BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dien al-Islam merupakan hidayah Allah SWT kepada manusia melalui
Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dalam mengarungi hidup sesama manusia, serta terhadap sang Pencipta. Agama juga merupakan
pedoman yang mengendalikan tingkah laku, sikap dan tata cara hidup di tengah-tengah masyarakat. Agama merupakan serangkaian perintah Allah
tentang perbuatan dan akhlak yang dibawa oleh para Rasul untuk menjadi pedoman bagi umat manusia.
1
☺
“Katakanlah: Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. Q.S. Yusuf: 108
Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan.
2
1
Muhammad Husain Thabathaba’i, Inilah Islam Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993, h.23.
2
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, h.76.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan
aktifitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apa pun bentuk dan
coraknya.
3
Tugas dakwah menegakkan kalimatullah akan menjadi sebuah amalan yang sangat mulia. Namun buah yang agung ini baru akan terwujud jika
seseorang telah mengerti akan hakikat dakwah yang sebenarnya.
4
Hakikat dakwah adalah menyeru kepada umat manusia untuk menuju kepada jalan kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di
akhirat.
5
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
☺ ☺
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” Q.S. Ali Imran: 104
Merupakan kewajiban bagi sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang ma’ruf dan mencegah segala
kemungkaran. Dalam berdakwah memang dibutuhkan ketangguhan dan kekuatan, hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia.
3
Munzier Suparta, dan Harjani Hefni, ed, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 5.
4
Said bin Ali bin Wahf al-Qahtani, 9 Pilar Keberhasilan Da’i di Medan Dakwah, Diterjemahkan: Muzaidi Hasbullah, Solo: Pustaka Arafah, 2001, h. 11.
5
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Balai Setia, 2001, h. 11.
1
Sebab hakikat dakwah adalah membina dan mempersatukan umat manusia, serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.
6
Yakni sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:
⌧ ⌧
⌧
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” Q.S. Ali Imran: 105
Peradaban dan kebudayaan Islam di dunia modern dewasa ini telah melahirkan generasi urakan yang marah, pemberontak-pemberontak yang
tidak lagi percaya kepada peradabannya sendiri. Suasana kehidupan ilmiah juga meragukan. Serta di bidang kehidupan sosial yang biasa, krisis itu adalah
dalam dan merusakkan. Krisis di dunia dan ancaman-ancaman yang mengancam umat manusia dewasa ini adalah karena umat manusia berada
dalam krisis rohani dan kekosongan moral yang menimpa seluruh umat manusia dan kemanusiaan.
7
Krisis rohani dan kekosongan moral nampaknya terus menggelembung
menjadi gelombang arus yang terus mengikis dan mengakibatkan terjadinya erosi
pada sendi-sendi kebudayaan dan peradaban dunia Islam. Kekosongan moral, keresahan dan kelaparan spiritual mengancam manusia yang hidup
dalam peradaban modern. Ancaman kelaparan spiritual demikian tidak kalah bahayanya dari kelaparan jasmani.
Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu
muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan entertainment, kepariwisataan dan seni dalam
6
Ahmad Mudjab Mahalli, Buku Pintar Da’i, Surabaya: Duta Ilmu, 2005, h. 6.
7
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996, h. 168.
arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan
dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan
internet , dan sebagainya.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri Indonesia yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan juga mengalami kemajuan, terutama setelah
terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda yang
kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam gemuruh
kebebasan yang tak kenal batas. Sesungguhnya perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah
harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Hendaknya umat Islam tetap sadar dan waspada bahwa adanya informasi atau pemberitaan yang datangnya dari berbagai media itu tidaklah semuanya
mengandung kebaikan. Demikian pula halnya dengan perkembangan budaya dari dalam pun tidak semuanya mengandung kebaikan. Dalam keadaan yang
tidak menentu inilah kemaksiatan juga semakin meningkat seiring meningkatnya aktivitas dakwah. Mungkin saja keadaan seperti ini akan
berjalan terus hingga akhir zaman dan umat Islam tetap dituntut untuk bertanggung jawab sebagai khalifatullah fil ardhi.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Umat Islam harus berusaha
mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan
yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup
dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan mulai meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah SWT yang sangat diperlukan bagi hati
nurani setiap individu. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga
akan membuat langkah-langkah dakwah semakin tumpul tak berdaya. Dalam era globalisasi ini, di mana teknologi semakin maju dan
berkembang, maka dakwah yang dilakukan masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya dilakukan di atas mimbar saja. Berdakwah atau mengajak orang
lain menuju kebaikan saat ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan media lain, misalnya media cetak seperti; surat kabar, majalah, bulletin
maupun elektronik misalnya; televisi, internet, radio, telepon, dan handphone yang secara rutin informasinya di up date terus.
