Dampak Stratifikasi Sosial di Bidang Ekonomi terhadap Cerai gugat

menjadi persoalan dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sang isteri menuntut suami untuk memberikan nafkah sesuai dengan apa yang diinginkannya sehingga terkadang ketika sang suami ada yang tidak mampu memberikan permintaan isterinya, persoalan yang muncul adalah percekcokan dalam rumah tangga. Sebaliknya, ada suami yang mampu memberikan nafkah namun karena kemampuannya tesebut seorang suami kadang juga berkuasa atas isterinya sehingga suami memperlakukan isterinya semaunya sendiri atau bahkan berani untuk berbuat selingkuh di belakang isterinya karena menurutnya segala sesuatu dapat diselesaikan dengan uang. Di lain kasus, sang suami atau isteri pergi merantau ke kota besar atau keluar negeri untuk mengejar starata ekonomi yang lebih tinggi dari sebelumnya, menyebabkan ia harus meninggalkan keluarganya selama bertahun-tahun. Ini pun berdampak pada persoalan rumah tangga juga dan semua fenomena tersebut berakhir pada perceraian. Hal ini terbukti dengan adanya putusan hakim tentang cerai gugat di Pengadilan Agama Cibadak Sukabumi, diantaranya adalah; 1. Putusan No. 96Pdt.G2006PA.Cbd, atas nama Rosyati binti Jijim, umur 26 tahun. Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, sebagai penggugat, dan Endang bin Basar, umur 39 tahun. Agama Islam, Pekerjaan Wiraswasta, sebagai tergugat, dengan perkara isteri menjadi TKW dan sang suami hidup berhura-hura dengan uang hasil isteri yang sering dikirim. 2. Putusan No. 100Pdt.G2006PA.Cbd, Yuniarti Gombo Binti Salihin Gombo, umur 39 tahun. Agama Islam, pekerjaan Swasta, sebagai penggugat, dan Roza Indra Bin Markis, umur 44 tahun. Agama Islam, Pekerjaan Swasta, sebagai tergugat, dengan perkara tergugat tidak terbuka dalam hal keuangan hasil kerja, tidak bertanggung jawab terhadap nafkah dan jarang pulang. 3. Putusan No. 103Pdt.G2006PA.Cbd. Lisnawati Binti Alek Dayadi, umur 29 tahun, Agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, penggugat, dan Ipan Ramdani Bin Hakim, umur 29 tahun. Agama Islam, Pekerjaan Swasta, sebagai tergugat, dengan perkara tergugat tidak bertanggung jawab terhadap nafkah lahir dan bathin. Dengan demikian setelah penulis mempelajari beberapa putusan Pengadilan Agama tentang cerai gugat, terlihat bahwa faktor ekonomi menjadi faktor dominan dalam perkara cerai gugat.

D. Analisa Putusan Cerai gugat di Pengadilan Agama Cibadak Sukabumi

Keputusan pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya sengketa atau konflik antara pihak-pihak yang menuntut pemutusan dan penyelesaian pengadilan. Putusan cerai adalah putusan konstitutif, artinya putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. 15 Perceraian di dalam Hukum Islam pada dasarnya adalah hak suami, ia dapat menggunakan talaknya itu sampai tiga kali. Namun hak tersebut tidak boleh digunakan secara sewenang-wenang. Sebagaimana peraturan perundangan Indonesia telah mengatur hal itu dalam undang-undang. 15 Retno sutantio, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1989, Cet. VI, h.110 Fakta yuridis mengenai alasan perceraian sebagaimana tesebut dalam pasal 39 ayat 2 Undang-undang Perkawinan dan penjelasannya serta pasal 19 PP No. 91975, tidak disebut mengenai taklik talak sebagai alasan perceraian, karena apa yang diatur dalam perundang-undangan telah cukup memadai dan mensejajari kebutuhan masyarakat. Apalagi jika dilihat dan dikaitkan dengan perluasan alasan “melalaikan kewajiban” sebagaimana yang diatur dalam pasal 34 ayat 3 UU No. 11974 tentang Perkawinan. Alasan yang kita miliki telah lebih dari cukup dan memang alasan perceraian telah ditetapkan oleh undang-undang secara limitatif. Di luar itu tidak ada alasan yang dapat dipergunakan. 16 Kemudian dijelaskan dalam pasal 19 PP No. 91975 jo. Pasal 39 UU No. 11974, bahwa taklik talak tidaklah termasuk dalam alasan-alasan perceraian. Namun bila kita amati dari fakta yang ada saat ini nampak jelas bahwa perkara cerai gugat dengan alasan pelanggaran terhadap perjanjian taklik talak yang diterima oleh pengadilan agama banyak sekali. Perceraian yang disebabkan adanya perselisihan yang terus-menerus dan sudah tidak dapat hidup rukun lagi, dalam hal ini hakim telah berupaya mendamaikan kedua belah pihak. Pada akhirnya alasan perceraian tetap mengacu pada bentuknya yang lamitatif sebagaimana yang diatur dalam pasal 19 PP No. 91975. 17 16 Abdul Manan, Masalah Taklik Talak dalam Perkawinan di Indonesia, Artikel Jurnal Dua Bulanan, Mimbar Hukum, No. 23 Jakarta: PT. Intermasa, h. 68 17 Imron Rosyadi, Perjanjian Perkawinan dan Kapasitasnya sebagai Alasan Perceraian: Artikel Jurnal Dua Bulanan, Mimbar Hukum, No. 24 tahun VII1996 Januari-Februari Jakarta: al Hikmah dan DITBINBAPERA, h. 63 Mengenai putusan-putusan Pengadilan Agama Cibadak Sukabumi dapat diketahui bahwa para hakim dalam memutus perkara pada umumnya mengacu pada PP No.91975 tentang pelaksanaan UU No. 11974 pasal 19 huruf f mengenai alasan terjadinya perceraian yaitu adanya perselisihan dan pertengkaran terus-menerus antara suami isteri dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Dalam rangka memperjelas analisis, penulis akan memandang putusan Pengadilan Agama No.100Pdt.G2006PA.Cbd, dari berbagai segi, sebagai berikut: 1. Segi alasan hukum dan tuntutan penggugat Yang dimaksud dengan alasan hukum ialah kaidah hukum kanun ragel van het objective recht. Apabila Penggugat dalam surat gugatannya tidak menyebut dasar gugatannya, atau secara keliru menggunakan dasar gugatan, maka Hakim dalam pertimbangannya akan mencukupkan segala alasan hukum, supaya menang kalahnya salah satu pihak menjadi terang. 18 Dalam perkara cerai gugat antara Yuniarti Gombo Binti Salihin Gombo sebagai penggugat, dan Roza Indra Bin Markis sebagai tergugat, alasan yang diberikan Penggugat adalah adanya pertengkaran dan perselisihan antara Pengugat dan Tergugat disebabkan beda prinsip serta faktor ekonomi. Alasan adanya pertengkaran dan perselisihan terus-menerus antara suami-isteri yang menyebabkan rumah tangga tidak harmonis lagi, alasan ini sudah memenuhi ketentuan pasal 19 huruf d PP No. 91975 tentang peraturan pelaksanaan dari UU No. 11974 bahwa alasan tersebut dapat diterima sebagai alasan terjadinya perceraian. 18 Rento susantio,ibid h. 104