dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler Hadibroto, 2005
2.5 Faktor Risiko
1. Usia penderita Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi,
ianya masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunder
terhadap perubahan hormon pada waktu usia begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri adalah kerana dokter
merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak Parker,
2007. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27 wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10 mioma yang masih bertumbuh
Prawirohardjo, 2007
2. Hormon endogen Endogenous Hormonal Mioma uteri sangat sedikit ditemuka n pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit
Parker, 2007. Awal menarke usia di bawah 10 tahun dijumpai peningkatan resiko RR 1,24 dan menarke lewat usia setelah 16 tahun menurunkan resiko
RR 0,68 untuk menderita mioma uteri.
Universitas Sumatera Utara
3.Riwayat Keluarga Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-
α a myoma-related growth factor dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai
riwayat keluarga penderita mioma uteri Parker, 2007.
4.Etnik Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai
mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-
Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun
ianya masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah kerana masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet,
atau peran faktor lingkungan. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang ValVal genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme
estrogen,catechol-O-methyltransferase COMT ditemui sebanyak 47 pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19 pada wanita kulit putih. Wanita
dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita
Afrika-Amerika lebih tinggi Parker, 2007.
5.Berat Badan Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita
mioma uteri adalah setinggi 21 untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan
Universitas Sumatera Utara
untuk wanita dengan 30 kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan
menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan
prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya Parker, 2007. Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan
insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh IMT
di atas normal, berkemungkinan 30,23 lebih sering menderita mioma uteri. Ros dkk, 1986 mendapatkan resiko mioma uteri meningkat hingga 21 untuk setiap
10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT Djuwantono, 2004 yang dikutip Muzakir, 2008.
6.Diet Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan
pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat
sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui
dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri Parker, 2007.
7. Kehamilan dan paritas Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri
menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan
ekspresi reseptor untuk peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan saiz asal melalui proses apoptosis dan
diferensiasi. Proses remodeling ini berkemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan saiz mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan pembuluh darah di
uterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum dan ini
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar. Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive 25-29
tahun memberikan perlindungan terhadap pembesaran mioma Parker, 2007.
8.Kebiasaan merokok Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa
menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh
nikotin Parker, 2007.
2.6 Patologi Anatomi