Analisis Penerapan Total Quality Management Dalam Peningkatan Efisiensi Biaya Kualitas Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA KUALITAS PADA
PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE
OLEH :
Nama : ISABELLA ILLONY BANGUN NIM : 060503151
Departemen : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
Universitas Sumatera Utara Medan
2010 PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Total Quality Management Dalam Peningkatan Efisiensi Biaya Kualitas Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasisiwa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, September 2009
Isabella Illony Bangun 060503151
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus, atas kasih dan anugrahNya yang diberikan bagi penulis sehinga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Total Quality Management Dalam Peningkatan Efisiensi Biaya Kualitas Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate”.
Pada penulisan skripsi ini hingga sampai selesai, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
(4)
4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji II atas saran-sarannya.
5. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara untuk bantuan dan jasa-jasa yang diberikan selama masa perkuliahan
6. Keluargaku terkasih, Bapak dan Mamak ( C. Bangun & A. br Ginting), yang
dengan sabar membesarkan dan membimbing penulis, adik-adikku sayang (Evren, Tasia dan Theofenny). Terimakasih buat doa, dukungan, kasih sayang, dan motivasi yang selalu ada untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, September 2010 Penulis
Isabella Illony Bangun (060503151)
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Total Quality Management dalam peningkatan efisiensi Biaya Kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate berlokasi di Dolok Merangir, Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap 116 responden sebagai sampel penelitian dimana variabel independen adalah Total Quality Management (TQM) dan variabel dependennya adalah Biaya Kualitas. Penelitian ini menggunakan regresi linear untuk melihat besarnya kontribusi variabel Independen (TQM) terhadap variabel Dependen (Biaya Kualitas)
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa Total Quality Management memiliki hubungan yang signifikan terhadap Biaya Kualitas. Hasil regresi linear menunjukkan bahwa penerapan TQM berpengaruh terhadap efisiensi biaya kualitas.
(6)
ABSTRACT
This study aims to determine how to influence the implementation of Total Quality Management in Quality Cost efficiency improvement in PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate. PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate located in Dolok Merangir, Kab. Simalungun, North Sumatra. Data was collected by giving questionnaire.
Methods of data analysis used is descriptive analysis method and quantitative analysis. Research conducted on 116 respondents in the sample study where the independent variable is Total Quality Management (TQM) and the dependent variable is the cost of Quality. This study used the linear regression to see the huge contribution of independent variables (TQM) to dependent variables (Quality Cost).
The results of this study show that the Total Quality Management has a significant relationship of quality costs. Linear regression results indicate that the application of TQM affect the quality of cost efficiency.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK... ... iv
ABSTRACT... ... v
DAFTAR ISI... ... vi
DAFTAR TABEL... ... ix
(8)
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. ...Latar Belakang Masalah
... ... 1 B. ... Perumusan Masalah
... ... 5 C. ... Tujuan Penelitian
... ... 5
D. Manfaat
Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Biaya
Kualitas... 7
2. Total
Quality Management... 13
3. Hubungan Total Quality Management
Terhadap Biaya Kualitas... 24
B. Tinjauan
Penelitian Terdahulu... 26
(9)
Hipotesis Penelitian... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain
Penelitian... 29
B. Jenis dan
Sumber Data... 29
C. Populasi
dan Sampel Penelitian... 30
D. Teknik
Pengumpulan Data... 31
E. Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel... 31
F. Uji
Validitas dan Reliabilitas... 33
G. Metode
Analisis Data... 35
H. Lokasi
dan Jadwal Penelitian... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
I. Data Penelitian
(10)
1. Sejarah Perusahaan... 39
2. Hasil
Produksi... 42
B. Deskrips
i Hasil Penelitian... 43
1. Deskrips
i responden... 43
2. Deskrips
i variabel... 44
II. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji
Validitas dan Reliabilitas... 45
2. Uji
Asumsi Klasik... 48
3. Analisis
Regresi... 52
4. Pengujia
n Hipotesis... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
(11)
B. Saran... ... 59
DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN
(12)
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 27
Tabel 3.1 Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel 33
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik TQM 44
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Biaya Kualitas 45
Tabel 4.3 Uji Validitas 46
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas TQM 47
Tabel 4.5 Uji Reliabilitas Biaya Kualitas 47
Tabel 4.6 One Sample Kolmogorov-Smirnov T est 50
Tabel 4.7 Hasil Regresi 52
Tabel 4.8 ANOVA 54
(13)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1 Siklus Deming 19
Gambar 2.2 Tujuan Perbaikan Kualitas 23
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual 28
Gambar 4.1 The Bridgestone Way 41
Gambar 4.2 Histogram 49
Gambar 4.3 Normal P-Plot of Regression
standardized Residual 49
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Surat Izin Riset
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Skor Tabulasi Variabel
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data
(15)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Total Quality Management dalam peningkatan efisiensi Biaya Kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate berlokasi di Dolok Merangir, Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap 116 responden sebagai sampel penelitian dimana variabel independen adalah Total Quality Management (TQM) dan variabel dependennya adalah Biaya Kualitas. Penelitian ini menggunakan regresi linear untuk melihat besarnya kontribusi variabel Independen (TQM) terhadap variabel Dependen (Biaya Kualitas)
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa Total Quality Management memiliki hubungan yang signifikan terhadap Biaya Kualitas. Hasil regresi linear menunjukkan bahwa penerapan TQM berpengaruh terhadap efisiensi biaya kualitas.
(16)
ABSTRACT
This study aims to determine how to influence the implementation of Total Quality Management in Quality Cost efficiency improvement in PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate. PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate located in Dolok Merangir, Kab. Simalungun, North Sumatra. Data was collected by giving questionnaire.
Methods of data analysis used is descriptive analysis method and quantitative analysis. Research conducted on 116 respondents in the sample study where the independent variable is Total Quality Management (TQM) and the dependent variable is the cost of Quality. This study used the linear regression to see the huge contribution of independent variables (TQM) to dependent variables (Quality Cost).
The results of this study show that the Total Quality Management has a significant relationship of quality costs. Linear regression results indicate that the application of TQM affect the quality of cost efficiency.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membawa pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian di Indonesia maupun di dunia. Para pelaku bisnis nasional perlu menyadari bahwa dalam situasi persaingan yang sangat ketat ini, mutlak diperlukan strategi yang handal agar produknya memiliki keunggulan. Setiap pebisnis bebas menawarkan produk dengan berbagai cara, antara lain lewat harga yang kompetitif, diferensiasi produk serta kualitas yang baik.
Kualitas menjadi salah satu syarat utama bagi kesuksesan bisnis. Kompetisi global memberikan pilihan kepada konsumen dan mereka semakin sadar biaya dan sadar nilai, dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Dengan meningkatnya kepekaan konsumen terhadap kualitas produk disertai dengan meningkatnya jumlah produk dan jasa, maka daya saing dan daya tahan setiap usaha
(18)
tidak lagi ditentukan oleh rendahnya biaya yang dikorbankan, tetapi juga ditentukan oleh nilai tambah produk melalui peningkatan kualitas dengan pelayanan yang terbaik. Hal inilah yang mendasari pemikiran akan perlunya suatu sistem manajemen terpadu seperti Total Quality Management (TQM) agar dapat menghasilkan berbagai produk yang berkualitas tinggi. Kualitas produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen.
Total Quality Management merupakan suatu konsep manajemen modern
yang berusaha untuk merespon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal. Total Quality Management juga merupakan tantangan terhadap teori manajemen tradisional. Pendekatan tradisional menekankan tujuan perusahaan pada usaha memaksimumkan laba, sedangkan Total Quality Management lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan memasok barang dan jasa yang memiliki kualitas sebaik mungkin.
Total Quality Management memberikan landasan bagi manajemen
kualitas dan merupakan suatu alternatif dalam menjamin kepuasan pelanggan. Total
Quality Management memberikan suatu struktur (kerangka) dan alat bagi manajemen
kualitas sehingga pada keseluruhan operasi terdapat upaya yang berkelanjutan yang memusatkan perhatian pada kelompok bidang kualitas. Konsep kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan secara terpadu bersamaan dengan biaya kualitas yang rasional harus dibentuk sebagai salah satu tujuan implementasi dan
(19)
perencanaan bisnis dan produk yang primer dan pengukuran prestasi dari pemasaran, perekayasaan, produksi, hubungan industrial, dan fungsi pelayanan dari perusahaan.
Prinsip Total Quality Management dalam pencapaian tujuannya adalah melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus sehingga perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu jalur pasar, yakni perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh semakin besar. Sedangkan jalur kedua yaitu jalur biaya, yakni perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang dan dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.
Penerapan Total Quality Management sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas yang dimaksud lebih terfokus pada karakteristik produk, melibatkan pelanggan dan pemasok dimana masukan dari para pelanggan terhadap produk didefinisikan pada produk dan selalu dievaluasi untuk meningkatkan performa produk. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dari manajemen yang mana berdasarkan aktifitas itu, dapat diukur ciri-ciri kualitas produk dan membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan tertentu, serta mengambil tindakan penyesuaian jika terjadi perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar yang telah ditentukan.
(20)
Dengan pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan proses produksi dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan pula proses yang baik sejak awal akan menghasilkan produk yang baik, sehingga proses produksi harus stabil dan dalam batas-batas kontrol agar sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Nasution (2005:178) mengatakan bahwa peningkatan kualitas berbanding lurus dengan peningkatan biaya, sehingga ketika manajemen memutuskan untuk meningkatkan kualitas, secara otomatis biaya akan meningkat. Pandangan ini dianggap keliru oleh para pioner kualitas karena dalam paradigma baru dikatakan bahwa kualitas tidak memerlukan biaya (quality has no cost). Dalam prakteknya, ketika pada saat produk dihasilkan dan ternyata masih ada barang yang cacat atau rusak maka kerusakan itu akan menjadi pemborosan bagi perusahaan karena dibutuhkan biaya perbaikan atau malah dibuang sia-sia. Tapi, ketika peningkatan kualitas dan “maintenance” terhadap kualitas tersebut senantiasa dijaga, maka pemborosan tersebut justru dapat dihindari.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi pengolahan Cup Lump dan Lateks menjadi Crumb Rubber. Crumb Rubber yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh SIR (Standard Indonesian Rubber). Crumb Rubber tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian jenis, seperti: SIR 20 TA-62, SIR 20 VK TA-77, SIR3 WF TA – 01. Bahan baku Cup Lump dan Latex yang digunakan merupakan bahan baku
(21)
berkualitas tinggi yang diperoleh dari perkebunan sendiri dan dari kerjasama dengan perkebunan di luar perusahaan dengan tidak mengabaikan kualitas.
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-produk Crumb Rubber yang berkualitas dengan standar internasional. Standart kualitas setiap produksi yang dihasilkan oleh perusahaan ini tetap terjaga seiring dengan diperolehnya sertifikasi ISO 9001 pada tahun 1993 dan ISO 14001 pada tahun 2004 yang mengharuskan perusahaan menggunakan sistem kualitas yang ditandai dengan adanya kebijakan mutu. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi perusahaan karena faktor kualitas menjadi hal yang juga harus benar-benar diperhatikan dalam setiap produksi yang dihasilkan. Strategi kebijakan mutu yang diterapkan diharapkan mampu mengefisiensikan biaya kualitas hingga kerusakan nol (zero defect) bisa tercapai dan menjadi standar kerja. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Penerapan Total Quality Mangement dalam
Peningkatan Efisiensi Biaya Kualitas Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan Total Quality
Management dapat meningkatkan efisiensi biaya kualitas pada PT. Bridgestone
(22)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa penerapan Total Quality Management akan meningkatkan efisiensi biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
penerapan Total Quality Management dan pengaruhnya terhadap biaya kualitas.
2. Bagi perusahaan, menjadi bahan masukan ataupun pertimbangan dalam
penerapan Total Quality Management dan bagaimana mengefisiensikan biaya kualitas dengan penerapan Total Quality Management.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dalam
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya Kualitas
a. Pengertian Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Menurut Blocher, dkk (2000:220), biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan produk yang berkualitas rendah dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat dari rendahya kualitas. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas merupakan biaya yang terjadi karena adanya kesadaran akan perlunya menghindari kesalahan sehingga tidak terjadi
(24)
pemborosan atau biaya yang terjadi karen adanya kesalahan pada produk yang sudah terlanjur terjadi dan harus diperbaiki.
b. Jenis-Jenis Biaya Kualitas
Menurut Russel yang dikutip oleh Ariani (2004:9), biaya kualitas digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu:
1) Cost Of Conformance
Biaya yang termasuk dalam cost of conformace adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.
a. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan (mencegah cacat kualitas) atau semua biaya yang berkaitan dengan setiap kegiatan yang dirancang untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang tepat dilaksanakan dengan benar sejak pertama kali. Biaya pencegahan meliputi:
Biaya pelatihan kualitas, yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk
(25)
Biaya Teknik dan perencanaan kualitas, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan.
Biaya pemeliharaan peralatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi peralatan produksi, proses dan sistem.
Biaya penjaminan supplier, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengembangkan kebutukan dan pengukuran data, auditing dan pelaporan kualitas.
b. Biaya penilaian (Detection/Appraisal Cost)
Biaya penilaian dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama penilaian adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada pelanggan. Biaya ini meliputi:
Biaya pengujian dan inspeksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
menguji dan menginspeksi kesesuaian barang yang akan datang, produk dalam proses dan produk selesai dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan
(26)
Peralatan pengujian, yaitu biaya yang dikelurkan untuk memperoleh, mengoperasikan, atau mempertahankan kualitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk dan proses
Audit kualitas, yaitu biaya yang meliputi pemeriksaan kualitas produk,
seperti gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas.
Evaluasi persediaan, yaitu biaya yang meliputi pengujian produk di
gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk
Biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan dan
membuktikan laporan kualitas. 2) Cost Of Non Conformance
Biaya yang termasuk kedalam Cost of Non Conformance adalah biaya kegagalan internal dan ekternal karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan karena menghasilkan produk yang cacat dan opportunity cost karena ditolaknya produk atau jasa.
a. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan atau biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal dan sebelum barang atau jasa dikirimkan
(27)
kepada pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik.
Biaya kegagalan internal meliputi:
Biaya tindakan koreksi, adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan
untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah
Sisa bahan, adalah kerugian yang timbul karena adanya sisa bahan baku
yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki.
Biaya pengerjaan kembali, adalah biaya yang timbul untuk melakukan
proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang disyaratkan.
