Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

53 1. Jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Jika terjadi multikolineritas, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai kolerasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi. 2. Menggabungkan data cross section dan time series pooling data 3. Mengurangi hubungan linear di antara variabel independen, dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural.

3.7.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, biasanya dijumpai pada data deret waktu time series. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya, sehingga model regresi yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara 54 tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai independen tertentu Ghozali, 2005. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson DW test Ghozali, 2005. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound du dan 4– du maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar dari 4-dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Tabel 3.3 Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tdk ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tdk ada korelasi negatif Tolak 4 – dl d 4 Tdk ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tdk ada autokorelasi, Positif atau negatif Tdk ditolak du d 4 – du Sumber : Ghozali 2005 Universitas Sumatera Utara 55

3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian, jika output Scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut: 1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka nol. 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil, salah satunya dengan uji Glejser Ghozali, 2005. Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut. 1. Apabila probabilitas nilai uji dari persamaan regresi signifikan statistik, yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 56 2. Apabila probabilitas nilai uji tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

3.8 Pengujian Hipotesis