BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak 460 SM - 370 SM, Hippocrates yang dikenal sebagai ‘Father of Medicine’, merupakan orang yang pertama di dunia untuk mendeskripsikan
manifestasi klinis infeksi malaria serta menghubungkan penyakit tersebut dengan musim dan tempat tinggal orang terinfeksi Chunha Chunha, 2008. Pada tahun
1884, ahli fisik Perancis Alphonse Laveran telah menemukan penyebab malaria dan mengemukakan hipotesanya bahwa infeksi malaria ditularkan melalui gigitan
nyamuk CDC, 2004. Sangat jelas bahwa infeksi malaria telah terjadi di dunia ini sejak ribuan tahun yang lalu dan berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengenali penyakit ini dengan lebih baik. Kebanyakan negara maju telah mengambil langkah-langkah tertentu untuk memberantas infeksi malaria, namun
potensi untuk penularan malaria masih ada di banyak daerah. Sebanyak 50.000.000 orang terinfeksi malaria setiap tahun, dan lebih dari satu juta orang
yang akan meninggal akibat infeksi malaria setiap tahun Finch, R.G. et al, 2005. World Malaria Report 2008 yang merupakan publikasi statistik terbaru
tentang beban infeksi malaria 2006 memperkirakan separuh dari populasi penduduk seluruh dunia 3,3 milyar hidup di wilayah yang memiliki risiko
penularan malaria, satu per lima 1,2 milyar tinggal di daerah yang berisiko tinggi lebih dari 1 kasus per 1000 penduduk per tahun dilaporkan dan 2,1 milyar
yang lain hidup di daerah yang berisiko rendah. Populasi terbesar yang terpapar terhadap risiko infeksi malaria ditemukan di Asia Tenggara dan daerah Pasifik
Barat. Afrika merupakan daerah terbesar yang berisiko tinggi, kemudian diikuti oleh Asia Tenggara.
Malaria merupakan suatu masalah kesehatan besar di daerah Asia Tenggara. Sepuluh dari sebelas negara South East Asia Region SEAR
merupakan daerah endemis malaria. Hanya di Maldives, tidak terdapat transmisi
Universitas Sumatera Utara
sejak tahun 1984. Kira-kira 40 dari populasi global tinggal di daerah Asia Tenggara dan 4,1 dari mortalitas global berasal dari Asia Tenggara
WHO SEAR, 2010. The Global burden of disease 2004 mengatakan bahwa infeksi malaria menyebabkan 2.414 kematian setiap hari, dan 90 daripada
kematian ini berlaku di Afrika Sub-Sahara. Malaria adalah penyakit yang sering menginfeksi kelompok ekonomi rendah, dan penyakit ini juga menyebabkan
kemiskinan dengan memperlambatkan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,3 di daerah endemis tertentu.
WHO mengestimasi bahwa secara global, kira-kira 33,96 juta DALYs disability adjusted life years hilang akibat infeksi malaria dan 1,34 juta dari
jumlahnya berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 2000-2008, di daerah SEAR, insidensi malaria tetap berada di antara jangkauan 2,19 – 2,83 juta orang. Negara-
negara yang menunjukkan penurunan insidensi malaria yang signifikan hanya empat, yaitu Bhutan, Democratic People’s Republic of Korea DPRK, Sri Lanka
dan Thailand, akan tetapi tidak terdapat perubahan yang signifikan pada negara yang lain WHO SEAR, 2010. Pada tahun 2008, sebanyak 2,5 juta kasus malaria
dikonfirmasi dari laboratorium dan 3088 kematian diakibatkan malaria dilaporkan sedangkan estimasi kasus malaria dan kematian masing-masing merupakan 21
juta kasus dan 29 juta kasus World Malaria Report, 2008. Jumlah tertinggi kasus malaria yang dikonfirmasi dari laboratorium terdapat di India 1.500.192,
diikuti Indonesia 411.979 dan Myanmar 411.494 sedangkan jumlah kasus yang terendah adalah Bhutan 329, Sri Lanka 670 dan Nepal 3.888. Jumlah
kasus kematian malaria yang paling tinggi pula dilaporkan di Myanmar 1.088, diikuti India 925, dan Indonesia 788. Berdasarkan data yang telah dijabarkan
di atas, maka Asia Tenggara masih merupakan daerah endemis infeksi malaria dan jumlah mortalitas yang disebabkan infeksi parasit ini sangat tinggi, terutama
di Indonesia. Malaria merupakan salah satu infeksi dengan prevalensi yang cukup tinggi
di Indonesia. Walaupun begitu, malaria di Indonesia lebih terkonsentrasi di pulau-pulau terpencil seperti, Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Kalimantan, Nias, dan Sumatera. Indonesia menempati urutan kedua dengan
Universitas Sumatera Utara
mortalitas malaria yang paling tinggi di Asia Tenggara World Malaria Report, 2008. WHO SEAR 2010 mengatakan bahwa pada tahun 2008, sebanyak
107,78 juta orang dari populasi total yang berjumlah 214,39 juta orang hidup di daerah endemis malaria. Ini menunjukkan bahwa 50 dari seluruh populasi
Indonesia berisiko untuk terkena infeksi malaria. Rita Kusriastuti, direktur penyakit vektor pelayanan kesehatan Indonesia,
mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan masih mempunyai banyak daerah di negara yang tidak terjangkau oleh sistem perawatan kesehatan.
Mereka yang hidup di pulau yang terpencil sulit untuk mendapat akses ke hal-hal dasar seperti perawatan kesehatan dan ini memungkinkan malaria untuk
merenggut lebih banyak nyawa Global Post, 2009. Oleh karena itu, adalah penting untuk masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan yang adekuat
tentang infeksi malaria. Ini adalah supaya mereka mengetahui tentang cara pencegahan malaria dan dapat mengenal gejala klinis yang timbul pada penyakit
tersebut agar dapat pertolongan medis dengan secepat mungkin. Hal ini merupakan hal yang terpenting di Indonesia, mengingat Indonesia terdiri dari
beribu-ribu pulau. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dianggap perlu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan tentang infeksi malaria.
1.2 Rumusan Masalah