terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan
suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah
di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.
Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia
Persero dan Bank Rakyat Indonesia Persero. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104
BPR Syariah. Semoga saja UU No.10 ini dapat membawa kesegaran baru bagi dunia
perbankan kita. Terutama bagi dunia perbankan syariah di tanah air, berdirinya bank-bank baru yang bekerja berdasarkan prinsip syariah akan
menambah semarak lembaga keuangan syariah yang telah ada disini seperti BPRS, BMT, dan Koperasi Syariah Muhamad, 2003: 22.
2.1.1. Pengertian Perbankan dengan Prinsip Syariah
Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank syariah adalah bank Islam. Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio menyebutkan defenisi
bank Islam:
Universitas Sumatera Utara
”Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata bermuamalat secara Islam” Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, 1992: 1-2.
Warkum Sumitro menyebutkan defenisi bank Islam adalah: “Bank Islam berarti yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata
cara bermuamalah secara Islam, yakni dengan mengacu kepada ketentuan- ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits Warkum Sumitro, 2002: 35.”
Di dalam operasionalisasinya bank Islam harus mengikuti dan praktek- praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah, bentuk-bentuk usaha
yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijithad para ulama yang tidak
menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sudarsono menyatakan bahwa bank syariah adalah:
“Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagang
utamanya Sudarsono, 2004: 27.”
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang dimaksud dengan bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan pengertian prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Umum UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyebutkan tentang fungsi disahkannya peraturan perbankan yang
berdasarkan prinsip syariah. Guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat
dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah, dalam Undang- Undang perbankan syariah ini diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan
syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi bank syariah maupun UUS yang merupakan bagian dari bank umum konvensional.
Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional perbankan syariah selama ini, diatur
pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir,
gharar, haram, dan zalim Ibid. Dengan diperkenankannya jenis bank berdasarkan prinsip bagi hasil,
maka dalam sistim perbankan kita saat itu di samping bank konvensional yang kita kenal selama ini, bank dapat pula memilih
kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil. Kegiatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi
masyarakat yang membutuhan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistim bunga, tetapi atas dasar prinsip bagi hasil
atau jual beli sebagaimana digariskan syari’at Islam. Juga diharapkan akan dapat saling melengkapi dengan lembaga-lembaga keuangan
lainnya yang terlebih dahulu dikenal dalam sistim perbankan kita.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu, pendirian jenis bank bagi hasil ini akan dapat memberi pelayanan kepada bagian dari masyarakat yang karena prinsip agama atau
kepercayaan tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional. Bagaimana pun juga harus diakui bahwa dalam masyarakat banyak
kelompok yang memiliki prinsip bahwa sistem bunga yang dianut oleh perbankan merupakan pelanggaran terhadap syari’at agama dan merupakan
riba yang di dalam hukum Islam merupakan perbuatan dosa atau haram, sejalan dengan itu, bank dengan prinsip bagi hasil dimaksudkan untuk
melayani segmen pasar tersebut.
2.1.2. Prinsip Perbankan Syar’iah