Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat

2. Pengertian Amil

Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat muzaki, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkan. Dengan kata lain amil adalah badan atau lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. 23 yang disebut amil adalah orang atau lembaga yang mendapat tugas untuk mengambil, memungut dan menerima zakat dari para muzaki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahiknya. 24 Menurut M. Yusuf Qardawi, yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat. Mulai dari para pengumpul sampai para bendahara dan para penjaganya, juga mulai dari pencatatan sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi kepada para mustahik. 25 Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan, semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat yaitu soal sensus terhadap orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya, juga besar harta yang dizakati, kemudian mengetahui para 23 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, Cet. Ke-1, h. 12-13 24 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Jakarta: Gema Insan, 1998, h. 22 25

M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat

Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadits, Terjemahan Bahasa Indonesia, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 1973, h. 545 mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya. 26 Seorang amil haruslah yang diangkat sebagai petugas oleh pemerintah. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa para ulama khususnya Abu Zahrah. Menurutnya, amil adalah mereka yang bekerja untuk mengelola zakat, menghimpun, menghitung, mencari orang-orang yang butuh mustahiqqin serta membagikan kepada mereka. 27 Dari beberapa pengertian amil di atas, penulis menyimpulkan bahwa amil adalah orang-orang yang mendapat tugas untuk mengambil, mengelola, mengembangkan dan menyalurkan dana zakat kepada orang- orang yang berhak menerimanya dhua’fa.

3. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barkatu ‘keberkahan’, al-anamaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalahu ‘keberesan’. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi pada perinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, 26 Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadits h. 546 27 M. Quraisy Sihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. e d, Ihsan Ali Fauzi, Bandung: Mizan, 1992, Cet. Ke-1, h. 326 yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, dengan persyaratan tertentu pula. 28 Zakat juga bisa didefinisikan sebagai dari harta bendakekayaan yang bernilai ekonomi baik tetap bergerak seseorang atau badan usaha yang beragama Islam yang wajib dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya untuk kemashlahatan masyarakat. 29 Definisi lain tentang zakat yaitu bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan kadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman untuk mewakili beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya, antara lain fakir dan miskin. 30 Zakat adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua kalimat syahadat. Selain perkataan zakat, Al Qur’an juga mempergunakan istilah shadaqah untuk perbuatan- perbuatan yang berkenaan dengan harta kekayaan yang dipunyai seseorang. Walau tujuannya sama, namun kedua istilah itu berbeda 28 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, Cet. Ke-1, h. 7 29 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat, Jakart: PT. Ade Cahya, 19941995, h. 171 30 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI-Press, 1988, Cet. Ke-1, h. 39 dipandang dari segi hukum. Oleh karena itu, orang mempergunakan istilah shadaqah sedekah wajib untuk zakat dan shadaqah sedekah sunnat untuk sedekah biasa. Setiap sedekah hendaklah dikeluarkan dengan perasaan ikhlas tanpa motivasi atau niat untuk dipuji atau memberi malu penerima sedekah itu. Sedekah yang diberikan motivasi atau niat untuk dipuji dan atau memberi malu penerimanya, tidak akan memperoleh pahala dari Allah SWT. 31 Selain itu, di dalam buku zakat dan wirausaha Lili Bariadi dkk dijelaskan bahwa ada istilah sedekah dan infak, sebagian ulama fiqih mengatakan bahwa sedekah wajib dinamakan zakat, sedangkan sedekah sunnah dinamakan infak. Sebagian yang lain mengatakan infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan sedekah. Penyebutan zakat dan infak dalam Al Qur-an dan As Sunnah, zakat QS. Al Baqarah: 43, shadaqah QS. At Taubah: 104, haq QS. Al an’am: 141, nafaqah QS. At Taubah: 35, al’afuw QS. Al A’raf: 199. 32 Zakat QS. Al Baqarah: 43         Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” QS. Al Baqarah: 43 33 31 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf h. 31-32 32 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Muhammad Hudri, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, Cet. Ke-1, h. 4 33 Mahmud Junus, ALQURAN. Indonesia, Tarjamah Al Quran Al Karim, Bandung: PT. AL-MA’RIF, 1988, Cet. 6, h. 8 Shadaqah QS. At Taubah: 104  ð                  Artinya: “tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?”. QS. At Taubah: 104 34 Haq QS. Al an’am: 141                                      Artinya: “dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam- macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak sama rasanya. makanlah dari buahnya yang bermacam- macam itu bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan disedekahkan kepada fakir miskin; dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. QS. Al an’am: 141 35 Nafaqah QS. At Taubah: 35                      Artinya: ”pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu”. QS. At Taubah: 35 36 34 Junus, Tarjamah Al Quran Al Karim, h. 184 35 Junus, Tarjamah Al Quran Al Karim, h. 132 36 Junus, Tarjamah Al Quran Al Karim, h. 174 Al’afuw QS. Al A’raf: 199             Artinya: “jadilah Engkau Pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. QS. Al A’raf: 199 37

D. Pemberdayaan Umat