Al-Mau’idzatil al-Hasanah Metode Dakwah Khalifah Umar bin Khattab

metode al-Hikmah. Tetapi, ada sebagian kecil hal-hal yang tidak dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab.

2. Al-Mau’idzatil al-Hasanah

Kerja dakwah adalah kerja ”memberi rasa” pada kehidupan umat manusia dengan nilai-nilai iman dan taqwa demi kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Kerja ini tidak pernah berhenti hingga kematian menjemput, selama itu pula manusia berkewajiban menyampaikan risalah Allah SWT dan Rasulnya. 1 Bentuk Wasiat yang Mempunyai Interelasi dengan Dakwah Bentuk Wasiat Ulama Salaf Wasiat ulama salaf merupakan aspek historis dari interpretasi terhadap pesan-pesan al-Quran dan al-Hadits. Para ulama salaf menerapkan wasiat pada level yang tinggi sebagai metode dakwah mereka di waktu itu. Di antara ulama salaf itu adalah Khalifah Umar bin Khattab. “Beliau pernah berwasiat kepada Abu Ubaidah untuk menggantikan Khalid bin Walid sebagai komandan perang di Irak. Beliau berkata: “Hendaklah kamu senantiasa bertaqwa kepada Allah, Rabb yang kekal abadi sedang yang lainnya akan binasa, Dia-lah yang memberi hidayah kepada kami dan Dia-lah yang mengeluarkan kami dari kegelapan ke alam yang terang. Aku angkat engkau untuk menjadi panglima perang pasukan Khalid bin Walid, karena itu kerjakanlah sebaik mungkin semua tugasmu. Jangan kamu korbankan kaum muslimin ke tempat- tempat yang bakal membinasakan mereka, hanya demi mendapatkan ghanimah. Jangan engkau tempatkan mereka di suatu tempat yang belum kamu ketahui keamanannya, jangan kamu mengutus pasukan kecuali dalam jumlah yang besar. Jangan sampai kamu melemparkan kaum muslimin ke tempat-tempat yang bakal membinasakan mereka. Tutuplah matamu dari kesenangan duniawi dan alihkan hatimu dari merindukannya jangan sampai kamu binasa dikarenakan duniawi, sebagaimana binasanya orang-orang yang sebelumnya dikarenakannya dan aku telah menyaksikan tempat-tempat kebinasaan mereka.” 97 Dari contoh wasiat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya isi wasiat itu merupakan interpretasi dari al-Quran dan al- Hadits. Suatu hal yang terpenting di sini bahwa Khalifah Umar bin Khattab telah menerapkan wasiat dalam aktivitas dakwahnya sebagai sebuah metode dakwah. 2 Konsepsi Wasiat dalam Metode Dakwah a Esensi Wasiat dalam Dakwah Esensi wasiat dalam dakwah adalah ucapan seorang da’i berupa pesan penting dalam upaya mengarahkan taujih mad’u tentang sesuatu yang bermanfaat dan bermuatan kebaikan. Serta persoalan-persoalan yang disampaikan dalam wasiat berkaitan dengan sesuatu yang belum dan akan terjadi. Sebagai contoh: Khalifah Umar bin Khattab berwasiat kepada Sa’ad bin Abi Waqash untuk berperang melawan Pasukan Persia di Iraq: “Wahai Sa’ad, jangan kamu bangga dikarenakan kamu adalah paman Rasulullah SAW dan pernah menjadi sahabat beliau, sesungguhnya Allah tidak akan menghapus yang buruk dengan keburukan akan tetapi Dia menghapus yang buruk dengan kebaikan, sesungguhnya Allah tidak memandang kepada nasab seseorang, yang termulia di sisi-Nya adalah orang yang paling taat kepada-Nya. Semua manusia, baik yang mulia maupun yang rendah di hadapan Allah akan sama kedudukannya. Allah adalah Rabb mereka dan mereka adalah hamba-hamba Allah. Mereka berbeda-beda di dalam kesehatan dan mereka akan mendapatkan kesenangan yang dijanjikan oleh Allah hanya dengan taat kepada- 97 Muhammad