Sebagai lembaga usaha yang mandiri , BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut Sadrah, 2004: 29:
a Berorientasi bisnis, yakni memiliki tujuan mencari laba bersama dan
meningkatkan pemanfaatan sehala potensi ekonomi yang sebanyak- banyaknya bagi para anggota dan lingkungannya.
b Bukan merupakan lembaga social, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mengelola dana social umat seperti zakat, infak, shadaqah, hibah dan wakaf.
c Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang
melibatkan peran serta masyarakat di sekitarnya.
2.2.2. Tujuan Berdirinya BMT
BMT memiliki tujuan memberikan pelayanan dan pemberdayaan social ekonomi umat melalui kegiatan-kegiatan kongkrit :
1. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan berbasis syariah.
2. Penyediaan jasa pembiayaan, investasi dan konsumtif.
3. Sebagai Amal Zakat yang menerima dan menyalurkan ZIS.
4. Membantu pengusaha kecil muslim dalam masalah permodalan.
5. Menggeser peranan rentenir yang sangat mencekik menghisap darah.
6. Menyelamatkan tabungan umat Islam dari ancaman bunga riba, dan
sekaligus menghindarkan mereka dari perbuatan maksia kufur nikmat. 7. Tersedianya semacam koperasi syariah sebagai alternatif lembaga
keuangan ummat.
Universitas Sumatera Utara
8.Tersedianya semacam koperasi syariah sebagai alternatif lembaga mendirikan, membangun dan mengembangkan BMT merupakan wujud
nyata dari amal sholih dan merupakan pelaksanaan dakwah bil hal.
2.2.3. Peraturan dan Badan Hukum BMT.
BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan kaffah,
kekeluargaankoperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya
tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah.
Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP
Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang
Koperasi Jasa keuangan syariah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Meskipun
sebenarnya tidak terlalu sesuai karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi anggota koperasi saja, sedangkan didalam
BMT, pembiayaan yang diberikan tidak hanya kepada anggota tetapi juga untuk diluar anggota atau tidak lagi anggota jika pembiayaannya telah
selesai.
Universitas Sumatera Utara
Adapun status dan legalitas hukum, BMT dapat memperoleh status kelembagaan sebagai berikut :
a. Kelompok swadaya masyarakat yang berada di bawah pengawasan
PINBUK berdasarkan Nashkah Kerjasama YINBUK. b.
Berdasarkan Hukum Koperasi : 1.
Koperasi simpan pinjam syariah KSP Syariah. 2.
Koperasi serba usaha syariah KSU Syariah atau Koperasi Unit Desa Syariah KUD Syariah.
3. Unit Usaha Otonom dari Koperasi seperti KUD, Kopontren atau
lainnya. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan
legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah, di dalamnya mengandung keterpaduan sisi
sosial dan bisnis, dilakukan secara kekeluargaan dan kebersamaan untuk mencapai sukses kehidupan di dunia dan di akhirat.
2.2.4. Produk dan Mekanisme Operasional BMT