Tetapi dakwah bukanlah sekedar mengajak manusia agar mereka menerima apa yang diserukan juru dakwah, bukan pula kepintaran seseorang
berorasi di atas mimbar atau kemampuan menuangkan ide melalui tulisan. Lebih dari itu dakwah merupakan hubungan seseorang secara horizontal
dengan sesama yang bersifat saling mempengaruhi. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nahl ayat 44 yang berbunyi:
⌧
“Keterangan-keterangan mukjizat dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”Q.S. an- Nahl: 44
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Siddiq, dakwah pada
masa itu mengalami pergolakan. Karena banyak permasalahan dalam negeri yang mengancam eksistensi agama Islam. Terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Khalifah Abu Bakar Ash Siddiq. Karena sikap
keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Khalifah Abu Bakar memerangi mereka hingga mencapai
kemenangan di pihak muslimin. Dakwah Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pada masa beliau, pertama kali pasukan Islam melakukan dakwah keluar wilayah Madinah, yaitu ke seluruh kawasan Iraq,
Syam, Palestina al-Quds, Mesir dan Azerbaijan. Keikhlasan Khalifah Umar dan integritasnya yang sering disebut-sebut sebagai teladan kepada umat
karena ketegasannya, keadilannya tanpa pandang bulu dan sikapnya yang anti kolusi
dan nepotisme. Dakwah yang Khalifah Umar bin Khattab lakukan adalah dakwah yang
berlandaskan keadilan, kasih sayang, sabar, ikhlas, saling menghargai, dan sikap peduli terhadap orang lain, baik orang Islam maupun non-Islam.
Khalifah Umar sangat menyayangi rakyatnya, beliau belum bisa merasa kenyang perutnya sebelum rakyatnya kenyang dahulu untuk makan. Beliau
melakukan dakwah dengan menekankan prinsip keteladanan. Beliau tidak berani menyuruh seseorang melakukan sesuatu sebelum beliau melakukannya
dahulu. Adapun keberhasilan dakwah dapat diukur sampai sejauhmana
kemampuan masyarakat yang menjadi sasaran objek dakwah mampu melaksanakan ajaran agama serta menjauhi hal-hal yang munkar.
☺ ☺
☺ ☺
“Serulah manusia kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” Q.S. an-Nahl: 125
Dakwah pada dasarnya menyampaikan risalah Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW. Hakikat dari tujuan dakwah itu sendiri adalah usaha yang
diarahkan pada masyarakat luas untuk menyampaikan kebaikan dan mencegah
keburukan dalam menciptakan situasi yang baik sesuai dengan ajaran Islam di semua bidang kehidupan.
Dalam keadaan demikian itulah dakwah islamiyah dituntut untuk lebih berfungsi dengan metode yang sanggup menyertainya. Kekhawatiran akan
menurunnya nilai-nilai qurani dalam proses lahirnya generasi baru dalam masyarakat modern di masa mendatang sangat terasa. Budaya dan peradaban
Barat makin mendesak untuk masuk mengkontaminasi budaya dan peradaban masyarakat yang sudah ada, khususnya masyarakat Islam.
Kepentingan-kepentingan yang berimbang akan selalu bergejolak di permukaan antara kehidupan dunia dan akhirat. Menonjolnya kepentingan
duniawi akan selalu muncul di segala aspek kehidupan tidak terkecuali di bidang dakwah. Budaya meniru dan mengadopsi sistem jahiliyah terus
berkembang di kalangan masyakarat modern tanpa pertimbangan sesuai atau tidaknya sistem tersebut.
Dakwah hendaklah dikemas dengan metode yang tepat. Dakwah haruslah tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti
memecahkan masalah yang terkini dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti nyata serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut masalah
yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
8
Berhasil atau tidaknya sebuah aktivitas sangat ditentukan oleh faktor metode. Sebab dengan adanya metode dapat dikemukakan hasil yang optimal
dan maksimal.
9
8
Munzier Suparta, dan Harjani Hefni, ed, Op. Cit., h. xiii.
9
Al-Bayanuni, Al-Madkhal ila ‘ilmi Al-Da’wah, Muassash Al-Risalah, Beirut, 1991, h. 130.
Oleh karena itu, permasalahan dakwah di zaman dulu, dalam hal ini dakwah di zaman Khalifah Umar bin Khattab jika dibandingkan dengan
dakwah pada masa kita sekarang ini akan sangat menarik kiranya jika dilakukan penelitian tentang metode dakwah apa yang sesuai untuk kondisi
masa sekarang ini. Apakah masih sesuai metode dakwah yang dilakukan Umar bin Khattab terkait dengan eksistensinya sebagai Khalifah kedua diterapkan
pada masa sekarang ini atau diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi aktual. Untuk itulah penulis tertarik untuk meneliti dan
menulisnya dalam skripsi dengan judul ”Metode Dakwah Khalifah Umar Bin Khattab.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah