65 Sedangkan, sanksi terhadap pelanggaran ketentuan tersebut di atas dapat
kita lihat dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang menentukan : “Setiap perusahaan
perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan pelaksanaannya tentang perizinan usaha, kesehatan keuangan,
penyelenggaraan usaha, penyampaian laporan, pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi, atau tentang pemeriksaan langsung, dikenakan sanksi
peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha, dan sanksi pencabutan izin usaha
. ”
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, perusahaan reasuransi yang melakukan tindakan memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan sehingga mengakibatkan keterlambatan penyelesaian atau pembayaran klaim asuransi dapat dikenai sanksi
berupa peringatan, pembatasan kegiatan usaha, dan sanksi pencabutan izin usaha.
65
B. Kewenangan Pencabutan Izin
Kewenangan yang diberikan kepada Panitera Pengadilan Niaga untuk menolak permohonan pailit yang diajukan oleh pemohon pailit, antara lain,
terhadap perusahaan asuransi, pada dasarnya adalah untuk membangun ketegasan sikap Pengadilan Niaga terhadap pemohon pailit yang tidak sesuai ketentuan
hukum acara yang telah secara imperatif diatur dalam Pasal 2 ayat 5 UUKPKPU. Karena bila bentuk penolakan terhadap pelanggaran Pasal 2 ayat 5
65
http:florentinwiriadinata.wordpress.compage7 diakses pada tanggal 20 April 2014, pukul 02:35:54 WIB
Universitas Sumatera Utara
66 tersebut harus dilakukan melalui putusan persidangan, maka keadaan tersebut
akan memberikan akibat yang menimbulkan kegoncangan terhadap perusahaan asuransi di dalam masyarakat, khususnya para pemegang polis yang jumlahnya
sangat banyak.
66
Kekayaan perusahaan asuransi yang telah dicabut izin usahanya tersebut perlu dilindungi agar para pemegang polis tetap dapat memperoleh haknya secara
Tindakan untuk memenuhi rencana mengatasi penyebab dari pembatasan kegiatan usaha telah dilaksanakan dan dalam hal pelaksanaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang bersangkutan tidak mampu atau tidak bersedia menghilangkan hal-hal yang menyebabkan pembatasan termaksud, maka
Menteri Keuangan mencabut izin usaha perusahaan. Pencabutan izin usaha diumumkan oleh Menteri Keuangan dalam surat kabar harian di Indonesia yang
memiliki peredaran yang luas Pasal 18 UUP. Akan tetapi, apabila perusahaan telah berhasil melakukan tindakan dalam rangka mengatasi penyebab dari
pembatasan kegiatan usahanya dalam jangka waktu 4 empat bulan, maka perusahaan yang bersangkutan dapat melakukan usahanya kembali Pasal 19
UUP. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam UUKPKPU, dalam hal terdapat pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18, maka
Menteri Keuangan berdasarkan kepentingan umum dapat meminta kepada pengadilan agar perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit. Hak pemegang
polis atas pembagian harta kekayaan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa yang dilikuidasi merupakan hak utama Pasal 20 UUP.
66
http:hukum.kompasiana.com20130529kepailitaan-dan-usaha-asuransi-564305.html diakses pada tanggal 20 April 2014, pukul 02:56:54 WIB
Universitas Sumatera Utara
67 proporsional. Untuk melindungi kepentingan para pemegang polis tersebut,
Menteri Keuangan diberi wewenang berdasarkan undang-undang ini untuk meminta pengadilan agar perusahaan asuransi yang bersangkutan dinyatakan
pailit, sehingga kekayaan perusahaan tidak dipergunakan untuk kepentingan pengurus atau pemilik perusahaan tanpa mengindahkan kepentingan para
pemegang polis. Kewenangan untuk mengajukan permintaan pailit tersebut, maka Menteri
Keuangan dapat mencegah berlangsungnya kegiatan tidak sah dari perusahaan yang telah dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan terjadi kerugian yang
lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan. Dalam hal terjadi kepailitan, pemegang polis mempunyai hak utama, artinya hak pemegang polis mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi daripada hak pihak-pihak lain, kecuali dalam hal kewajiban untuk Negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
67
Kewenangan perbuatan tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya para pihak sudah dewasa, sehat
ingatan, tidak berada dalam perwalian trusteeship, atau pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung memiliki hubungan yang sah
dengan objek asuransi karena benda tersebut merupakan kekayaan miliknya sendiri. Sedangkan penanggung merupakan pihak yang berwenang mewakili
perusahaan asuransi berdasarkan anggaran dasar perusahaan. Jika asuransi yang
67
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 44-45.
Universitas Sumatera Utara
68 diadakan itu untuk pihak ketiga, maka tertanggung yang mengadakan asuransi
tersebut mendapat kuasa dari pihak ketiga yang bersangkutan.
68
Perusahaan reasuransi memberitahukan pencabutan izin usaha tersebut kepada kantor cabang dari kedudukan di luar maupun dalam negeri dan
mengumumkannya dalam dua surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas. Dalam hal reasuransi yang dicabut izin usahanya oleh perusahaan kepada otoritas
berwenang di tempat kedudukan kantor tersebut berada, pencabutan izin usahanya diberitahukan oleh direksi kepada otoritas negara asal. Jadi, pencabutan izin
usaha, serta pemberitahuan dan pengumumannya dilakukan oleh perusahaan reasuransi.
69
Berdasarkan Pasal 20 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang perasuransian, Menteri keuangan berdasarkan kepentingan umum dapat
mengajukan permohonan pernyataan Pailit atas perusahaan asuransi yuang telah dicabut izin usahanya kepada pengadilan, mengingat usaha asuransi memiliki
karakteristik dan sifat yang kurang lebih sama dengan usaha jasa keuangan lainya, Tujuan perusahaan asuransi dinyatakan pailit agar kekayaan perusahaan
asuransi tersebut tidak dipergunakan untuk kepentingan pengurus atau pemilik perusahaan tanpa mengindahkan kepentingan para pemegang polis. Selain itu,
dengan adanya kewenangan untuk mengajukan permintaan pailit tersebut, maka Menteri Keuangan dapat mencegah berlangsungnya kegiatan tidak sah dari
perusahaan yang telah dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan.
68
Ibid, hlm. 50.
69
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 172.
Universitas Sumatera Utara
69 maka seperti halnya berlaku pada sektor Perbankkan dan pasar modal yang
permohonannya pernyataan Pailitnya dilakukan oleh Regulator sepatutnya pula pengajuan permohonan Pailit terhadap perusahaan asuransi dilakukan pula oleh
Regulator, sehingga pengaturan bahwa mentri keuangan diberi kewenangan untuk mengajukan permohonan pernyataan Pailit terhadap perusahaan asuransi atas
dasar kepentingan tertanggung sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
adalah sudah sangat tepat. Sebagai perbandingan bebrapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman dan Prancis telah menerapkan mekanisme yang sama dalam
pengajuan kepailitan perusahaan asuransi yang hanya dapat dilakukan oleh regulator.
C. Akibat Pencabutan Izin Usaha Perusahaan Reasuransi
Akibat Pencabutan Izin Usaha Perusahaan Reasuransi adalah alasan pertama digunakan untuk melindungi kepentingan kreditur. Dalam hal ini kreditur
tentunya tidak boleh dirugikan dengan adanya keadaan tidak mampu membayar ini. Berdasarkan Pasal 18 ayat 1 UUKPKPU, apabila perseroan pailit sehingga
tidak mampu membayar hutangnya, maka kreditur dapat mengajukan permohonan pembubaran perseroan kepada Hakim Pengawas atas Putusan Pernyataan Pailit
yang diajukan oleh debitur. Berdasarkan permohonan kreditur atau panitia kreditur sementara jika ada, tersebut Hakim Pengawas mengusulkan kepada
Pengadilan Niaga, serta setelah memanggil dengan sah atau mendengar debitur, dapat memutuskan pencabutan putusan pernyataan pailit. Berdasarkan keputusan
Pengadilan Niaga tersebut, suatu perseroan dapat dibubarkan. Pembubaran
Universitas Sumatera Utara
70 tersebut diikuti dengan pemberesan sehingga kreditur berhak mendapatkan
pelunasan dari hasil pemberesan tersebut.
Alasan kedua, Pembubaran Perseroan Terbatas terjadi karena telah dinyatakan pailit dan dalam keadaan insolvensi. Keadaan insolvenasi
menurut Pasal 178 ayat 1 UUKPKPU yaitu suatu keadaan dimana debitur dinyatakan benar-benar tidak mampu membayar, insolvensi ini terjadi dalam hal :
1 Dalam rapat pencocokan piutang kreditur tidak ditawarkan perdamaian, atau
2 Rencana perdamaian yang ditawarkan debitur ditolak oleh panitia kreditur,
atau 3
Pengesahan Perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Akibat hukum dari penetapan insolvensi debitur pailit, timbulnya konsekuensi hukum tertentu, yaitu sebagai berikut :
1 Harta pailit segera dieksekusi dan dibagi kecuali ada pertimbangan tertentu
misalnya : pertimbangan prospek kelangsungan usaha yang menyebabkan penundaan eksekusi dan penundaan pembagian akan lebih mengutungkan;
2 Pada prinsipnya tidak ada rehabilitasi, sebab insolvensi ini disebabkan tidak
adanya perdamaian dan aset debitur pailit lebih kecil dari kewajibannya. Kecuali apabila setelah dalam keadaan insolvensi kemudian terdapat harta lain
dari debitur pailit. Misalnya adanya warisan, sehingga utang dapat dibayar lunas. Dengan demikian rehabilitasi dapat diajukan berdasarkan Pasal 215
UUKPKPU.
Universitas Sumatera Utara
71 Pembubaran perseroan terbatas akibat dari kepailitan yang diatur dalam
UUPT. Mengingat segala apa yang diatur dalam UUPT mengenai pembubaran perseroan terbatas khususnya yang disebabkan karena kepailtan harus
mempertimbangkan dan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUKPKPU maka bertolak dari hal tersebut pada esensinya bahwa tidak setiap
perseroan yang dinyatakan pailit baik karena dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
karena telah dinyatakan insolvensi, selalu dibubarkan baik pengertian berhenti operasionalnya maupun pembubaran badan hukum perseroan terbatas tersebut.
70
1. Berdasarkan keputusan RUPS.
Menurut UUPT, alasan untuk membubarkan Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut:
71
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir.
72
3. Berdasarkan penetapan pengadilan
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hokum tetap, harta pailit perseroan terbatas tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan
5. Karena harta pailit perseroan terbatas yang telah dinyatakan pailit berada
dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, atau
70
http:notariatundip2011.blogspot.com201201akibat-hukum-perseroan-terbatas- pt.html diakses pada tanggal 29 April 2014, pukul 21:10:24 WIB
71
Pasal 142 ayat 1 huruf a UU No.40 Tahun 2007
72
Pasal 6 UU No.40 Tahun 2007. Perseroan Terbatas didirikan untuk jangka waktu terbatas dan tidak terbatas sebagaimana ada ditentukan dalam anggaran dasar.
Universitas Sumatera Utara
72 6.
Karena dicabutnya izin usaha perseroan terbatas sehingga mewajibkan perseroan terbatas melakukan likuidiasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undang. Pembubaran perseroan terbatas terjadi dengan dicabutnya kepailitan,
pengadilan niaga sekaligus memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatian tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Berbeda dari bubarnya perseroan terbatas sebagai akibat penggabungan dan peleburan yang tidak perlu diikuti dengan likuidasi, bubarnya perseroan terbatas
berdasarkan ketentuan ini harus selalu diikuti dengan likuidasi.
