator

 KELOMPOK  JABATAN  FUNGSIONAL 


(61)

Gambar 2. Struktur Organisasi BBP2TP Medan

III.5 Lokasi dan Wilayah Kerja BBP2TP Medan

BBP2TP Medan berlokasi di jl Asrama No 124 Sei Sikambing, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan wilayah kerja untuk :

Bidang Perbenihan : meliputi Provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

Bidang Proteksi : meliputi Provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat.


(62)

BAB IV

PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan mendalam kepada pihak yang berhubungan dengan judul penelitian. Serta juga pemaparan yang sesuai dengan apa yang peneliti peroleh di lapangan.

Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan subjek penelitian yang terdiri dari dua kelompok informan, yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah Kepala Balai BBP2TP , dan informan utama adalah kepala Bidang Perbenihan BBP2TP dan beberapa jumlah penangkar yang pernah mengurus sertifikat benih di BBP2TP Medan.

Kepala balai merupakan pemimpin BBP2TP yang terlibat langsung dalam pengurusan Sertifikat Benih. BBP2TP dipilih menjadi sasaran penelitian, karena BBP2TP mempunyai fungsi memberikan pelayanan sertifikat benih kepada penangkar yang ingin menjual benih bina kepada masyarakat luas. Dengan fungsi memberikan pelayanan sertifikat benih, tidak menutup kecendrungan terjadinya kesalahan dalam implementasi prinsip-prinsip good governance yang dapat mengakibatkan semakin meluasnya penjualan benih ilegal karena tidak adanya implementasi prinsip-prinsip good governance yang dijalankan dengan benar dalam pemberian pelayanan sertifikat benih.


(1)

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Sertifikat Benih merupakan salah satu berkas yang harus dimiliki produsen benih yang memiliki usaha perbenihan. Banyak alasan yang mendasari pentingnya Sertifikat benih, yaitu untuk untuk memberi kepastian hukum atas benih tersebut, untuk menjelaskan bahwa benih yang di produksi tersebut merupakan benih yang berkualitas baik, serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penarikan benih ynag dilakukan BBP2TP. Selain alasan tersebut, sertitfikat benih juga merupakan berkas atau surat yang harus dimiliki produsen benih jika ingin benih tersebut diedarkan ke masyarakat luas.

Pengurusan Sertifikat Benih dari awal proses pengurusan hingga akhir pengurusan dilakukan di BBP2TP. Adapun pengurusan Sertifikat benih melibatkan produsen benih, dan pegawai BBP2TP yang mempunyai tugas dalam pengurusan sertifikat benih. Secara proses pengurusan Sertifikat Benih diawali dengan penyerahan berkas dari produsen benih kepada BBP2TP, selanjutnya berkas tersebut diserahkan kepada kepala balai untuk pengecekan atas kebenaran tempat usaha perbenihan dan melihat benih apa yang akan di teliti kualitasnya. Sehingga dapat diketahui kebenarannya.

Prinsip-prinsip good govermance sangat penting diterapkan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, BBP2TP Medan juga


(2)

berusaha mengimplementasikan ke sembilan prinsip-prinsip good governance dengan maksimal. Dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti memberikan gambaran bahwa BBP2TP sudah menerapkan ke sembilan prinsip-prinsip good governance tersebut. Hal ini dilihat dari tidak adanya keluhan masyarakat mengenai prosedur sertifikasi, pemberian pelayanan yang dilakukan oleh pihak BBP2TP. Selain itu, pihak BBP2TP juga mengatakan mereka sudah melakukan hal yang maksimal terkait dengan implementasi prinsip-prinsip good governance. Ini dilihat dari efektifitas, akuntabilitas, efesiensi, penerrapan hukum, orientasi, responsivitas, kedailan, transparansi dan strategi visi yang sudah mereka laksanakan untuk menciptakan pemerintahan yang baik.

Good governance juga merupakan hal yang penting dalam pelayanan publik, hal ini dikarenakan dengan diimplementasikannya prinsip-prinsip good governance maka diharapkan pelayanan yang akan diberikan kepada produsen benih atau penangkar akan semakin baik dan maksimal. Pelayanan publik juga merupakan hal yang penting bagi BBP2TP. Karena dengan memberikan pelayanan publik yang maksimal maka berdampak positif dengan keloyalan para produsen benih atau penangkar , yang pada akhirnya dapat meningkatkan predikat atau kualitas BBP2TP Medan.

VI.2 Saran

Dari informasi yang di dapat dari beberapa produsen benih atau penangkar dan pegawai BBP2TP. Produsen benih atau penangkar memberikan respon yang


(3)

baik pada pengurusan sertifikat benih yang dinilai tidak terlalu memberatkan masyarakat dan prosesnya yang tidak membutuhkan waktu yang lama. Pegawai BBP2TP juga sudah melakukan tugasnya dengan baik dan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih.

Peran kepala balai dan juga seluruh pejabat dari BBP2TP juga sudah cukup baik. Kepala balai sangat memperhatikan kemampuan dari pegawainya, ini dilahat dari seringnya BBP2TP mengirimkan pegawainya untuk mengikuti seminar, rapat dan pameran. Dengan begitu dapat terciptanya pemerintahan yang baik yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan publik.

Hanya saja kekurangan BBP2TP adalah kurangnya kemampuan tehnologi yang dimiliki pegawainya. Diharapkan agar lebih baik dalam memberikan pelayanan publik, pegawai BBP2TP juga piawai dalam menggunakan tehnologi yaitu penggunaaan internet. Sehingga nantinya dalam memberikan pelayanan publik akn semakin baik dan dapat mengurangi waktu pengurusan sertifikat benih. Maksudnya dari pengurangan waktu disini adalah, dengan piawainya pegawai BBP2TP dalam menggunakan internet diharapkan nantinya produsen benih tidak perlu repot-repot untuk mengantarkan berkasnya ke BBP2TP, cukup melalui internet saja, sehingga memotong waktu yang digunakan produsen benih atau penangkar dalam mengurus sertifikat benih. Namun, hal tersebut juga harus timbal balik, yang artinya produsen benih juga harus mampu menggunakan internet dengan baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dwiyanto, Agus,dkk, 2002, Reformasi Birokrasi di Indonesia, Yogyakarta, Pusat Studi Kependudukan dan dan Kebijakan, UGM.

Moenir, A.S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara

.1995. Manajemen Pelayanan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara Moekijat. 1982. Sistem Dan Prosedur Kerja. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Sedarmayanti,. 2000. Restrukturasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk Menghadapi

Dinamika Essensial dan Aktual. Bandung : Mandjar Baru

Siagian, Sondang. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.

Soejadi,F.X. 1995. Organisasi Dan Manajemen. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Soekanto, Sierjono. 1997. Sosial Sebagai Pengantar . Jakarta : Rajawali Press Sugiono.2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Suhady. Idup dan Fernanda. Desi. 2005. Dasar-Dasar Good Governance. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta


(5)

Syahrir. 1991. Analisa Kebijakan Negara. Gramedia. Jakarta

akarta : Prenada Media.

Sedarmayanti. Dr. 2003. Good Governance Dalam Rangja Otonomi Daerah. CV. Mandar Maju. Bandung

Tingkilisan, Hessel NogiS. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo.

Tingkilisan, Hessel NogiS. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI

Tingkilisan, Hessel NogiS. 2002. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI

Wahab, Solichin, A. 1990. Analisa Keijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Malang: Bumi Aksara

Wibawa, Samudra.1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo

Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta : Bumi Aksara

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori-Aplikasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

Keputusan Menpan no. 81 tahun 1993 tetang Pedoman Tata Laksana Palayanan Umum

Peraturan Direktur Jendral Perkebunan No. 70 Tahun 2008


(6)

Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 Tentang Diklat Jabatan PNS.

Sumber Website

(http:/mulyono.staff.uns.ac.id./2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/) diakses pada 26 Februari 2012 jam 20.33 wib

(http://hyukurniawan.wordpress.com/2010/02/06/konsep-implementasi-kebijakan-publik/) diakses pada 27 februari 2012 jam 15.21 wib