BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengelola berbagai macam sumber daya yang dimilikinya, salah satu yang
sangat penting yaitu sumber daya manusia SDM. SDM senantiasa melekat pada setiap sumber daya organisasi apapun sebagai faktor penentu keberadaan
dan peranannya dalam memberikan kontribusi ke arah pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien Yasmin Umar Assegaf, 2005: 91.
Dalam rangka pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien, organisasi membutuhkan sumber daya manusia atau karyawan dengan tingkat
loyalitas dan partisipasi yang tinggi. Tingkat loyalitas dan partisipasi yang ditinggi tersebut disebut komitmen. Haryani 2001: 34 mendefinisikan
komitmen sebagai lingkup identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas yang diekspresikan oleh seseorang terhadap organisasinya. Komitmen ini
merupakan hal yang berlaku umum, tanpa memandang umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan, gaji, status sosial, dan lain-lain. Komitmen-komitmen
yang berhubungan dengan pekerjaan telah dikemukakan dalam beberapa bentuk seperti pekerjaan, karir, profesional, organisasi, dan lain-lain.
Dalam profesi akuntan publik, supervisi merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebutkan dalam Statement on Auditing Standard SAS
Nomor 22 tentang Standar Lapangan Pertama berbunyi ”The work is to be
adequately planned supervised ”. Keberadaan akuntan pemula sebagai
pembantu akuntan publik harus diartikan sebagai satu kesatuan kerja satu tim yang tidak dapat dipisahkan. Tanggung jawab pekerjaan, walaupun hal
tersebut dilakukan atau dilaksanakan oleh akuntan pemula, tetap berada pada akuntan publik yang bertugas. Selain mempekerjakan akuntan pemula,
akuntan publik juga dimungkinkan untuk mengangkat staf ahli untuk memperlancar tugas auditnya Hadi, 2007: 187.
Akuntan pemula, sebagai pihak yang harus disupervisi di lingkungan Kantor Akuntan Publik KAP, sering mengalami ketidakpuasan kerja
dikarenakan oleh keberadaan supervisor serta pemberian bimbingan dan pengawasannya. Penyebab kurang puasnya akuntan pemula ini terutama
disebabkan oleh adanya ketidak-samaan persepsi antara akuntan pemula dengan supervisornya. Penyebab tidak puas ini antara lain: 1 kurangnya
pemberian umpan balik feedback, 2 kemampuan kurang dimanfaatkan, 3 kurangnya supervisi, 4 rendahnya kesempatan untuk berpartisipasi, 5
kurangnya pujian untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik Abercht et al., 1981. Hal-hal ini bisa menyebabkan kurangnya profesionalisme akuntan
pemula dalam melaksanakan tugas, sehingga akan berdampak pada pandangan negatif terhadap citra akuntan publik dan profesi akuntan publik di masyarakat
Hadi, 2007: 188. Tindakan supervisi wajib dilakukan oleh auditor jika dalam
penugasannya menggunakan asisten sesuai dengan Standar Pekerjaan Lapangan yang pertama SPAP, 2001. Di Amerika AECC Accounting
Education Change Commision sebagai suatu badan yang menangani
pendidikan akuntan menerbitkan Issues Statement no.4 yang ditujukan untuk meningkatkan kepuasan kerja akuntan pemula. Salah satu isinya adalah
Recommendations for Supervisors of Early Work Experience yang mendorong
pemberdayaan akuntan pemula di kantor akuntan publik melalui tindakan supervisi yang tepat dan bisa menumbuhkan motivasi intriksik sehingga
kepuasan kerja akuntan pemula meningkat Nurahma dan Indriantoro, 2000: 110.
Di dalam kenyataannya, auditor yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman mengalami tindakan supervisi yang berbeda, ini mungkin bisa
berdampak pada kepuasan kerja auditor yang dirasakan. Miller et al. 2001 melakukan studi tentang pengaruh diskusi verbal terhadap peningkatan
motivasi dan kinerja auditor dengan pengalaman sebagai variabel moderating. Responden yang berpartisipasi dalam studi ini sebanyak 157 pasangan sampel
auditor junior dan senior pada para auditor yang ada di The Big 6. Hasil studinya menunjukkan bahwa pada auditor yang kurang berpengalaman,
dengan adanya diskusi verbal dapat meningkatkan motivasi dan kinerjanya. Namun pada auditor yang sudah berpengalaman, dengan adanya diskusi
verbal malah menurunkan motivasi dan kinerja dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Pada penelitian Miller et al. tersebut,
pengalaman dipandang sebagai suatu variabel yang sifatnya kontijen dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap hubungan antara diskusi
verbal dengan peningkatan motivasi dan kinerja auditor. Sehingga variabel pengalaman dapat dikatakan sebagai variabel moderating.
Kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja yang dimiliki. Kepuasan kerja seseorang juga dipengaruhi baik dari dalam maupun
dari luar. Untuk sisi internal, tentu kepuasan kerja seseorang akan menyangkut komitmennya dalam bekerja, baik komitmen profesional maupun komitmen
organisasional. Sedangkan dari eksternal, tentu kepuasan kerja dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bekerja, baik dari atasan, bawahan, maupun
setingkat Amilin dan Rosita Dewi, 2008: 13. Penelitian mengenai komitmen dan kepuasan kerja merupakan topic
yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena masalah kepuasan kerja akan terus muncul dalam organisasi, serta masih ditemukannya perbedaan antara
beberapa hasil penelitian terdahulu, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan penelitian lanjutan, terutama dalam bidang akuntansi keperilakuan. Terdapat
perbedaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Tresnaningsih 2003 dan Panggabean 2004 mengenai pengaruh komitmen terhadap kepuasan
kerja. Hasil penelitian Tresnaningsih 2003 menyatakan bahwa 1 komitmen organisasional dan komitmen profesional berpengaruh langsung terhadap
kepuasan kerja, serta 2 komitmen organisasional dan komitmen profesional berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepuasan kerja melalui motivasi
sebagai variabel intervening. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pengaruh langsung dari komitmen organisasional dan komitmen profesional
terhadap kepuasan kerja lebih besar dari pengaruh tidak langsung komitmen
organisasional dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja melalui motivasi, sehingga pengaruh tidak langsung melalui motivasi dapat diabaikan.
Hasil penelitian Panggabean 2004 menyatakan bahwa komitmen organisasional merupakan mediator variabel dalam hubungan antara kepuasan
kerja terhadap keinginan untuk pindah kerja. Setiap perusahaan atau organisasi pada hakekatnya telah ditata struktur
dan mekanisme kerjanya sedemikian rupa, telah ditentukan jenis tugas dan hak, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja vertikal, horizontal,
dan diagonal bagi unit atau personal organisasi tersebut. Namun tidaklah otomatis menjamin organisasi tersebut dapat meningkatkan kinerjanya secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kepuasan kerja auditor. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas maka skripsi ini diberi judul “Pengaruh Tindakan Supervisi, Pengalaman Kerja, Komitmen Organisasi, dan Komitmen Profesional
terhadap Kepuasan Kerja Auditor Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta”.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tethool dan Rustiana 2003. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini menggunakan variabel tindakan supervisi, pengalaman kerja, komitmen organisasi, komitmen profesional, dan kepuasan kerja auditor.
Adapun yang menjadi pembeda antara variabel yang diteliti dari penelitian
terdahulu adalah adanya penambahan variabel penelitian, yaitu variabel komitmen organisasi dan komitmen profesional, adapun penambahan
variabel tersebut didapat dari penelitian sebelumnya juga, variabel tersebut diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan oleh Restuningdiah 2009.
Penambahan vaiabel komitmen organisasi dan komitmen profesional selain disarankan oleh penelitian terdahulu, variabel tersebut juga
merupakan bagian dari penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan di dalam organisasi. Keberhasilan dan kinerja
seseorang auditor dalam suatu pekerjaannya banyak ditentukan oleh komitmen organisasi dan komitmen profesional yang dimiliki seorang
auditor agar dapat meningkatkan tingkat kepuasan kerja yang didapat oleh auditor tersebut. Penelitian sebelumnya hanya menguji dampak interaksi
tindakan supervisi dan pengalaman kerja terhadap kepuasan kerja auditor. Sedangkan penelitian ini menguji pengaruh tindakan supervisi,
pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor junior dan
senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel auditor junior dan
senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
B. Perumusan Masalah