Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oporsionalnya, Jakarta: PT. Bumi

b. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. c. Proses penelitian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. 3 Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Devinisi tersebut menerangkan langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan. 4 Menurut H.D. Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. 5 Sementara itu Ralph Tyler yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai. 6 3 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1, h. 3 4

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oporsionalnya, Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2009, Edisi 1, Cet. Ke-3 h. 1 5 H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Evaluasi Program, Bandung: Falah Production, 2000, h. 281 6 Tayibnapis Yusuf Farida, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 3 Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala bentuk program apapun baik itu dalam hal profit maupun non profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawas pada organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan monitoring dan evaluasi evaluation. 7 Monitoring atau usaha pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus agar dapat diketahui proses perkembangan kegiatan yang dilakukan. Begitu juga halnya dengan kegiatan evaluasi yang berupa penilaian program kegiatan baik dari awal hingga akhir. Dalam bidang manajemen, mengevaluasi tidak dapat dilepaskan dari rangkaian kegiatan yang bermula dari perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Oleh karena itu, dalam manajemen sebuah organisasi selalu ada sebuah unit yang dikenal dengan ME monitoring dan evaluasi. Unit tersebut bertugas memonitor dan mengevaluasi tingkat kesesuaian antara proses kegiatan dengan rencana yang dibuat dan seberapa tinggi pencapaian dari proses tersebut. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah suatu kesatuan yang saling mengisi satu dengan yang lainnya dan juga sesuatu yang wajib 7 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikaran dan Pendekatan Praktis, Jakarta: FEUI Press, Cet.Ke-3, Edisi Revisi, h. 187 dilakukan dalam suatu program atau organisasi. Maka sudah dipastikan bahwa melakukan evaluasi tidak terlepas dari pelaksanaan monitoring atau pemantauan bisa dilakukan pada proses pelaksanaan program, maka evaluasi adalah penilaian akhir pelaksanaan program. Pengertian evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program tidaklah suatu yang mutlak harus dilakukan sedemikian rupa. Melakukan evaluasi tidak harus dilaksanakan menunggu tahap akhir program, tetapi juga bisa dilakukan pertengahan program kegiatan apabila ditemukan indikasi-indikasi kejanggalan atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan dan kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan semakin lama menjadi besar dan semakin berat perbaikannya. Oleh karena itu melalui evaluasi terhadap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya. Penilaian hasil fungsinya adalah untuk membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan, meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program, penilaian hasil memerlukan perbandingan hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan. 8 Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa, evaluasi program adalah proses penilaian suatu program apakah hasil sesuai dengan 8 Elly Irawan, DKK, Pengembangan Masyarakat, Jakata: Universitas Terbuka, 1995, h. 43 rencana dan tujuan, apakah pelaksanaan program itu efektif dan efisien, serta apakah program tersebut layak diteruskan, dimodifikasi, atau bahkan dihentikan.

2. Model Evaluasi Program

Sebelum melakukan evaluasi program terlebih dahulu kita menentukan model evaluasi yang akan kita gunakan. Model evaluasi program menurut Steele 1977, mencakup lebih dari 50 jenis yang telah dan sedang digunakan dalam evaluasi program. Sebagai model berupa rancangan teoritis yang disusun para pakar, sebagaian dikembangkan dari pengalaman evaluasi di lapangan, dan sebagian lagi berupa konsep, pedoman, dan petunjuk teknis untuk menyelenggarakan evaluasi program. Model-model evaluasi program dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu: 1. Model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan 2. Model evaluasi terhadap unsur-unsur program 3. Model evaluasi terhadap jenistipe kegiatan program 4. Model evaluasi terhadap proses pelaksanaan program 5. Model evaluasi terhadap pencapaian tujuan program 6. Model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program. 9 Menurut pendapat lain, Setidaknya ada delapan model evaluasi yang dikemukakan oleh Arikunto dalam salah satu bukunya. Hanya saja dalam konteks ini, penulis akan membahas model evaluasi seperti yang 9 Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 51-52 dikemukakan oleh Peitrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil. 10 a. Evaluasi Input Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi ini, yaitu: Masyarakat peserta program, Tim atau Staff, dan Program. 1. Peserta Program, meliputi susunan keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. 2. Tim atau Staff, meliputi: aspek demokrafi staff, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staff. 3. Program, meliputi: lama waktu pelaksanaan program, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. 11 Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji: a Tujuan program b Penilaian terhadap kebutuhan komunitas c Standar dari suatu praktek yang terbaik 10 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003, h. 189 11 Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h.189 d Biaya untuk pelaksanaan program b. Evaluasi Proses Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. 12 Evaluasi ini memfokuskan pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staff. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem pemberian bantuan atau kegiatan program. Yang menjadi kata kunci dalam evaluasi proses ini adalah apa yang dilakukan dan seberapa baik itu dilakukan?, dengan kata lain apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran kegiatan program peserta program?. c. Evaluasi Hasil Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai. 13 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima masyarakat peserta program. Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah: 12 Elly Irawan, DKK, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, Cet. 1, h. 18 13 Irawan, DKK, Pengembangan Masyarakat, h. 18 1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya? 2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut? Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup: a Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran. b Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya. 14

3. Indikator Evaluasi Program

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan 14 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003, h. 160 kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan. 15 Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek suatu alat ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut dan indikator analisis suatu hal untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Adapun indikator-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevalusai suatu kegiatan, yaitu: a. Indikator ketersediaan, b. Indikator relevansi, c. indikator efesiensi, dan d. Indikator keterjangkauan. 16 1 Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga maka perlu dicek dilihat, apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada. 2 Indikator relevansi, indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang 15 Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet-1, 2005, h. 126 16 Hendera, Evaluasi Program, h. 73 ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan dimana diperlukan kompor teknologi yang bisa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan. 3 Indikator efisiensi, indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumberdaya yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah underemployment pengangguran terselubung. 4 Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah puskesmas yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat bisa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah datang ke puskesmas. Dalam skripsi ini penulis menggunakan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Variabel X Evaluasi Program a. Indikator objek untuk mengetahui karakteristik sasaran penerima kegiatan program jamaah. b. Indikator ketersediaan untuk mengetahui jumlah sasaran penerima kegiatan program jamaah dan untuk mengetahui fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program kencleng. c. Indikator keterjangkauan untuk mengetahui tempat pelaksanaan kegiatan program dengan tempat tinggal sasaran penerima kegiatan program jamaah. 2. Variabel Y Pemberdayaan Umat Dalam variabel Y ini hanya menggunakan indikator ketersediaan untuk mengetahui hasil keseluruhan dana kencleng yang terkumpul disalurkan untuk jalannya program-program LAZ Al-Madinah, yaitu program-program pemberdayaan umat seperti santunan yatim dan dhu’afa, cicilan mobil layanan peduli, bantuan iuran SPPbeasiswa anak asuh, bantuan bencana alam, sunatan massal, klinik kesehatan umat, UKM toko kitab, dan bantuan pembangunan masjid dan majlis taklim di sekitar wilayah ciledug.

4. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Program

Menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 sepuluh alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu: 1. Untuk melihat apa yang sudah dicapai 2. Melihat kemajuan, dikaikatkan dengan objek tujuan program 3. Agar tercapai manajemen yang lebih baik 4. Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program 5. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program 6. Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukup rasionalible 7. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik 8. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik 9. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan 10. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat. 17 Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam pelaksanaan program, karena: a Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak yang terkait, untuk memastikan apakah tujuan bisa dicapai. 17 Hendera, Evaluasi Program, h. 18 b Perintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan digunakan dengan baik dan sebagai bahan laporan bagi penyandang dana. c Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan proyek atau program di masa mendatang.

B. Kencleng 1. Pengertian Kencleng