Husain Haekal, Op. Cit., h. 101-102. Nya, perhatikanlah agama ini sebagaimana ketika engkau menyakitkannya di masa Rasulullah SAW. Serta peganglah teguh agama ini, sebab ia adalah pangkal kebahagiaan. Sedikit pun jangan kamu remehkan amanah ini agar kamu tidak menjadi orang- orang yang rugi.” 98 b Kapan Wasiat diberikan Kepada Mad’u Wasiat merupakan pesan penting seorang da’i kepada mad’u, maka perlu dicari saat yang tepat dalam memberikan wasiat. Wasiat diberikan da’i pada tahap pembentukan dan pembinaan setelah dakwah diterima dan dipahami mad’u. sebagai contoh: “Khalifah Umar bin Khattab berpesan sewaktu pasukan muslimin sedang bersiap-siap berangkat berperang, beliau berkata kepada Abu Ubaid: “Dengarkanlah dari sahabat-sahabat Nabi SAW dan ajaklah mereka bersama-bersama dalam hal ini. Janganlah cepat-cepat berijtihad sebelum anda teliti benar-benar. Ini adalah perang, dan yang cocok untuk perang hanya orang yang tenang, pandai melihat kesempatan dan pandai pula mengelak.” 99 Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab dalam memberi wasiat kepada Abu Ubaid di waktu yang tepat. Karena Khalifah Umar memberi gambaran yang tepat situasi yang mungkin akan terjadi pada pasukannya. Oleh karena itu, beliau berpesan agar selalu menjaga kebersamaan pada para sahabat yang ikut berperang. Dia tidak boleh mengambil keputusan sendiri dalam menentukan strategi perang. c Materi Wasiat Materi wasiat yang diberikan kepada mad’u objek dakwah adalah materi wasiat yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits. 98 M. Yusuf al-Kandahlawy, Kehidupan Para Sahabat Rasulullah SAW Jilid 2, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993 hal. 141. 99 Muhammad Husain Haekal, Op. Cit., h. 100. Materi secara umum adalah materi yang berupaya menggiring mad’u menuju ketaqwaan. Sebagai contoh: “Khalifah Umar bin Khattab adalah sosok yang banyak bertanya tentang taqwa. Pada suatu ketika beliau memanggil Ubay bin Ka’ab dan berkata kepadanya, “Beritahukanlah kepadaku tentang taqwa.” Ubay lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sekirannya engkau berjalan di sebuah kebun yang banyak durinya, apa yang akan engkau lakukan?” Umar menjawab, “Aku akan melewatinya dengan hati-hati dan berusaha dengan sungguh- sungguh.” Ubay lalu berkata lagi, “Begitulah taqwa. Engkau melewatinya untuk menaati Allah SWT dan bersungguh-sungguh untuk tidak berbuat maksiat kepada-Nya.” 100 d Efek Wasiat Bagi Mad’u Wasiat adalah salah satu model pesan dalam perspektif komunikasi, maka seorang da’i harus mampu memenej pesan management impression mad’u pasca penerimaan seruan dakwahnya. Sehingga wasiat yang diberikan mampu mempunyai efek positif bagi mad’u. Dari uraian panjang di atas tentang metode dakwah al-Mauidzatil Hasanah yang berkaitan dengan dakwah Khalifah Umar bin Khattab. Di atas tampak bahwa metode al-Mauidzatil Hasanah butir terakhir, yaitu kisah tidak dimasukkan oleh penulis dikarenakan penulis tidak menemukan sumber bahwa Khalifah Umar melakukan hal tersebut. Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak hal-hal yang dilakukan khalifah Umar sesuai dengan bagian-bagian yang ada dalam metode al-Mauidzatil Hasanah. Tetapi, ada sebagian kecil hal-hal yang tidak dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. 100 Amru Khalid, Ibid., h. 138.

B. Relevansi Metode Dakwah Khalifah Umar bin Khattab pada Masa