Deskripsi Teoritis KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
9
Menurut Woodworth yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, membagi motif-motif menjadi dua bagian, unlearned motives motif-motif
pokok yang tidak dipelajari dan learned motives motif-motif yang dipelajari. Motif yang tidak dipelajari adalah motif yang pokok
yang disebut drive dorongan adapun yang termaksud kedalam underned motives adalah motif-motif yang kemunculannya
disebabkan oleh kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam tubuh, seperti: lapar, haus, sakit, dan sebagainya.
13
Woodworth menggolongkan motif-motif menjadi 3 macam, yaitu: 1.
Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh bagian dalam. Seperti: makan, minum,
kebutuhan bergerak, istirahat, dan lain-lain. 2.
Motif-motif darurat, yang mencakup: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan membalas, dorongan untuk
berusaha, dorongan untuk mengejar, dan dorongan lainnya. 3.
Motif-motif obyektif, yaitu motif yang diarahkan atau ditunjukan kepada suatu obyek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini
timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.
14
Menurut Alisuf Sabri, motif dapat dibedakan menjadi 2 macam,yaitu:
1. Motif Intrinsik ialah motif yang timbul dari dalam diri seseorang
atau motif yang erat hubungannya dengan tujuan belajar misalnya: ingin memperoleh pengetahuan, ingin memahami suatu
konsep, ingin memperoleh kemampuan, dan sebagainya.
2. Motif Ekstrinsik, yaitu motif yang datangnya dari luar diri
individu atau motivasi ini tidak ada kaitanya dengan tujuan belajar, seperti: belajar karena takut kepada guru, ingin
memperoleh nilai tinggi, ingin mendapat pujian, ingin mendapat penghargaan yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan
tujuan belajar yang dilaksanakan.
15
Menurut Sumadi Suryabrata motif dibedakan atas dua macam, yaitu: 1. Motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi
tanpa dipelajari, seperti: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum dan lain-lain.
2. Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti: dorongan untuk belajar suatu cabang
ilmu pengetahuan.
16
13
Ibid., h.62.
14
Ibid., h. 64.
15
Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,1995, h. 85
16
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet ke-7. h. 72.
10
Jadi motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang bersifat jasmaniah, dan motivasi yang bersifat sosial, namun ada pula yang
menggolongkan motivasi bersifat tiga macam yaitu: kebutuhan- kebutuhan organis, motif-motif darurat dan motif-motif obyektif.
Adapula yang membaginya menjadi dua macam, yaitu: motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya motivasi itu sangat bervariasi karena bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan
motivasi itu ada yang dirangsang oleh faktor dari luar dan ada pula yang memang sudah ada dalam diri seseorang itu sendiri.
2. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil product
menunjukkan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan yang menjadi hasil belajar
Menurut Alisuf Sabri; Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
17
Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan
dalam aspek kemampuan berfikir cognitive, pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kamampuan merasakan
afective, sedang belajar psikomotrik memberikan hasil belajar berupa pengetahuan.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sardiman A.M. hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima
pengalaman belajarnya. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari:
17
Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan Jakarta: Cv Pedoman Ilmu Jaya 2007,cet 3.h.55
11
1. Ranah kognitif yang berkenan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari aspek, yaitu: a
Pengetahuan atau ingatan. b
Pemahaman. c
Aplikasi. d
Analisis. e
Sintesis. f
Evaluasi. 2. Ranah efektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yaitu: a
Penerimaan. b
Jawaban. c
Penilaian. d
Organisasi. e
Karakterisasi. 3. Ranah psikomotorik yang berkenaan dengan
a Initiatory level.
b Pre-routine level.
c Rountinized leve.l
18
Jadi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor dan juga merupakan
wujud perubahan perilaku yang terjadi atas suatu obyek tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.
Dari dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan
perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu
didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
b. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa
itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu
yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan belajar siswa.
18
Sardiman A.M. InteraksiMotivasi Belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 h. 23-24.
12
Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang
belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber
dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor eksternal.
1
Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain: usia, kematangan kesehatan. Sedangkan
yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan,
suasana hati, minat, dan kebiasaan belajar.
2 Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni, faktor manusia human dan faktor, seperti alam, hewan dan lingkungan fisik.
19
Sedangkan menurut Drs. H. Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetyo merumuskan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah: 1
Faktor raw input Faktor murid anak itu sendiri, dimana anak memiliki kondisi yang berbeda dalam:
a Kondisi Fisiologis
b Kondisi Psikologis
2 Faktor environtmental input faktor lingkungan, baik itu lingkungan
alam maupun lingkungan sosial. 3
Faktor Instrumental input yang didalamnya, antara lain: a
Kurikulum. b
Program atau bahan pengajaran. c
Sarana dan fasilitas. d
Guru atau tenaga pengajar.
20
19
Suharsimi Arikunto. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rieneka Cipta, 1990 cet ke-1, h.21.
20
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997, Cet. ke-5, h. 103
13
Maka secara keseluruhan dari faktor-faktor yang disebutkan di atas sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lain.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1 Faktor-faktor stimulus belajar.
2 Faktor-faktor metode belajar.
3 Faktor-faktor individual.
Berikut ini diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor tersebut.
1 Faktor-faktor Stimulus Belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar disini yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.
Stimulus dalam hal ini, mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar.
a Panjangnya Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan individu
tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor-faktor kelelahan serta
kejemuan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.
21
b Kesulitan Bahan Pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit sesuatu
bahan pelajaran, semakin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran semakin cepatlah
orang mempelajarinya.
21
Abu A hmadi,Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta 1990, h.132.
14
c Berartinya Bahan Pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa
penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari
diwaktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar,
karena individu dapat mengenalnya.
22
d Berat Ringannya Tugas
Mengenai berat ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas-tugas
yang terlalu ringan atau mudah adalah bahan mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar
membuat individu kapok jera untuk belajar. e
Suasana Lingkungan Eksternal Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara
lain: Cuaca Suhu udara, mendung, waktu pagi, siang, sore, kondisi tempat kebersihan, letak sekolah, penerangan berlampu,
bersinar matahari,
dan sebagainya.
Faktor-faktor ini
mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktifitas belajarnya, sebab
individu yang
belajar adalah
interaksi dengan
lingkungannya.
23
2 Faktor-faktor Metode Belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar. Dengan perkataan lain,
metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut ha-hal
berikut ini:
22
Abu Ahmadi,Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta, 1990 h.132.
23
Ibid., h.133
15
a Kegiatan Berlatih atau Praktek
b Overlearning dan Drill.
Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti misalnya menghafal atau mengingat, maka overlearning sangat diperlukan.
Overlearning dilakukan untuk mengurangi ketidak ingatan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari.
24
c Resitasi Selama Belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk mengingat kemampuan membaca itu sendiri,
maupun untuk menghafalkan bahan pelajaran. d
Pengenalan Tentang Hasil-hasil Belajar Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya
adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah di capai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
25
e Belajar dengan Keseluruhan dan Dengan Bagian-bagian
Belajar mulai dari keseluruhan kebagian-bagian lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini
dapat dimaklumi, karena dengan mulai dari keseluruhan individu menentukan set yang tepat untuk belajar.
f Penggunaan Modalitas Indra
Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi
yang penting dalam belajar, yaitu: oral, visual, dan kinestetik. g
Bimbingan Dalam Belajar Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang
lain cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Bimbingan
24
Abu Ahmadi ,Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta, 1990 h.134
25
Ibid., h.135
16
dapat diberikan dalam batas-batasan yang diperlukan oleh individu.
26
3 Faktor-faktor Individual
Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual itu menyangkut
hal-hal berikut:
a Kematangan.
b Faktor usia kronologis.
c Faktor perbedaan jenis kelamin.
d Pengalaman sebelumnya.
e Kapasitas mental.
f Kondisi kesehatan jasmani.
g Kondisi kesehatan rohani.
h Motivasi.
27
Jadi, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua jenis yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar
faktor internal dan yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar faktor eksternal.
Maka dapat disimpulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara
keseluruhannya sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainya.
c. Sasaran atau Obyek Penilaian Hasil Belajar
Langkah pertama yang ditempuh guru dalam mengadakan penilaian adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau obyek penilaian.
Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasi.
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yaitu:
26
Abu Ahmadi,Widodo Supriyono. Psikologi Belajar.Jakarta: Renika Cipta, 1990, h.136
27
Ibid., h.139.
17
1. Segi tingkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat,
perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar. .
2. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pengajaran yang
diberikan guru dalam proses belajar mengajar. 3.
Segi yang menyangkut proses belajar dan mengajar. Proses tersebut perlu diadakan penilaian sacara obyektif dari guru, sebab baik
tidaknya belajar dan mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar siswa.
28
Hasil belajar sebagai obyek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional. Hasil belajar
sebagai obyek penelitian dapat dibedakan kedalam berbagai kategori antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita-cita. Maka dapat disimpulkan bahwasannya dalam mengadakan penelitian
ada tiga sasaran yang harus diperhatikan diantaranya, segi tingkah laku, segi isi materi dan segi yang menyangkut belajar dan mengajar. Ketiga
sasaran pokok di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi, tapi juga harus menilai segi
perubahan tingkah laku dan proses belajar mengajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran diatas maka seorang guru akan mudah
menetapkan alat evaluasinya. d.
Jenis dan Alat Penilaian Hasil Belajar Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes . 1
Tes Menurut Amir dan Indrakusuma, yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto, tes adalah: “Suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
28
Nana Sudjana. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, 1989, h. 113
18
yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat atau cepat.”
29
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu:
a Tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perilaku yang tepat.
b Tes formatif, yaitu dari kata “form” yang merupakan dasar dari
istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu.
c Tes sumatif, yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhir
pemberian kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman sekolah, tes formatif disamakan dengan
ulangan harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir semester.
30
2 Non Tes
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi, seperti menilai aspek sikap, minat,
karakteristik, dan lain-lain. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain: a
Observasi, yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu tertentu.
b Wawancara, yakni komunikasi langsung antara yang
mewawancarai dan yang diwawancarai. c
Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya.
d Rating scale skala penilaian, merupakan salah satu alat penilaian
yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang
29
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, h.32
30
Suharsimi Arikunto., Op Cit. h.33
19
negatif sampai yang positif, sehingga si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja.
e Check list, hampir menyerupai rating scale hanya saja pada cek list
tidak perlu disusun kriteria atau skala dari yang negatif sampai yang positif, cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban
yang akan kita minta dari yang dievaluasi. f
Inventory, yaitu daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju atau tidak setuju.
31
Maka dapat disimpulkan, kedua jenis alat penilaian tersebut sangat baik digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, dan
hendaknya para guru dapat menempatkan penggunaan alat penilaian ini dengan tepat agar dapat memperolah data yang akurat dan obyektif
dalam menilai hasil belajar para siswanya. e.
Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar Penilaian atau evaluasi adalah salah satu cara yang sistematik dalam
menganalisa suatu pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu dapat memperoleh hasil yang memuaskan dengan
mempergunakan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan penilaian di antaranya tes dan non tes.
32
Adapun fungsi penilaian itu sendiri dapat dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut :
1 Penentuan kelemahan atau kekuatan serta kesanggupan murid dalam
memiliki atau menguasai materi yang telah diterima dalam proses belajar mengajar.
2 Penentuan-penetuan yang perlu direvisi atau diperbaiki, umpamanya:
metode, materi, alat, tujuan dan sebagainya. 3
Penentuan kelemahan atau kekuatan guru dalam melaksanakan program belajar mengajar.
31
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006,h.27.
32
Dedeh Sukarsih dan Kadarsah. Beberapa Jenis Penelitian yang Dilaksanakan Oleh Guru di Sekolah. Jakarta: CV. Indra Jaya, 1986, Cet. ke-4, h. 11.
20
4 Menyediakan bahan untuk membimbing pertumbuhan dan
perkermbangan murid secara individual atau kelompok. 5
Untuk mengetahui seberapa jauh dasar-dasar yang telah dikuasai murid.
6 Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, dan tingkat kecerdasan
murid. 7
Untuk mengetahui kehidupan standing anak dalam kelompok. 8
Sebagai seleksi dikalangan siswa. 9
Untuk memberi motivasi belajar terhadap anak. 10
Hasil penilaian dapat berupa petunjuk bagi guru, apakah metode dan bahan pelajaran yang diberikannya sudah cukup baik atau tidak.
11 Hasil evaluasi dapat memberikan motovasi belajar terhadap anak-
anak. 12
Dengan hasil penelitian, guru dapat memberikan saran-saran kepada anak dan orangtua, jalan atau cara yang baik dalam belajar dan bekerja
selanjutnya.
33
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya penilaian yang dilakukan oleh para guru dalam proses blajar mengajar akan
memberikan pengaruh positif bagi siswa, guru, maupun orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik lagi.
Adapun tujuan penilaian secara umum antara lain : 1
Merangsang aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. 2
Sebagai umpan balik program atau kurikulum pendidikan pengajaran yang bersangkutan.
3 Memberikan bimbingan yang sesuai kepada masing-masing individu.
4 Memberikan laporan tentang kemajuan atau perkembangan murid
pada orang tua serta lembaga yang dimaksud. 5
Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode yang digunakan.
33
Dede Sutarsih-Kadarsah. Beberapa Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru di Sekolah. Jakarta CV Indra jaya 1984, h. 13.
21
6 Untuk mengetahui hasil kemajuan yang telah dicapai dalam suatu
kegiatan yang akan dipergunakan untuk rencana berikutnya”
34
Dengan demikian, ternyata banyak sekali manfaat tujuan diadakannya penilain hasil belajar siswa, yang mempunyai nilai guna
yang cukup tinggi dalam rangka menciptakan hasil belajar siswa yang maksimal dan menyempurnakan segala kekurangan yang mungkin masih
didapati dalam proses belajar mangajar. 3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama diartikan sebagai usaha untuk mempertkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dan bermasyarakat. Menurut Alisuf Sabri pengertian pendidikan agama islam yaitu:
“Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional
”
35
Menurut Ahmadi D.Marimba yang dikutip oleh Alisuf Sabri “Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-
hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran islam”
36
Menurut Zakiyah Drajat pendidikan agama lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan sesuai dengan petunjuk agam islam.
34
Ibid., h.12
35
Alisuf Sabri. Pengantar ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN JKT Pres; 2005, h.149
36
Ibid., h.150
22
Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas, bahwa pendidikan Agama Islam adalah: Pendidikan yang mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia melalui bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam.
Maka dapat disimpulkan pendidikan agama islam adalah: suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mempengaruhi siswa dalam rangka
pembentukan manusia yang beragama supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam yaitu hidup dengan sempurna budi pekertinya,
teratur pikirannya, halus bahasanya, manis tutur katanya.
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu itu dapat tegak kokoh berdiri. Dimana dalam suatu bangunan dasar bagian
yang sangat fundamental sebagai landasan agar bangunan tersebut tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan dalam pendidikan islam
yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa
idiologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.
Dasar pendidikan Islam di Indonesia secara garis besar ada 3 tiga yaitu: Al-
Qur’an, al-Sunnah, dan perundang-undangan yang berlaku di
negara kita.
1 Al-Qur’an
Di dalam Alqur’an banyak terdapat ajaran yang berisi prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Qs Al-Alaq 1-5,
1. B
a c
a l
a
23
h dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4.
Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam 5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 2
As-Sunnah Sunnahhadist
Rasulullah SAW
yang berkaitan
dengan pendidikan adalah: Dalam kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al
Imam An Nawawi menyebutkan hadits nabi shallalahu’alaihi wasallam,
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla
llahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.” H.R Muslim Hadits di atas menyadarkan ummat manusia untuk mencari ilmu
yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat serta mewariskannya kepada generasi berikutnya terutama kepada anak-
anaknya sendiri. Dengan bermodalkan ilmu yang bermanfaat itu, seseorang dapat meraih ketiga
–tiganya; yaitu dapat menjadikan anaknya putra yang shaleh dan melalui mengajar orang mendapat rizki
yang akan dijadikan amal jariah. 3
Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia a
UUD 45 pasal 31 ayat 1, dan 2. Ayat 1:
Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ayat 2:
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. PP NO 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar.
24
BAB II Fungsi dan Tujuan Pasal 2 ayat 1, dan 2.
37
2. PP NO 55 Tahun 2007 tentang pendidika agama dan pendidikan
keagamaan. BAB II Pendidikan Agama Pasal 2 ayat 1, dan 2.
38
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah: Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani
dan rohani kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
39
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam, yaitu: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban manusia yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
40
Jadi dapat disimpukan fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk menanam tumbuhkan rasa keimanan dan kebiasanya melakukan ibadah
saleh dan semangat mengelolah alam sekitar. e.
Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam Terdapat 3 aspek dalam pengajaran agama islam, yaitu :
1 Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
Hubungan manusia dengan Allah SWT. Merupakan hubungan vertikal menegak antara mahluk dengan kholik. Hubungan manusia
dengan Allah SWT. Menempati prioritas pertama dalam pengajaran agama islam.
37
BP. Cipta Jaya. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2008. Jakarta. 2008 h. 2
38
Ibid. h. 59
39
Alisuf Sabri. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta, 2005, h.112
40
Ibid., h.112
25
Ruang lingkup program pengajarannya, meliputi segi iman, islam dan ihsan: keimanan dengan pokok-pokok rukun iman, keislaman
dengan pokok-pokok islam dan keihsanan sebagai hasil perpaduan iman dan islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebajikan.
2 Hubungan Manusia dengan Sesamanya.
Hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal mendatar antara manusia dengan manusia dalam suatu
kehidupan bermasyarakat, dan menempati prioritas kedua dalam ajaran agama islam.
Ruang lingkup pengajarannya, berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia yang satu dengan manusia yang laian dalam
kehidupan bermasyarakat, dan mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan sesama manusia.
41
3 Hubungan Manusia dengan Alam
Agama islam banyak mengajarkan kepada kita tentang alam sekitar, menyuruh manusia sebagai khalifah dibumi untuk mengelolah
dan memanpaatkan alam yang telah di anugrahkan Tuhan. Ruang lingkup pengajarannya, berkisar pada mengenal,
memahami dan mencintai alam, sehingga memiliki berbagai keterampilan untuk memelihara, mengolah dan memanfaatkan alam
sekitar serta mampu mensyukuri segala nikmat Allah SWT.
42
Jadi dapat disimpulkan aspek-aspek pendidikan agama islam meliputi keserasian, keseleraan, dan keseimbangan antara manusia
dengan sesamanya, hubungan manusia dengan alam. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya dalam melaksanakan
pendidikan agama, perlu diperhatikan adanya fakto-faktor pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan agama, karena
antara faktor yang satu dengan faktor yang lain sangat berhubungan erat.
41
Ibid., hlm 176
42
Ibid., hlm 177
26