BAB III ELABORASI TEMA
III.1. Pengertian
Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing adalah melalui pendekatan Arsitektur Hijau Green Architecture.
Kata Green, berasal dari bahasa inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili
lingkungan dan alam. Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu
sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal
ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri. Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan
pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan
merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara
umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi arsitektur ramah
lingkungan. Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:
• Peka terhadap lingkungan.
• Konservasi energi mengkonsumsi energi seminim mungkin.
• Mengusahakan pencahayaan alami.
• Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.
• Mengusahakan penghawaan alami.
• Memakai material daur ulang atau material yang ekologis.
Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang
muncul akibat egiatan yang terjadi di kawasan proyek.
Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:
1. Konservasi energi •
Meminimalkan penggunaan energi. •
Perlindungan terhadap sumber daya alam. •
Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan rekreasi.
• Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.
• Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan
sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek.
2. Bekerja sama dengan iklim •
Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam. •
Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya. •
Pencahayaan alami pada siang hari. •
Penghawaan alami. 3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru
• Penggunaan material daur ulang.
• Penggunaan material yang dapat diperbaharui.
• Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.
• Penggunaan material yang ramah lingkungan.
4. Ramah menghargai pengguna di dalamnya •
Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang
memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan prinsip-prinsip green architecture.
5. Menghargai site •
Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.
• Interaksi bangunan terhadap site.
6. Holistik •
Seluruh prinsip-prinsip green architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.
Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses
desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibatpembangunan yang tidak
memperhatikan faktor-faktor lingkungan. Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang
bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan
yang akan dirancang. Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat
menjawab beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.
III.2. Interpretasi Tema
Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena
kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan
ketersediaan lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.
Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau
Green City. Selain itu polusi yang timbul juga menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat
tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut.
Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang
harus ramah lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan
polusi terhadap lingkungan. Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan
pembangunan kawasan perkotaan.
Green Architecture Dalam Konteks Kota Medan
Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik Restra Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi:
“Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”
Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota medan yang menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap
perencanaan dan perancangan arsitektur kotanya. Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit,
hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan,
transportasi, dan ruang terbuka hijau. Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan
Kawasan Pasar Sei Sikambing akan diterapkan konsep green architecture. Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan
berbagai cara sebagai berikut: •
Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai.
Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06PRTM2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40:60 . Hal tesebut tercantum dalam
KDH koefisien Dasar Hijau yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung diperuntukkan bagi
pertamanan penghijauan dan luas tanah perpetakan daerah perencanaan yang dikuasai.
• Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik
Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan
adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat
manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang secara otomatis akan
mengurangi dampak pemanasan global. •
Mengembangkan bangunan hijau Green Building Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai
cara sebagai berikut: -
Membuat atap Hijau Roof-Garden -
Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat
- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration,
dan sebaginya. -
Menghadirkan taman pada bangunan. -
Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan -
Melakukan penanganan limbah yang efektif -
Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air
- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.
• Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah
Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses pendaur ulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah.
III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul
Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini. Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga
limbah yang muncul, menyebabkan perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi
jual beli maka diperlukan suatu pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.
Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini mengharuskan Kota Medan memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan
dapat memanfaatkan sumber energy alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing” merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki
kondisi pasar yang ada saat ini. Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu memecahkan berbagai permasalahan lingungan,
seperti penghematan energy sampai pengolahan limbah. Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar
tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi
masyarakat menegah ke atas. Dengan adanya Pengembangan Pasar Sei Sikambing yang menerapkan
konsep green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang
maupun pembeli. Serta dapat memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.
III.4. Studi banding Tema Sejenis III.4.1.
Heping Park, Tianjin, Cina
Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China. Melukiskan pita tumbuh-tumbuhan yang melukiskan zona atap. Proyek diberi
tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan
setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih
tinggi mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang
menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran bawah.
Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan oleh ruang ruang hijau pada atap Green Roof, terlihat jelas
bagaimana bangunan juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga
pemanfaatan lahan menjadi sangat efektif.
III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo Korea Selatan
Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: Website
Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park
Sumber: Website Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai
Public Space Heping Park Sumber: Website
Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota
baru yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea.
Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian
dari bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”
Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan
memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang
juga berfungsi sebagai teras outdoor. Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial
200.000m
2
, Perkantoran 48.000m
2
, retail sebesar 200.000m
2
, serta pusat rekreasi dan sarana edukasi sebesar 200.000m
2
.
III.4.3. River Frontage Green Building Uzbekistan
Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan
Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City Sumber: Website
Gambar 3.5. Bentuk Bangunan Green Ring City Sumber: Web
hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan,
bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa. Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies.
Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu
selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar.
III.4.4. Fukuoka ACROS Jepang
Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi
Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage Sumber: Web
Gambar 3.7. Pintu Masuk River Frontage Sumber: Web
seperti sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman.
Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang
tinggi, arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama,
dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai
mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai
pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya Teras
taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.
Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi
menjadi taman untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.
Gambar 3.8. Eksterior Fukuoka ACROSS Sumber: Website
BAB IV ANALISA
IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Site