73
73
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007, Jakarta : Penerbit Permata Aksara, 2013, hlm. 176
Ketidakjelasan mengenai pengaturan status hukum dari perusahaan asuransi yang telah dicabut izin usahanya oleh Menteri Keuangan. Selain itu
status perusahaan asuransi yang berada dalam proses pembubaran likuidasi inilah yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru terhadap proses
penyelesaian utang piutang dengan pihak kreditur. Karena takutnya pihak kreditur tidak dijadikan sebagai pemegang hak utama akibat likuidasi.
Ketentuan UUP tidak akan mendapati ketentuan yang menjelaskan tentang kedudukan dan status hukum dari perusahaan asuransi yang telah dicabut izin
usahanya oleh Menteri Keuangan. Yang ada hanya pasal yang menyatakan bahwa jika suatu perusahaan reasuransi telah dicabut izin usahanya maka Menteri
Keuangan dapat memintakan kepada pengadilan agar perusahaan reasuransi yang bersangkutan dinyatakan pailit Pasal 20 ayat 1 UUP.
Universitas Sumatera Utara
73 Ketentuan peraturan perundang-undangan tidak mencantumkan ketentuan
yang mengatur perihal status hukum dari perusahaan reasuransi yang telah dicabut izin usahanya oleh Menteri Keuangan, namun tetap saja perusahaan reasuransi
tersebut harus tunduk pada ketentuan UUP. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan pasal 20 ayat 1 UUP, dimana dalam hal telah dilakukan pencabutan
izin usaha oleh Menteri Keuangan terhadap perusahaan reasuransi maka Menteri Keuangan memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan pailit. Dengan
kata lain, pencabutan izin usaha memang perlu dilakukan oleh Menteri Keuangan guna untuk dapat mengajukan permohonan pailit dimana sebelumnya terhadap
perusahaan reasuransi yang bersangkutan telah diberikan sanksi-sanksi sesuai dengan tahapan pemberianpenjatuhan sanksi.
74
74
Benny Apririyanti dan Purwanto, Kajian Hukum Tentang Kewenangan Menteri Keuangan dalam Pengajuan Permohonan Pailit Perusahaan Asuransi Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Terhadap PT Asuransi Prisma Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Jurnal Beraja Niti Volume 2 Nomor 10,
Jakarta, 2013, hlm. 5-11.
Permohonan pernyataan pailit perusahaan asuransi tetap harus melalui mekanisme kepailitan sesuai pada Pasal 2 ayat 5 UUKPKPU dinyatakan bahwa :
Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak dibidang kepentingan
publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Hal ini dikarenakan status badan hukum perseroan terbatas dalam
likuidasi masih tetap ada, sehingga perseroan terbatas dalam likuidasi masih dapat melakukan perbuatan hukum sebagai upaya untuk membereskan kekayaan yang
berada dalam likuidasi.
Universitas Sumatera Utara
74 UUPT mengatur bahwa suatu perseroan terbatas yang mana izin usahanya
telah dicabut, maka perseroan mewajibkan melakukan likuidasi perseroan sesuai dengan peraturan perundang -undangan sebagaimana termaktub dalam Pasal 142
Ayat 1 butir F yang dinyatakan : Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perseroan yang melikuidasi dirinya sendiri ini harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dimaksud dengan
sesuai Peraturan Perundang-Undangan ialah bahwa suatu perseroan itu harus mengikuti mekanisme peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dan
perseroan juga harus melihat jangan sampai dalam hal melikuidasi atau mengajukan permohonan pernyataan pailit mengenyampingkan undang-undng
yang mengatur secara khusus serta antara satu perundang-undangan dengan perundang-undangan yang lain harus saling sinkron dan jangan saling
bertabrakan. Dengan demikian, dengan dicabutnya izin usaha perusahaan asuransi maka kreditur lain maupun perusahaan asuransi sebagai debitur mengajukan
permohonan pernyataan pailit harus melalui mekanisme UUKPKPU, yakni melalui Menteri Keuangan.
75
75
http:teddiadriansyah77.wordpress.com20131224permohonan-pernyataan-pailit- perusahaan-asuransi-yang-telah-dicabut-izin-usahanya diakses pada tanggal 25 April 2014, pukul
00:11:21 WIB
Universitas Sumatera Utara
75
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI