Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Uni Eropa UE adalah salah satu aktor internasional yang paling aktif mempromosikan demokrasi kepada negara-negara tetangganya. Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Uni Eropa terus berusaha memperluas nilai-nilai politik dan ekonominya, tidak hanya kepada negara-negara di kawasan Eropa, tetapi juga negara-negara di luar kawasan Eropa. 1 Uni Eropa sendiri relatif masih dikenal sebagai „young promoter of democracy‟ promotor muda demokrasi dalam hubungan eksternalnya, 2 karena UE baru benar-benar menjadi lebih aktif dalam mempromosikan demokrasi setelah runtuhnya Uni Soviet, ketika 15 negara tetangganya meraih kemerdekaan dan terjadi perubahan demokratis di negara-negara tersebut. 3 Meningkatnya keinginan UE dalam mempromosikan demokrasi kepada negara-negara tetangganya di kawasan Eropa kemudian mendorong UE untuk membentuk beberapa strategi promosi demokrasi kepada negara- negara tetangganya di kawasan ini, salah satunya melalui European 1 Megan Leahy, “A New Tool for Democratization within the European Neighborhood Policy: The “Advanced Status” Program in Morocco”, Paper Akademik, University of North Carolina, North Carolina, 2011, hlm.1 2 Günther Guggenberger, “Symbolic actions or effective endeavours? The EU‟s activities to promote democracy in Ukraine, Moldova and Belarus.” European Union and its New Neighborhood: Addressing Challenges and Opportunities, ed. Jolanta Grigaliunaité and Sarunas Liekis Vilnius: Demokratiezentrum Wien, 2006, hlm. 87 3 Maria Vizdoaga, “The effectiveness of the EU policies in promoting democracy in Moldova,” Tesis, Leiden University, 2013, hlm. 11 Neighborhood Policy ENP. 4 ENP adalah strategi politik UE yang secara luas bertujuan untuk memperkuat kesejahteraan, stabilitas, dan keamanan negara- negara tetangga Eropa guna menghindari munculnya garis pembatas antara UE yang diperluas Enlarged EU dengan negara-negara tetangga yang berbatasan secara langsung dengan UE. 5 Adapun menurut dokumen Copenhagen European Council pada Desember 2002, ENP juga bertujuan mempromosikan Nilai-nilai Eropa European Values, dimana UE harus mempromosikan kerjasama regional dan sub-regional serta integrasi yang dikondisikan untuk stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan penurunan tingkat kemiskinan. 6 Sejak tahun 2004, lingkup ENP mencakup 16 negara 7 , dan keanggotaannya didominasi oleh negara-negara Eropa. 8 ENP dalam jangka pendek dijalankan melalui Perjanjian Asosiasi Association Agreement antara UE dengan negara mitra, sedangkan dalam jangka panjang dilaksanakan melalui Rencana Kerja Action Plan. 9 Adapun dana atau 4 Ibid, hlm. 42 5 European Neighborhood and Partnership Instrument, http:eeas.europa.euenpindex_en.htm , diakses pada 17 Maret 2014. 6 Florent Parmentier, “The European Neighborhood Policy as a Process of Democratic Norms Diffusion in Ukraine, Can The EU Act Beyond Kondisionalitas? ”, Les Cahiers europeens de Sciences Po. No. 02 2006, hlm. 2 7 12 Negara telah menyetujui ENP Action Plans, yaitu Armenia, Azerbaijan, Mesir, Georgia, Israel, Yordania, Lebanon, Moldova, Maroko, Palestina, Tunisia, dan Ukraina; Satu negara dalam proses negosiasi Action Plans, yaitu Aljazair; dan tiga negara berada diluar sebagian besar struktur ENP, yaitu Belarusia, Libya, dan Suriah 8 Richard G. Whitman dan Stefa n Wolff, “Much Ado About Nothing? The European Neighborhood Policy in Context,” The European Neighborhood Policy in Perspective: Context, Implementation