Biaya proses, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang
produk atau proses dan pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan gagalnya produksi karena adanya penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali
Biaya ekspedisi, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat
operasi pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali
Biaya inspeksi dan pengujian ulang, adalah biaya yang dikeluarkan
selama inspeksi ulang atau pengujian ulang atas produk-produk yang telah diperbaiki
(28)
Factory Contact Engineering, adalah biaya yang berhubungan dengan
waktu yang digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.
b. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk itu dikirimkan kepada pelanggan, seperti biaya dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai ke pelanggan dan laba gagal yang diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat membuat reputasi buruk , kehilangan pelanggan dan kehilangan pangsa pasar.
Biaya kegagalan eksternal meliputi:
Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan,
biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi atau penggantian/penukaran produk. Biaya penanganan keluhan ini dibedakan antara yang masih bergaransi dan masa garansinya sudah lewat.
Pelayanan (service) produk, adalah biaya yang dikeluarkan akibat dari
(29)
khusus atau untuk memperbaiki yang cacat yang bukan disebabakan oleh adanya keluhan pelanggan.
Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk, biaya untuk
menangani pengembalian produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum atau biaya penyelesaian hukum.
Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan, margin
kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.
Hansen dan Mowen (2005:8) mendefinisikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan empat kategori biaya, yaitu:
1. Biaya pencegahan (prevention cost), yaitu biaya untuk mencegah kerusakan
atau cacat produk.
2. Biaya penilaian (appraisal cost), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan.
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk yang cacat, tapi cacat produk tersebut sudah diketahui sebelum produk tersebut sampai pada pelanggan.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan perusahaan karena menghasilkan produk yang cacat, dan produk ini telah diterima oleh konsumen.
(30)
2. Total Quality Management
a. Pengertian dan Konsep Total Quality Management
Tjiptono (2003:4) mendefinisikan Total Quality Management sebagai “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”. Sedangkan Gasperz (2001:5) mendefinisi Total Quality
Management sebagai “Suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam
setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia”. Pengertian Total Quality Management yang diungkapkan para ahli pada umumnya sama, yakni merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Total Quality Management merupakan pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dalam perusahaan. Dasar pemikiran diperlukannya Total Quality Management sangatlah sederhana, yakni bahwa cara yang terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik
(31)
dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan Total
Quality Management. Penerapan Total Quality Management dalam suatu perusahaan
dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
b. Prinsip-Prinsip Total Quality Management
Menurut Hensler dan Brunellin yang dikutip oleh Tjiptono (2003: 14-15) ada empat prinsip utama dalam Total Quality Management. Keempat Prinsip tersebut adalah:
1. Kepuasan Pelanggan
Dalam Total Quality Management, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk dalam harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
2. Respek terhadap setiap orang.
Dalam perusahaan berkualitas, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena
(32)
itu, setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas berkualitas berorientasi pada fakta, maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada; (2) variasi atau variabilitas kinerja manusia, variasi/variabilitas (keragaman) kinerja/kemampuan dari setiap anggota merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Maksudnya, setiap perbedaan yang terjadi dikaji, kemudian ditetapkan langkah/kebijakan yang paling sesuai untuk diterapkan. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan yang berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.
(33)
Nasution (2005:324) mengemukakan The Malcolm Balridge National Award (1987) yang merupakan salah satu pengesahan mutu untuk mengakui Total
Quality Management sebagai bagian penting dari strategi usaha, dimana The
Malcolm Balridge National Award ini berfokus pada sistem manajemen mutu terpadu dan menghasilkan perbaikan sistem mutu. Konsep-konsep penting dalam kriteria pengujian penghargaan Malcolm Balridge (sejak tahun 1987 s/d sekarang) adalah sebagai berikut:
1. Mutu adalah didefinisikan oleh pelanggan
2. Kepemimpinan senior usaha perlu menciptakan nilai mutu yang jelas dan
membangun nilai kedalam care perusahaan
3. Keunggulan mutu diperoleh dari sistem dan proses yang didesain dengan baik
dan dilaksanakan dengan baik.
4. Perbaikan yang berkesinambungan harus merupakan bagian dari manajemen
serta semua sistem dan proses
5. Perusahaan perlu mengembangkan tujuan serta juga rencana strategik dan
operasional untuk mencapai kepemimpinan mutu.
6. Memperpendek waktu tanggapan dari semua operasi dan proses dari kebutuhan
perusahaan sebagai bagian usaha perbaikan mutu.
7. Operasi dan keputusan perusahaan harus didasarkan pada fakta dan data
8. Semua karyawan harus secara tepat dilatih dan dikembangkan serta dilibatkn
dalam aktifitas mutu.
9. Mutu desain dan pencegahan kesalahan harus merupakan unsur utama dalam
sistem mutu
10.Perusahaan perlu mengkomunikasikan persyaratan mutu kepada pemasok dan
bekerja untuk meningkatkan kinerja mutu pemasok
Kriteria mutu Malcolm Balridge berfokus pada 7 area topik yang menjadi elemen dari Total Quality Management yang secara integral dan dinamis berhubungan (Nasution 2005:326) yaitu sebagai berikut:
(34)
Total Quality Management dapat dilaksanakan jika semua manajer di
setiap lini menerapkan Total Quality Management sebagai suatu filosofi dengan menyusun sasaran dan merencanakan strateginya.
2. Informasi dan Analisis (Information and analysis)
Setiap kejadian yang berhubungan dengan kualitas menjadi informasi yang sangat penting, informasi tersebut kemudian dikaji dan di evaluasi sehingga efisiensi dapat tercapai.
3. Perencanaan Kualitas Strategis (Strategic Quality Planning)
Perencanaan adalah sesuatu yang sangat penting, untuk itu harus disusun secara matang. Tanpa perencanan maka tidak dapat diukur efektivitas pelaksanaannya.
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resource Management)
Karyawan dalam perusahaan dituntut keterlibatannya secara penuh. Tanpa keterlibatan dan partisipasi penuh, maka filosofi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu kepuasan kepada karyawan adalah salah satu cara melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan perusahaan.
5. Manajemen Kualitas Proses (Management Qulity Process)
Hal ini meliputi pendesainan dan pengenalan kualitas dan pelayanan. Pihak manaajemen juga akan terus mengadakan proses perbaikan terus menerus
(35)
Hasil-hasil kualitas diketahui melalui survey pendahuluan yang bersifat eksploratif, diidentifikasi melalui semua atribut produk yang menentukan kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang kualitas produk.
7. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Kepuasan pelanggan adalah tujuan akhir atau batu ujian dari program mutu gabungan suatu organisasi, yang diintegrasikan petunjuk keunggulan dan kontinuitas yang menggambarkan mutu total.
d. Metode-Metode yang digunakan dalam Total Quality Management
Menurut Nasution (2005:27) bahwa metode Total Quality Mangement berfokus pada tiga pakar yang merupakan pionir dalam pengembangan Total Quality
Management, yaitu:
1. Metode Deming
Metode yang terkenal dengan Siklus Deming (Deming Cycle), yang dikembangkan untuk menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan, seperti gambat berikut:
(36)
BERTINDAK MERENCANAKAN
BERDASARKAN HASIL PERUBAHAN ATAU
YANG DITELITI PERBAIKAN
MENGAMATI PENGARUH MELAKSANAKAN
PERUBAHAN PERUBAHAN
Gambar 2.1 Siklus Deming
Sumber: Nasution (2004)
Dalam siklus ini dijelaskan bahwa:
a. Perencanaan merupakan hal yang harus menjadi fokus pertaman, yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip seperti menerapkan apa, mengapa, siapa, dimana dan bagaimana suatu hal harus diperbaiki.
b. Setelah rencana tersebut disusun,maka pelaksanaan rencana tersebut
dilakukan secara bertahap.
c. Rencana telah dilakukan, setelah itu, tindakan evaluasi dilakukan untuk
melihat apakah rencana tersebut memberi dampak baik atau sebaliknya.
d. Selanjutnya tindakan penyesuaian dilakukan bila dinggap perlu berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan.
2. Metode Juran
ACT PLAN 4 1 CHECK DO 3 2
(37)
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok untuk digunakan ini mengandung 5 dimensi utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan dan kebutuhan lapangan.
Juran mencetuskan The Juran Trilogy yaitu:
a. Perencanaan kualitas
Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. b. Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas dilakukan dengan menilai kinerja kualitas aktual, membandingkan kinerja dan tujuan, dan bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan
c. Perbaikan kualitas
Perbaikan kualitas harus dilakukan secara terus menerus dilakukan dengan mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun, mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan, membentuk dan memfasilitasi suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan proyek perbaikan.
(38)
Pandangan-pandangan Crosby yang dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai dalil-dalil manajemen kualitas, yaitu:
a. Dalil pertama: Kualias adalah persyaratan.
Pada awalnya kualitas diterjemahkan sebagai tingkat kebaikan (goodness). Definisi ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan secara spesifik bagaimana yang disebut baik itu. Definisi kualitas menurut Crosby adalah sebuah persyaratan (conformance to requirements). Maksudnya, kurang sedikit saja dari persyaratannya, maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi serta pasar persaingan.
b. Dalil kedua: Sistem kualitas adalah pencegahan
Untuk menghindari pemborosan biaya pada akhir proses, maka sebaiknya dilakukan pencegahan sejak awal sehingga outputnya dijamin bagus serta hemat biaya dan waktu. Atas dasar itulah sistem kalitas menurut Crosby merupakan pencegahan.
c. Dalil ketiga: Kerusakan Nol (zero defect) merupakan standar kerja.
Konsep yang berlaku di masa lalu adalah konsep yang mendekati (close
enough concept), misalnya efisiensi mesin mendekati 95%, tetapi bila dihitung
besarnya efisiensi 50% dikalikan dengan penjualan maka akan didapat nilai yang cukup besar. Crosby mengjukan konsep kerusakan nol (zero defect) yang
(39)
menurutnya dapat tercapai bila perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak awal proses dan setiap kali proses.
d. Dalil keempat: Ukuran kualitas adalah price of non conformane
Kualitas merupakan sesuatu yang dapat diukur. Biaya untuk menghasilkan kualitas juga harus terukur. Menurut Crosby, biaya mutu merupakan penjumlahan antara price of non conformance dan price of
conformance.
e. Manfaat dan Keunggulan Total Quality Management
Ada banyak manfaat Total Quality Management yang efektif, tetapi hal tersebut hanya dapat direalisasikan oleh perusahaan yang benar-benar mengenal Total
Quality Management itu sendiri. Total Quality Management menyita waktu dan sulit
menerapkan sistem hasil pertimbangan sempurna yang sesuai dengan perusahaan dan yang dapat memajukan tujuan-tujuan bisnis.
Nasution (2005:42) menyebutkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan Total Quality Management yang berhasil sangat besar diantaranya:
1. Perbaikan kepuasan pelanggan
2. Penghapusan kesalahan-kesalahan dan pemborosan
3. Peningkatan dorongan semangat kerja dan tanggung jawab pegawai
4. Peningkatan profitabilitas dan daya saing.
Menurut Nasution (2005:43) manfaat atau pengaruh Total Quality
(40)
(manfaat rute pasar) dan meningkatkan keluaran bebas dari kerusakan (manfaat rute biaya).
Manfaat dan pengaruhnya tampak pada gambar berikut:
Ur
Gambar 2.2
Tujuan Perbaikan Kualitas
Sumber : Nasution (2005)
Total Quality Management memberikan jaminan bagi pelanggan, bahwa
perusahaan mempunyai tanggung jawab tentang kualitas dan mampu menyediakan produk dan jasa sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebuah perusahaan yang memhami mengapa mereka memperkenalkan Total Quality Management dapat menerapkan suatu sistem yang fleksibel yang cocok bagi mereka sendiri dan menyadari manfaat serta keefektifan yang dihasilkan Total Quality Management.
Gasperz (2001:266) menyebutkan keunggulan-keunggulan perusahaan
P E R B A I K A N K U A L I T A S Memperbaiki Posisi Persaingan Meningkatkan Output yang Bebas dari kerusakan Harga yang Lebih tinggi Meningkatkan pangsa pasar Mengurangi Biaya operasi Meningkatkan penghasilan Meningkatkan laba
(41)
1. Total Quality Management mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan
totalitas
Inisiatif untuk peningkatan kualitas harus dimulai dengan adanya pemahaman terhadap persepsi dan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, kualitas tidak dapat dipandang dalam arti yang sempit dan hanya dari segi produk yang dihasilkan perusahaan, tetapi juga harus dipandang sebagai keseluruhan aspek dari perusahaan.
2. Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus
Dengan menerapkan Total Quality Management, perusahaan dituntut untuk terus belajar dan berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya.
3. Adanya upaya pencegahan kerusakan produk
Adanya upaya pencegahan ini arinya sejak dari perancangan produk, proses produksi hingga menjadi produk akhir, yang kemudian akan menghasilkan produk yang baik tanpa produk yang cacat (zero defect) sehingga perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari pemborosan dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.
(42)
Menurut Ross dalam Nasution (2005:17) bahwa dewasa ini ada tiga kategori pandangan yang berkembang diantara para praktisi mengenai biaya kualitas, yaitu:
1. Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula.
2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan
3. Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi
apabila produk atau jasa yang dihasilkan secara benar sejak awal.
Hadirnya Total Quality Management memberi pendapat bahwa zero
defect harus menjadi sasaran perusahaan. Perusahaan seharusnya menganalisis
penyebab semua kesalahan dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Terdapat perbedaan antara pandangan tradisional dan Total Quality Management. Berdasarkan pendekatan tradisional, biaya terendah dicapai pada level non zero defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit kesalahan yang dibiarkan.
Sebaliknya, Total Quality Management berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada level zero defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada itu jumlahnya besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan dengan mengkoreksi kesalahan pertama. Oleh karena itu biaya total menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi. Dalam hal ini Total Quality Management
(43)
Tampak bahwa Total Quality Management sangat berkaitan dengan biaya karena dengan peningkatan kualitas maka perusahaan dapat menekan biaya, terutama dalam mengurangi atau menghilangkan pemborosan. Penekanan biaya yang lain adalah karena perusahaan tidak menghasilkan produk cacat.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat ditelaah adalah sebagai berikut:
1. Siahaan (2001), “Hubungan Total Quality Management dengan biaya kualitas
produk teh botol sosro pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa, Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Total Quality Management berhubungan secara positif dengan biaya kualitas.
2. Wibowo (2006) “Analisis optimalisasi biaya kualitas dan pengaruhnya
terhadap kualitas produk pada PT. Primatexco Indonesia”. Hasilnya menunjukkan bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas produk, namun dengan hubungan yang negatif yang berarti bahwa semakin rendah biaya kualitas, maka semakin tinggi pula kualitas produk, hubungan negatif ini terjadi karena ada faktor-faktor yang diluar biaya kualitas yang mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas produk, seperti penggantian mesin atau spare part mesin setiap satu tahun sekali dan impor bahan baku.
3. Aryani (2006) “Analisis pengaruh biaya kualitas terhadap produk rusak pada
(44)
adalah biaya kegagalan internal, dan yang mempunyai pengaruh signifikan paling kecil terhadap produk rusak adalah biaya pencegahan. Sedangkan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak yaitu biaya kegagalan eksternal dan biaya penilaian paling tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
1 Siahaan
(2001)
“Hubungan Total Quality
Management dengan biaya kualitas produk teh botol sosro pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa, Medan”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Total
Quality Management
berhubungan secara positif dengan biaya kualitas.
2 Wibowo
(2006)
“Analisis optimalisasi biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap kualitas produk pada PT. Primatexco Indonesia”.
Hasilnya menunjukkan bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas produk, namun dengan hubungan yang negatif yang berarti bahwa semakin rendah biaya kualitas, maka semakin tinggi pula kualitas produk, hubungan negatif ini terjadi karena ada faktor-faktor yang diluar biaya kualitas yang mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas produk, seperti penggantian mesin atau spare part mesin setiap satu tahun sekali dan impor bahan baku.
3 Aryani
(2006)
“Analisis pengaruh biaya kualitas terhadap produk
Penelitian yang berjudul adalah biaya kegagalan
(45)
Graphy Semarang tahun 2004-2005”.
mempunyai pengaruh signifikan paling kecil terhadap produk rusak adalah biaya pencegahan. Sedangkan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk
rusak yaitu biaya kegagalan eksternal dan biaya penilaian paling tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk
rusak.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dengan dependen.
Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Total Quality
Management sedangkan variabel dependennya adalah Biaya Kualitas.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis (2010)
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
BIAYA KUALITAS (QUALITY COST)
(46)
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan lagi kebenarannya. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diutarakan sebelumnya, maka penulis mengemukakan hipotesa sebagai berikut:
Ha : Penerapan Total Quality Management berpengaruh terhadap peningkatan
efisensi biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
BAB III
(47)
Metode penelitian adalah langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat asosiasi antar variabel dan membuat prediksi berdasarkan korelasi antarvariabel. (Erlina, Sri Mulyani : 2007 : 14)
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif yaitu data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini data tersebut diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pada Departemen Quality Control dan Departemen Produksi PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
(48)
Populasi dalam penelitian ini adalah manajemen dan karyawan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang berkaitan secara langsung dengan mutu, yaitu manajemen dan karyawan pada departemen-departemen berikut:
1. Departemen Quality Control (QCD)
Departemen Quality Control menjadi salah satu populasi dalam penelitian ini karena departemen inilah yang memiliki tugas dan wewenang dalam melaksanakan program-program pengendalian mutu produksi untuk memastikan bahwa produk-produk yang dihasilkan secara konsisten memenuhi standar mutu yang berlaku. Jumlah manajemen dan karyawan di departemen ini adalah 96 orang, yang terdiri dari 3 orang manajemen dan 93 kayawan.
2 . Departemen Produksi.
Departemen ini dipilih karena departemen inilah yang mempunyai tugas dan wewenang dalam mengupayakan tercapainya sasaran produk perbaikan yang berkesinambungan dalam sistem produksi yang efektif dan efisien, juga merencanakan penanggulangan standar mutu produksi secara berkala mengenai pemakaian bahan. Jumlah manajemen dan karyawan di departemen ini adalah 280 orang yang terdiri dari 10 orang manajemen dan 270 karyawan.
Teknik sampling yang dilakukan untuk penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang
(49)
a. Manajemen/karyawan dari Departemen Quality Control dan Departemen Produksi
b. Telah bekerja minimal 5 tahun di dua departemen tersebut.
c. Pegawai tetap pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
Dari kriteria diatas, manajemen dan karyawan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang memenuhi kualifikasi adalah berjumlah 80 orang dari Departemen Quality Control, dan 36 orang dari departemen produksi. Jadi, besarnya sampel penelitian ini adalah sejumlah 116 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan kuesioner. Teknik ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada Departemen Quality Control dan Departemen Produksi, dimana daftar pertanyaan tersebut diperoleh dari penggabungan pertanyaan peneliti terdahulu dan buku-buku tentang total quality
management dan biaya kualitas.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
(50)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitin ini adalah Total Quality Management. Total Quality Management dalam penelitian ini diartikan sebagai persepsi para responden tentang usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Pengukuran variabel Total
Quality Management didasarkan pada 20 butir pertanyaan yang berkaitan dengan
kepemimpinan, analisis dan informasi, perencanaan kualitas strategis, pengembangan sumber daya manusia, manajemen kualitas proses, hasil-hasil kualitas, dan kepuasan pelanggan yang diadopsi dari penelitian Siahaan (2001), buku-buku tentang Total Quality Management dan artikel-atikel Total Quality
Management dari situs internet. Skala pengukuran yang dipakai adalah Skala
Interval/Likert
2. Biaya Kualitas sebagai Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan produk. Indikator yang digunakan untuk mengukur biaya kualitas ini adalah dengan mengajukan 10 butir pertanyaan yang berkaitan dengan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Skala
(51)
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Pengukuran Total Quality Management (Independen) (X) Usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya
1. Kepemimpinan 2. Analisis dan Info 3. Perencanaan Kualitas strategis 4. Pengembangan
Sumber daya Manusia 5. Manajemen Kualitas dan proses
6. Hasil-hasil Kualitas 7. Kepuasan Pelanggan
Likert Efisiensi Biaya Kualitas (Dependen) (Y)
Biaya yang berhubungan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.
1. BiayaPencegahan 2. Biaya Penilaian 3. Biaya kegagalan internal
4. Biaya kegagalan Eksternal
Likert
(52)
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang harus diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya untuk mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Untuk menguji validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian, penelitian harus menggunakan nilai practical significance. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Menurut Ghozali (2005:45) untuk menguji validitas sebuah konstruk, maka dilihat tampilan Cronbach Alpha output pada kolom
Correlated Item-Total Correlation, kemudian bandingkan dengan hasil
r-tabel. Jika hasil r-hitung lebih besar daripada r-tabel dan nilai positf, maka dapat disimpulkan, konstruk tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Menurut Konting dalam Iskandar (95:2008) pengujian reliabilitas digunakan dengan teknik
(53)
Alpha dibawah 0.60, maka subjek tersebut dikatakan belum reliabel, dan
jika melampaui 0.60, maka subjek tersebut dikatakan reliabel.
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis yaitu suatu pernyataan hubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku antara TQM dengan biaya kualitas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode analisis regresi linear sebagai berikut:
Y= a + bX
keterangan:
Y = Biaya Kualitas
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X = skor Total Quality Management
Regresi linear digunakan karena analisis ini dapat memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 16,0 for
windo ws.
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi sebelum dianalisis adalah sebagai berikut:
(54)
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogorv-smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig
(2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual
terdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5%, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengarah pada adanya heterokedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Pemerikasaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar yaitu grafik yang merupakan diagram pencar residual, yaitu selisih antara nilai Y prediksi dan observasi. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan model grafik.
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
(55)
a. Uji f
Uji f statistik dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada pengarih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Model hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
H0 : bi = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
nilai f statistik akan dibandingakan dengan nilai f tabel dengan tingkat
kesalahan (α) 5%. kriteria uji yang digunakan: H0 diterima bila fhitung < f tabel
Ha diterima bila fhitung > f tabel.
b. Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan
model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar
(mendekati 1), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel
bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin
mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y) semakin kecil. Hal ini berarti
(56)
model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat hasil statistik regresi, yaitu pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah TQM sebagai variabel independen (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya kualitas yang menjadi variabel dependen (Y).
G. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Dolok Merangir, Kecamatan Serbelawan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Agustus 2010.
(57)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
I. Data Penelitian
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate awalnya adalah perusahaan Belanda dengan nama Vrenide Indice Coltounderneeming (VICO) yang dipimpin oleh J.J. Blendeing. Perusahaan ini terletak di Dolok Merangir, Kab. Simalungun, Sumatera Utara yang kemudian dibeli oleh PT. Goodyear pada Tahun 1916. Perluasan Perusahaan dan Perpanjangan Hak Guna Usaha PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate terurai dalam penjelasan berikut:
1. Pada Tahun 1967 Kebun Naga Raja dan Dolok Ulu yang sebelumnya dimiliki
oleh PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) diusahai oleh Goodyear
2. Pada tanggal 1 Oktober 1977, Perkebunan PT. Haboko Tea Coy, yang
sebelumnya diusahai oleh PT. Lonsum diurus/diusahai oleh Goodyear, pada tanggal 1 Januari 1982 PT. Haboko Tea Coy resmi berubah nama menjadi NV. Goodyear Sumatra Plantations, LTD.
3. Kebun Naga Raja diusahai berdasarkan SK Ditjen Agraria No. SK.2/HGU/80
tangal 2 Jabuari 1980 dan sertifikat HGU No. 1 tanggal 15 Oktober 1982 dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun sesuai SK Menteri Negara
(58)
Agraria/Kepala BPN No. 114/HGU/BPN/1997 tanggal 16 September 1997 seluas 2.846,73 Ha
4. Kebun Dolok Merangir dan Dolok Ulu diusahai berdasarkan SK Menteri
Dalam Negeri No. 3/HGU/DA/80 dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun sesuai SK Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 117/HGU/BPN/97 tanggal 16 September 1997 seluas 11.226,38 Ha. Namun setelah diukur secara kadasteral dengan mengeluarkan seluas 202,827 Ha areal untuk Kawasan Industri Simalungun (KIS) dan perluasan wilayah ibukota Kecamatan Tapian Dolok, Kantor Imigrasi P.Siantar serta peruntukan jalan, maka luas HGU PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate di Kabupaten Simalungun menjadi seluas 11.023,553 Ha.
5. Kebun Aek Tarum diusahai berdasarkan HGU No. 1/Perk. A. Tarum Haboko
dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun sesuai SK Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 149/HGU/BPN/97 tanggal 9 Desember 1997 seluas 4.238,88 Ha.
Kepemilikan saham Perusahaan PT. Goodyear Sumatera Plantation sebanyak 1.900.000 saham telah beralih kepada Bridgestone Coorporation (Jepang) dengan nama PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang merupakan badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia sejak tanggal 9 Agustus 2005. Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan tersebut tercantum dalam Keputusan Sirkuler pada Akte Notaris No. 80, persetujuan menteri Hukum dan Hak
(59)
persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal R.I No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober 2005. Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan telah diumumkan melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan tanggal 1 September 2005.
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate adalah perusahaan yang telah menerapkan sistem Total Quality Management. Hal ini menjadi sebuah kewajiban seiring dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:1993 dan 14001:2004. Penerapan
Total Quality Management terlihat dari adanya Kebijakan Kualitas dan Kebijakan
Mutu dari Bridgestone Group yang juga diterapkan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
a. Melayani masyarakat dengan kualitas unggul.
Our corporate mission is to “serve society with superior quality,”. Superior quality is not merely a goal to which we aspire in connection with our products, services and technology. It is something that we pursue in all of our corporate activities.
b. Kebijakan Mutu yang melibatkan semua pihak.
Gambar 4.1 The Bridgestone Way
(60)
Sumber: Bridgestone Company Profile (2010)
The Bridgestone Group has established at its core a management goal, management stance and fundamental management philosophy. Apart from a pursuit of superior quality in all our corporate activities. Beginning with products, services and technologies. We respect the cultures and values and comply with the laws and regulations of the many places where we operate. We are also committed to protecting the environment in each of the countries in which we operate.
2. Hasil Produksi
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan perusahaan yang bergerak di di bidang produksi pengolahan Cup Lump dan Latex menjadi Crumb Rubber. Crumb Rubber yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh SIR (Standard Indonesian Rubber). Crumb Rubber tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian jenis, seperti: SIR 20 TA-62, SIR 20 VK TA-77, SIR3 WF TA – 01. Bahan baku Cup Lump dan Latex yang digunakan merupakan bahan baku berkualitas tinggi yang diperoleh dari perkebunan sendiri dan dari kerjasama dengan perkebunan di luar perusahaan dengan tidak mengabaikan kualitas.
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-produk Crumb Rubber yang berkualitas dengan standar internasional. Standart kualitas setiap produksi yang dihasilkan oleh perusahaan ini tetap terjaga seiring dengan diperolehnya sertifikasi ISO 9001 pada tahun 1993 dan ISO 14001 pada tahun 2004 yang mengharuskan perusahaan menggunakan sistem kualitas yang ditandai dengan adanya kebijakan mutu.
(61)
Adapun usaha yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kualitas kinerja pekerja sekaligus produk yang dihasilkan adalah:
a. Pengujian dan Inspeksi
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate secara rutin mengadakan pengujian dan inspeksi untuk bahan mentah yang datang, produk dalam proses, dan produk yang telah selesai (finish good). peralatan yang digunakan dalam proses produksi juga tetap dilakukan untuk mempertahankan mesin. Biaya pengujian dan inspeksi ini dimasukkan dalam biaya penilaian.
b. Audit Kualitas
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate dalam menjaga kualitas juga mengadakan audit kualitas. Audit kualitas yang dilakukan seperti pengujian secara laboratorium dengan mengambil sampel produk dan mengadakan pengujian dan evaluasi lapangan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Desktiptif responden
Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer dan karyawan di Departemen Quality Control dan Departemen Produksi. Sampel yang diambil sebanyak 116 responden yang memenuhi kriteria telah bekerja minimal 5 tahun dan pegawai tetap pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Dari Departemen Quality Control diperoleh 80 orang responden, dan dari Departemen Produksi 36 orang responden. Kisaran umur dari responden dalam penelitian ini adalah 30-58
(62)
tahun. Keseluruhan responden dalam perusahaan ini berjenis kelamin laki-laki. Dan semua responden telah bekerja di perusahaan ini diatas 15 tahun.
2. Deskriptif Variabel
Ada 2 variabel yang terkait dalam penelitian ini, yaitu: Total Quality
Management dan biaya kualitas. Hasil statistik deskriptif atas kedua variabel tersebut
dapat dilihat dalam alinea-alinea dibawah ini:
a. Total Quality Management
Tabel 4.1
Descriptive Statistic TQM
Sumber: Hasil Penelitian (2010)
Dalam Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari jumlah responden sebanyak 116, nilai jawaban terendah untuk variabel TQM berjumlah 55.00. Sementara secara teori nilai jawaban terendah untuk variabel ini adalah 20. Untuk nilai jawaban tertinggi dalam penelitian ini adalah 100.00 sementara nilai jawaban tertinggi secara teori 100. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel ini sebesar 79,94. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa menurut persepsi responden penerapan Total Quality Management di perusahaan sudah tinggi. Dengan demikian, dapat ditafsirkan bahwa
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance
TQM 116 45.00 55.00 100.00 79.9483 8.49434 72.154
Valid N
(63)
Quality Management dalam semua bidang operasionalnya. Mulai dari menetapkan rencana opersional, pelaksanaan hingga evaluasi operasional perusahaan tersebut. Karyawan merupakan pihak yang juga menjadi pertimbangan dalam menetapkan berbagai kebijakan dalam perusahaan. Selain karyawan, pemasok dan pelanggan juga menjadi hal yang sangat dipertimbangkan. Selain dari perkebunan sendiri, bahan baku juga diperoleh dari perkebunan diluar dari luar perusahaan. Setiap bahan baku yang masuk selalu di uji secara laboratorium untuk menjaga kualitas hasil produksi.
b. Biaya Kualitas
Tabel 4.2
Deskiptif Variabel Biaya Kualitas
N Range Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Variance Quality Cost
Valid N (listwise)
116 116
31.00 19.00 50.00 35.5948 5.91237 34.596
Sumber: Hasil Penelitian (2010)
Dalam Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah dari responden sebanyak 116 responden. Nilai jawaban terendah untuk variabel Biaya Kualitas adalah 19.00 sedangkan secara teori, nilai jawaban terendah untuk variabel ini adalah 10. Untuk nilai jawaban tertinggi adalah 50.00 sedangkan secara teori jawaban tertinggi adalah 50. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel ini sebesar 35,59. Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata responden mempunyai pandangan bahwa efisiensi biaya kualitas juga tinggi.
(64)
1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ghozali (2005:45) menyatakan bahwa untuk menguji validitas sebuah konstruk, maka dilihat tampilan Cronbach Alpha output pada kolom Correlated Item-Total
Correlation, kemudian bandingkan dengan hasil r-tabel. Jika hasil r-hitung
lebih besar daripada r-tabel dan nilai positf, maka dapat disimpulkan, konstruk tersebut valid.
Dalam penelitian ini, r tabel dihitung pada alpha 0,05 dan df (n-2) = 114, sehingga diperoleh nilai r-tabel = 0,11985.
Tabel 4.3 Uji Validitas
Corrected Item- Total Correlation
r-table Validitas
Butir 1 .313 0.11985 Valid
Butir 2 .461 0.11985 Valid
Butir 3 .532 0.11985 Valid
Butir 4 .352 0.11985 Valid
Butir 5 .555 0.11985 Valid
Butir 6 .578 0.11985 Valid
Butir 7 .372 0.11985 Valid
Butir 8 .353 0.11985 Valid
Butir 9 .476 0.11985 Valid
Butir 10 .579 0.11985 Valid
Butir 11 .304 0.11985 Valid
Butir 12 .614 0.11985 Valid
Butir 13 .209 0.11985 Valid
Butir 14 .479 0.11985 Valid
Butir 15 .307 0.11985 Valid
(65)
Butir 18 .392 0.11985 Valid
Butir 19 .507 0.11985 Valid
Butir 20 .482 0.11985 Valid
Butir 21 .481 0.11985 Valid
Butir 22 .618 0.11985 Valid
Butir 23 .587 0.11985 Valid
Butir 24 .566 0.11985 Valid
Butir 25 .401 0.11985 Valid
Butir 26 .497 0.11985 Valid
Butir 27 .617 0.11985 Valid
Butir 28 .355 0.11985 Valid
Butir 29 .300 0.11985 Valid
Butir 30 .204 0.11985 Valid
Sumber: Hasil Penelitian (2010)
Dari tampilan output SPSS pada tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa korelasi antar masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari varabel atau kostruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hasil Uji reliabilitas ini dapat dilihat dari nilai Croanbach Alpha. Nilai Croanbach Alpha reliabilitas yang baik adalah semakin mendekati nilai 1. Reliabilitas yang kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan jika nilai Croanbach Alpha melampaui 0.6, maka subjek tersebut dapat dikatakan reliabel. Dari hasil pengujian, dapat dilihat hasil sebagai berikut:
(66)
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas TQM
Croanbach Alpha
Croanbach’s Alpha Based on Standardized
Items
N of Items
.868 .881 20
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas Biaya Kualitas
Croanbach Alpha
Croanbach’s Alpha Based on Standardized
Items
N of Items
.883 .838 10
Sumber: Hasil Uji Reliabilitas (2010)
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, nilai
Croanbach Alpha untuk masing-masing variabel yang dihasilkan uji
statistiknya adalah 0,881 dan 0,838. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian dalam penelitian ini reliabel dan dapat diterima.
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk melihat normalitas residual penulis menganalisis grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan juga
(67)
menganalisis probabilitas plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.
Kriteria:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.2 Histogram
Sumber: Hasil penelitian (2010)
Interpretasi hasil gambar histogram diatas menunjukkan bahwa grafik terdistribusi normal.
(68)
Gambar 4.3
Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Sumber: Hasil penelitian (2010)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa data-data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oeh karena itu, berdasarkan gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa data telah memenuhi uji normalitas.
Untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residual apakah berdistribusi normal. Yang menjadi kriteria keputusan adalah:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >0,05, maka tidak mengalami gangguan
distribusi normal.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) <0,05, maka mengalami gangguan distribusi
(69)
Tabel 4.6
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a. Test distribution is normal
b. Calculated from data
Sumber: Hasil Penelitian (2010) Pengambilan keputusan:
Pada Tabel 4.14 diatas, terlihat bahwa Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,163 dan atas signifikan 5% (0,005), dengan kata lain, variabel residual berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Pemerikasaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar yaitu grafik yang merupakan diagram pencar residual, yaitu selisih antara nilai Y prediksi dan observasi. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan model grafik.
Unstandardized Residual
N 116
Normal Parametersa Mean 115.5431
Std. Deviation 12.70494
Most Extreme Differences
Absolute .104
Positive .098
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z 1.119
(70)
Kriteria:
1) Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang
teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.
2) Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola-pola tertentu
yang teratur maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Gambar 4.4 Scatterplot
Sumber: Hasil Penelitian (2010)
Dari gambar 4.3 tersebut, dapat dilihat diagram pancar tidak membentuk pola tertentu karena itu tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
4. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Total
(71)
Persamaan regresinya adalah sebagi berikut:
Y = a + bX
Hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil regresi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.509 4.409 1.249 .214
TQM .376 .055 .541 6.862 .000
a. Dependent Variable: QualityCost
Sumber: Hasil Regresi (2010)
Berdasarkan hasil regresi, pada tabel diatas, maka diperoleh persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = 5.509 + 0,376X
a. Uji f (Uji serempak/simultan)
Uji f dilakukan untuk menguji apakah Total Quality Management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya kualitas.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Hipotesisi Ho dan Ha
2) Mencari nilai ftabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan
(72)
3) Menentukan kriteria pengambilan keputusan
4) Mencari nilai fhitung dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 16.0
5) Kesimpulan
Hasil Pengujian:
1) Model Hipotesis yang digunakan adalah:
H0:bi = 0 artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
2) ftabeldapat dilihat pada α = 0,05
derajat pembilang = k-1 = 2-1 = 1
derajat penyebut = n-k = 116-1 = 115, f tabel = 0,05 (1,115) = 0,55
3) Mencari nilai fhitung dengan menggunakan tabel ANOVA dari hasil
pengolahan SPSS versi 16.00
Tabel 4.8 ANOVA
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1175.079 1 1175.079 47.088 .000a
Residual 2844.878 114 24.955
Total 4019.957 115
a. Predictors: (Constant), TQM b. Dependent Variable: QualityCost
(73)
Nilai fhitung diperoleh dari hasil pembagian antara mean square regression dengan
mean square residual, maka diperoleh fhitung sebesar 47,08
4) Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika fhitung < ftabel pada α = 0,05
Ha diterima jika fhitung > ftabel pada α = 0,05
5) Dari tabel ANOVA diperoleh fhitung sebesar 47,08 dan dari ftabel
diperoleh nilai sebesar 0,55
Berdasarkan tabel 4.8, fhitung > ftabel α = 5%, dengan demikian maka Ha diterima. Hal
ini menunjukkan Total Quality Management sebagai variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
b. Identifikasi determinan (R2)
Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati
satu, maka pengaruh variabel bebas (Total Quality Management) terhadap
variabel terikat (biaya kualitas) semakin kuat. Jika determinan (R2) semakin
kecil atau mendekati nol, maka pengaruh variabel bebas (Total Quality
(74)
Tabel 4.9 Model Summary
Sumber: Hasil Penelitian (2010)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa angka adjusted R2 atau determinan sebesar 0,286
berarti variabel bebas yaitu Total Quality Management mampu menjelaskan 28,6% terhadap variabel terikat (biaya kualitas), sisanya sebesar 71,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan statistik regresi, yaitu pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah TQM sebagai variabel independen (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya kualitas yang menjadi variabel dependen (Y).
Dari Uji regresi yang sudah diperlihatkan pada tabel 4.4, terlihat bahwa TQM sebagai variabel independen (X) memiliki nilai signifikan (0,000). Artinya TQM memiliki hubungan yang signifikan terhadap biaya kualitas yang dalam penelitian ini sebagai variabel dependen (Y).
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .541a .292 .286 4.99551
(75)
Konstanta (α) = 5.509 menyatakan bahwa, jika penerapan Total Quality
Management dilakukan konstan, maka perusahaan dapat menghemat biaya kualitas
rata-rata sebesar Rp. 5.509 (ceteris paribus). Koefisien regresi TQM (b) sebesar 0,376 menyatakan bahwa setiap penerapan TQM meningkat 1%, maka akan berpengaruh pada kenaikan biaya kualitas sebesar Rp. 0,376 (ceteris paribus). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Total Quality Management berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
Dari analisis hasil penelitian yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, karena penerapan dari hasil analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Total Quality Management berpengaruh pada peningkatan efisiensi biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.
(76)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi yang dilihat dari pengolahan kuesioner berdasarkan persepsi manajemen dan karyawan maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Total Quality Management memiliki pengaruh yang positif dan berperan
dalam mengefisiensikan biaya kualitas pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa apabila Total Quality Management dilaksanakan konstan, maka biaya kualitas dapat diefisiensikan dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain dalam perekonomian dianggap tetap (ceteris paribus).
2. Ketika penerapan Total Quality Management hendak dievaluasi dan
ditingkatkan kinerjanya, maka akan berpengaruh pada kenaikan biaya kualitas pada PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate seperti yang terlihat pada koefisien regresi, hal ini disebabkan karena peningkatan penerapan Total
Quality Management akan melibatkan faktor-faktor lain yang memerlukan
biaya, seperti evaluasi, dan perbaikan sistem yang diperlukan. Kemudian
ketika hasil evaluasi Total Quality Management diperoleh dan
(1)
Lampiran 3
Hasil Pengolahan Data
Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 111.09 157.088 .313 . .896
VAR00002 111.59 152.453 .461 . .894
VAR00003 111.32 153.280 .532 . .893
VAR00004 111.06 155.953 .352 . .896
VAR00005 111.82 148.150 .555 . .892
VAR00006 111.98 145.669 .578 . .891
VAR00007 111.48 156.704 .372 . .896
VAR00008 111.97 150.712 .353 . .897
VAR00009 111.48 151.191 .476 . .894
VAR00010 111.33 151.040 .579 . .892
VAR00011 111.34 155.477 .304 . .896
VAR00012 111.34 150.784 .614 . .892
VAR00013 111.36 154.163 .209 . .901
VAR00014 111.47 154.616 .479 . .894
VAR00015 112.41 151.634 .307 . .898
VAR00016 111.68 145.541 .717 . .889
VAR00017 111.67 148.344 .631 . .891
VAR00018 111.38 155.977 .392 . .895
VAR00019 111.84 151.193 .507 . .893
VAR00020 111.31 152.407 .482 . .894
VAR00021 112.14 144.972 .481 . .894
VAR00022 112.28 144.706 .618 . .890
VAR00023 112.47 146.947 .587 . .891
VAR00024 112.56 146.388 .566 . .892
VAR00025 112.32 149.471 .401 . .896
VAR00026 111.78 151.062 .497 . .893
VAR00027 111.72 147.593 .617 . .891
VAR00028 111.54 154.163 .355 . .896
VAR00029 111.72 155.057 .300 . .897
(2)
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas TQM
Croanbach
Alpha
Croanbach’s Alpha
Based on Standardized
Items
N of Items
.868
.881
20
Uji Reliabilitas Biaya Kualitas
Croanbach
Alpha
Croanbach’s Alpha
Based on Standardized
Items
N of Items
.883
.838
10
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
115.54 161.416 12.705 30
Regressi dan Normalitas Data
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
(3)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .541a .292 .286 4.99551
a. Predictors: (Constant), TQM b. Dependent Variable: QualityCost
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1175.079 1 1175.079 47.088 .000a
Residual 2844.878 114 24.955
Total 4019.957 115
a. Predictors: (Constant), TQM b. Dependent Variable: QualityCost
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.509 4.409 1.249 .214
TQM .376 .055 .541 6.862 .000
(4)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 26.2063 43.1407 35.5948 3.19657 116
Residual -1.53775E1 9.88044 .00000 4.97374 116
Std. Predicted Value -2.937 2.361 .000 1.000 116
Std. Residual -3.078 1.978 .000 .996 116
(5)
Uji Heteroskedastisitas
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 26.2063 43.1407 35.5948 3.19657 116
Std. Predicted Value -2.937 2.361 .000 1.000 116
Standard Error of Predicted
Value .464 1.445 .618 .221 116
Adjusted Predicted Value 26.2252 42.7254 35.5867 3.19210 116
Residual -1.53775E1 9.88044 .00000 4.97374 116
Std. Residual -3.078 1.978 .000 .996 116
Stud. Residual -3.111 1.988 .001 1.003 116
Deleted Residual -1.57041E1 9.98628 .00810 5.04949 116 Stud. Deleted Residual -3.238 2.015 -.002 1.017 116
Mahal. Distance .000 8.626 .991 1.725 116
Cook's Distance .000 .103 .008 .014 116
Centered Leverage Value .000 .075 .009 .015 116
(6)
Uji K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
unstandardizedr esidual
N 116
Normal Parametersa Mean 115.5431
Std. Deviation 12.70494
Most Extreme Differences Absolute .104
Positive .098
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z 1.119
Asymp. Sig. (2-tailed) .163