and Impact, ed. Richard G. Whitman dan Stefan Wolff New York: Palgrave Macmillan, 2010, hlm. 3 9 Simo n Rosenkӧtter, “Assessing The Impact of EU Neighborhood Policies on Democratization in Morocco and Egypt,” Skripsi, Universiteit Twente, 2011 hlm. 5 insentif yang diberikan kepada negara anggota diatur dalam European Neighborhood and Partnership Instrument ENPI. Pada dasarnya ENP dibentuk untuk membantu negara-negara tetangga di sebelah Timur Eastern Neighbours UE, yang tengah berupaya menuju demokrasi dan berjuang untuk menjadi anggota baru UE. Keberhasilan ENP dalam promosi demokrasi di beberapa negara Eastern Neighbours seperti Moldova dan Ukraina, yang keduanya kemudian masuk menjadi anggota UE, kemudian mendorong UE untuk juga melaksanakan promosi demokrasi ke negara-negara tetangga di sebelah Selatan Southern Neighbours. 10 Salah satu negara Southern Neighbours yang menjadi prioritas UE dalam mempromosikan demokrasi melalui ENP adalah Maroko. 11 Prioritas UE terhadap Maroko didorong oleh beberapa faktor dan kepentingan, diantaranya bahwa secara tradisional Maroko adalah negara yang memiliki hubungan paling dekat Eropa, terutama dengan dua negara anggota UE, Spanyol dan Perancis. 12 Karena kedekatan geografis, dua negara Mediteranian UE tersebut fokus pada kontrol imigran dari Afrika, keamanan regional, perdagangan bebas, dan hak perikanan dengan Maroko. 13 Selain itu, Maroko juga menjadi mitra utama UE dalam memerangi terorisme, terutama karena Maroko terkena 10 Tina Freyburg, et.al., “Democracy promotion through functional cooperation? The Case of The European N eighborhood Policy”, Democratization, Vol. 18, No. 4, Agustus 2011 [jurnal on- line]; tersedia di http:dx.doi.org10.108013510347.2011.584738 ; internet; diunduh pada 17 Januari 2014. 11 Ibid, hlm. 3 12 Carl Dawson, EU Intergration With North Africa: Trade Negotiations and Democracy Deficits in Morocco London: IB Tauris Co. Ltd, 2009, hlm. 51 13 Kristina Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its Neighbourhood?, ed. Richard Youngs Spain: FRIDE, 2008, hlm. 13-14 imbas kekerasan politik dan terorisme di Aljazair. 14 Adapun dalam bidang energi, UE sangat membutuhkan Maroko sebagai alternatif penyuplai energi ke Eropa Barat, seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia dan memburuknya hubungan UE-Rusia. Maroko juga diharapkan dapat menjadi negara transit gas dari Aljazair ke Eropa. 15 Maroko sendiri sejak Raja Mohammed VI berkuasa, memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan demokratisasi. Beberapa reformasi dilaksanakan oleh Raja Mohammed VI diantaranya adalah mendirikan Equity and Reconciliation Commission IER sebagai komisi HAM, adopsi hukum status liberal personal Moudwana, dan National Human Development Initiative INDH. 16 Reformasi ini yang kemudian mendorong UE untuk memberikan Advanced Status kepada Maroko sebagai negara dengan progres demokratisasi yang baik pada Oktober 2008. Maroko menjadi negara ENP pertama yang mendapatkan status ini. 17 Kepentingan UE, serta komitmen dan reformasi demokrasi Maroko tersebut yang kemudian menjadikan Maroko sebagai prioritas promosi demokrasi UE melalui ENP di kawasan Southern Neighbours. Maroko bergabung dalam ENP sejak tahun 2004, dan merupakan salah satu negara yang pertama kali menandatangani Action Plan. Pada masa awal 14 Ian O. Lesser, Geoffrey Kemp, Emiliano Alessandri, dan S. Enders Wimbush , “Morocco‟s New Geopolitics: A Wider Atlantic Perspective,” GMF Wider Atlantic Series Washington DC: The German Marshall Fund of the United States, 2012, hlm. 13 15 Loc.Cit, hlm. 15 16 Haim Malka dan Jon B. Alterman, “Arab Reform and Foreign Aid: Lessons from Morocco,” CSIS Significant Issues Series, Vol. 28, No. 4 2006, hlm. 47 17 Kristina Kausch , “Morocco‟s „Advanced Status‟: Model or Muddle?,” FRIDE Policy Brief, No. 43 Maret 2010, hlm. 3 ENP di Maroko, yakni dari tahun 2006 sampai sebelum Revolusi Arab, Action Plan hanya meliputi bentuk kondisionalitas positif yang lemah dimana Maroko sebagai negara ENP, tergantung pada progres reformasi politik, ekonomi, dan institusionalnya yang tidak didefinisikan secara jelas, diberikan akses ke pasar tunggal UE dan hubungan yang lebih erat dengan UE. 18 Kebijakan promosi demokrasi UE dalam ENP di Maroko pada periode ini juga banyak dikritik karena dianggap tidak serius dan tidak konsisten dalam pelaksanaannya. Karena terlalu fokus pada keamanan dan perdagangan, beberapa kebijakan dalam aspek politik justru menjadi tidak tepat sasaran dalam pelaksanaannya. 19 Pemberian Advanced Status misalnya, hanya bertujuan ekonomis dimana Maroko dapat masuk ke dalam pasar tunggal UE dengan hanya melaksanakan modernisasi dalam beberapa bidang seperti kebijakan publik, namun tidak melaksanakan reformasi dalam bidang politik, seperti reformasi kekuasaan Raja dan kekuasaan parlemen. 20 Maka, dapat dikatakan bahwa pada awalnya UE tidak serius mempromosikan demokrasi di negara ini, ENP dilaksanakan hanya sebagai alat untuk membangun hubungan baik dengan negara-negara Southern Neighbours, demi menjaga stabilitas kawasan. 18 Anna Khakee, “Assessing Democracy Assistance: Morocco”, Fride Project Report Mei 2010, hlm. 3 19 Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its Neighbourhood?”, hlm. 16 20 Kausch , “Morocco‟s „Advanced Status‟: Model or Muddle?, hlm. 3 Adapun pada masa awal bergabung dalam ENP, situasi demokrasi Maroko juga tidak mengalami banyak perubahan, khususnya dalam aspek reformasi politik. Sebagai negara semi otoriter, kehidupan politik Maroko ditandai dengan realitas demokrasi ganda. Secara formal, Maroko memang memiliki struktur dan institusi demokratis, namun secara informal struktur ini dibayangi oleh struktur pemerintahan yang disebut Makhzen, yaitu jaringan kerajaan yang menguasai garis kebijakan utama dan bertindak sebagai penjaga segala bentuk reformasi politik. Sebagai akibatnya, reformasi politik di Maroko berjalan selektif dan superfisial. 21 Terkait pembagian kekuasaan misalanya, konsentrasi kekuasaan di tangan Raja sama sekali tidak tersentuh oleh reformasi. Raja Maroko bertindak sebagai penjamin keteraturan politik sebagai dasar legitimasi relijius, kekuasaan absolut dan kekuasaan mempertahankan takhta. 22 Kekuasaan di Maroko memang dibedakan secara hukum dan fungsinya, namun pada praktiknya tidak ada pemisahan kekuasaan, dengan kerajaan memimpin kekuasaan eksekutif dan memiliki pengaruh besar atas kekuasaan legislatif dan yudikatif. 23 Oleh karena tidak ada pembagian kekuasaan yang jelas, maka parlemen tidak memiliki kekuatan dan peran yang signifikan dalam pembangunan demokrasi Maroko. Meskipun memiliki sistem multipartai dan rutin melaksanakan pemilu legislatif, kerajaan mengesampingkan peran 21 Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its Neighbourhood? hlm. 10 22 Dawson, hlm. 75 23 Loc. Cit, hlm. 11 parlemen. Akibatnya, partai-partai politik menjadi lemah dan parlemen lebih memilih melaksanakan keinginan kerajaan dan Makhzen, daripada keinginan konstituennya. Dalam proses reformasi demokrasi di Maroko, parlemen juga tidak memiliki peran. 24 Selain masalah pembagian kekuasaan dan wewenang parlemen, terbatasnya kontrol dan pengaruh masyarakat sipil dalam politik dan pemerintahan Maroko juga menjadi permasalahan lain. Beberapa organisasi masyarakat sipil Maroko yang aktifitasnya terkait dengan isu-isu tabu seperti monarki, pemisahan kekuasaan, atau kemerdekaan Sahara Barat segera dihentikan melalui berbagai langkah hukum oleh pemerintah. 25 Kondisi demokrasi Maroko yang demikian, juga tidak didukung dalam prioritas reformasi yang dicanangkan UE dalam program-program ENP pada periode tersebut. Isu-isu reformasi yang secara langsung berkenaan dengan kelemahan-kelemahan demokratis yang spesifik di Maroko, seperti lemahnya parlemen dan pemisahan kekuasaan yang tidak jelas, tidak ada dalam prioritas ENP di Maroko. 26 Pada periode 2007-2010 misalnya, dalam National Indicative Programme ENP in Morocco 2007-2010 disebutkan bahwa prioritas ENP di Maroko hanyalah prioritas sosial, seperti dukungan kepada INDH dan kebijakan pendidikan; prioritas HAM, seperti mendukung Ministry of Justice dan impelementasi IER; prioritas ekonomi, seperti promosi investasi 24 Haim Malka dan Jon B. Alterman, hlm. 55 25 Driss Ben Ali, “Civil Society and Economic Reform in Morocco,” ZEF Project Research Paper, Universitat Bonn Januari 2005, hlm. 3 26 Eike Meyer,“Democracy Promotion by The European Union in Morocco within The Framework of The European Neighborhood Policy,” Tesis, Universitat Potsdam, 2007, hlm. 62 dan ekspor industri Maroko, pertanian, dan pembangunan infrastruktur; serta prioritas lingkungan, seperti memberikan dana bantuan untuk menanggulangi depolusi. Adapun demokrasi tidak ada dalam proritas program tersebut. 27 Pergeseran prioritas UE dalam program-program ENP untuk secara „serius‟ mempromosikan demokrasi baru terjadi setelah Revolusi Arab Arab Spring yang melanda negara-negara ENP di Selatan seperti Mesir dan Tunisia pada tahun 2010. UE kemudian merespon Revolusi Arab salah satunya dengan menggeser fokus ENP dari pembangunan ekonomi menjadi pembangunan demokrasi. 28 Revolusi Arab menjadi momentum bagi UE untuk memulai promosi demokrasi dalam aspek politik di Southern Neighbours melalui ENP. Di Maroko sendiri, respon masyarakat dan oposisi Maroko terhadap gelombang protes anti-rezim ini berbeda dengan negara-negara lain di kawasan yang terdampak Revolusi Arab. Gerakan 20 Februari, muncul sebagai reaksi terhadap gelombang revolusi ini. Gerakan ini memobilisasi masyarakat Maroko secara nasional untuk menuntut perubahan sosial ekonomi, dan juga secara eksplisit menuntut perubahan politik, yaitu: “The realization of profound and radical constitutional and political changes to consolidate a democratic state built on strong institutions; the construction of a state based on the rule of law and a free and independent legal system with the aim of endowing the country with a political system of parliamentary monarchy.” “Realisasi perubahan konstitusional dan politik yang mendalam dan mendalam untuk mengkonsolidasikan sebuah negara demokratis yang dibangun dengan institusi yang 27 European Commission, ENPI Morocco: 2007-2010 National Indicative Programme. 28 Maâti Monjib, “The “Democratization” Process in Morocco: Progress, Obstacles, and the Impact of the Islamist- Secularist Divide”, Working Paper, The Saban Center for Middle East Policy at The Brookings Institution, No. 5, Agustus 2011, hlm. 5 kat; konstruksi negara didasarkan pada penegakan hukum serta sistem legal yang bebas dan independen dengan tujuan terbentuknya negara dengan sistem politik monarki parlementer.” 29 Pemerintah Maroko kemudian merespon Gerakan 20 Februari dengan melaksanakan referendum publik untuk menetapkan konstitusi baru pada September 2011 yang memuat beberapa poin reformasi demokrasi dalam aspek politik, seperti pemberian kekuasaan dan independensi yang lebih luas kepada Perdana Menteri, badan legislatif, dan lembaga peradilan Maroko, serta pengakuan kesetaraan hak-hak wanita. 30 Situasi Maroko yang „aman‟ dari Revolusi Arab dan kesadaran pemerintah Maroko untuk memulai perwujudan demokrasi dengan melaksanakan reformasi keonstitusi 2011, mendorong UE untuk „melindungi‟ Maroko dengan mendukung reformasi demokrasi yang sudah dimulai di Maroko melalui kerjasama di bidang demokrasi yang lebih aktif dalam ENP. 31 Dalam dokumen National Indicative Programme untuk tahun 2011- 2013, terlihat jelas peningkatan dukungan UE untuk reformasi demokrasi Maroko, sebagaimana dirinci dalam tabel berikut: 29 Irene Fernandez Molina, “The Monarchy vs The 20 February Movement: Who Holds the Reins of Political Change in Morocco?” Mediterranean Politicsi, Vol. 16, No. 3 Oktober 2011, hal. 436-437 [jurnal on-line]; tersedia di http:dx.doi.org10.108013629395.2011.614120 ; internet; diakses pada 16 Agustus 2014 30 Alexis Arieff, “Morocco: Current Issues” CRS Report for Congress, Congressional Research Service 20 Juni 2012 hlm. 1 31 Eike Meyer,“Democracy Promotion by The European Union in Morocco within The Framework of The European Neighborhood Policy,” Tesis, Universitat Potsdam, 2007, hlm. 2 Tabel I.A. 1. Morocco’s National Indicative Programme 2011-2013 Strategic axes 2007-2010 updated 2011-2013 indicative M€ M€ Development of social policies 296 45.3 116.1 20 Economic modernization 235 35.9 58.05 10 Institutional support 65 9.9 232.2 40 Good governance and human rights 8

1.2 87.07

15 Environment protection 50 7.6 87.07 15 Total 654 580.5 Sumber: http:ec.europa.eueuropeaidwhereneighbourhoodcountrycooperationmoroccomorocco_e n.htm , di akses pada 17 Maret 2014 Dalam poin-poin prioritas di atas, bantuan untuk demokratisasi Maroko masuk kedalam poin good governance and human rights. Dalam tabel di atas, bantuan dalam poin tersebut meningkat dari 1,2 persen dana ENP menjadi 15 persen dana ENP. Secara spesifik, UE juga sudah melaksanakan program-program untuk proses demokratisasi Maroko melalui ENP, diantaranya dengan mengalokasikan dana sebesar tiga juta Euro untuk mendukung parlemen Maroko melalui program SPRING. 32 Penelitian ini berupaya menjelaskan proses promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko melalui ENP pada tahun 2011-2013. Penelitian ini juga lebih fokus pada strategi yang digunakan UE daripada motivasi UE dalam melaksanakan promosi demokrasi di Maroko. Proses promosi ini akan dijelaskan dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme, dengan melihat promosi demokrasi sebagai bentuk transfer norma-norma demokrasi 32 European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the European Neighbourhood Policy Statistical Annex 27 Maret 2014, hlm. 65 Uni Eropa ke Maroko. Penulis juga akan menggunakan konsep kondisionalitas sebagai instrumen UE dalam melaksanakan transfer norma demokrasi ini. Penulis melihat bahwa bantuan dana funding dan bantuan teknis yang diberikan UE dalam program ENP di bidang demokrasi untuk Maroko sebagai bentuk kondisionalitas UE.

B. Pertanyaan Penelitian