C. Analisa Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi
Dan Metode Penyajiannya Pada Laporan Keuangan Periode 2003-2005 PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Di Pandang Dari PSAK No. 59 Dan
PAPSI 2003
1. Penyajian Obligasi Syariah Mudharabah Pada Neraca PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk Oleh karena PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dalam hal penerbitan
Obligasi Syariah ini adalah sebagai pengelola dana mudharib dan juga ketentuannya sebagai Perseroan Bank Muamalat Indonesia Tbk yang
memiliki kewenangan penuh menginvestasikan dana dari transaksi, maka transaksi yang dilakukan tersebut berlaku sebagai investasi tidak terikat
mudharabah muthalaqah. Jadi segala ketentuan yang telah ada dan diatur tentang investasi tidak terikat haruslah dapat ditetapkan oleh
Perseroan Bank Muamalat Indonesia Tbk. Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi merupakan surat
berharga jangka panjang yang diterbitkan berdasarkan akad Mudharabah. Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi disajikan sebesar Nilai
Nominal. Biaya-biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah diakui langsung sebagai beban pada periode penerbitan
obligasi.
70
Sebagaimana ketentuan yang ditetapkan oleh PSAK No.59 2002: paragraf 153 dikatakan bahwa, “unsur-unsur neraca meliputi
aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas”. Dan juga ketentuan yang ditetapkan oleh PAPSI 2003:177 dimana investasi tidak terikat dari
70
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2006 Annual Report: Catatan Atas Laporan Keuangan, h.27
pihak ketiga disajikan sebesar nilai nominalnya untuk masing-masing investasi tidak terikat.
Pada neraca balance sheet PT Bank Muamalat Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2003 jelas dilaporkan bahwa “Obligasi Syariah
Mudharabah” dicatat dalam pos “Surat Berharga Yang Diterbitkan” antara kewajiban dan modal. Nilai yang dilaporkan adalah sebesar nilai
nominal Obligasi Syariah yang diterbitkan yaitu Rp.200.000.000.000,00,- .
71
Sedangkan di dalam ketentuan PAPSI 2003:177 telah dikatakan bahwa investasi tidak terikat dari pihak ketiga disajikan sebesar nilai
nominalnya untuk masing-masing investasi tidak terikat, berarti dicatat di dalam pos “investasi tidak terikat” dengan memisah masing-masing jenis
transaksinya dikolom pasiva antara kewajiban dan modal. Pada neraca balance sheet PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
tanggal 31 Desember 2004 jelas dilaporkan bahwa “Obligasi Syariah Mudharabah” dicatat dalam pos “Obligasi Syariah Mudharabah
Subordinasi” antara kewajiban dan modal. Nilai yang dilaporkan yaitu sebesar Rp.200.000.000.000,00,-.
72
Begitu pula pada neraca balance sheet PT Bank Muamalat Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2005 jelas
dilaporkan bahwa “Obligasi Syariah Mudharabah” dicatat dalam pos
71
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2003 Annual Report, h.60
72
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2004 Annual Report, h.57
“Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi” antara kewajiban dan modal. Nilai yang dilaporkan yaitu sebesar Rp.200.000.000.000,00,-.
73
Jadi dapat diamati bahwa penyajian Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk di dalam Neraca periode 31 Desember
2003 adalah belum sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PAPSI. Sedangkan periode 31 Desember 2004 dan 31 Desember 2005,
perseroan telah melakukan penyesuaian dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia PAPSI. Didalam pedoman tersebut telah dikatakan
bahwa investasi tidak terikat dari pihak ketiga disajikan sebesar nilai nominalnya untuk masing-masing investasi tidak terikat, berarti dicatat di
dalam pos “investasi tidak terikat” dengan memisah masing-masing jenis transaksinya dikolom pasiva antara kewajiban dan modal.
2. Penyajian Biaya Bagi Hasil Pada Laporan Laba Rugi PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Penyajian dilakukan sebagaimana halnya pencatatan dan penyajian
biaya bunga dari obligasi konvensional yang disajikan kedalam pos beban dalam laporan laba rugi perusahaan penerbit obligasi. Begitu juga halnya
dengan penyajian biaya bagi hasil dari Obligasi Syariah yang disajikan kedalam pos “biaya” karena merupakan beban utang perusahaan kepada
pemegang Obligasi Syariah. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PAPSI 2003:196
yang menyatakan bahwa “laporan laba rugi bank menyajikan secara
73
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2005 Annual Report, h.70
terperinci unsur pendapatan dan beban, serta membedakan antara unsur- unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan
non operasional PSAK No.31: Akuntansi Perbankan, Paragraph 91”. Kemudian menurut PAPSI tentang Hak Pihak Ketiga Atas Bagi
Hasil Investasi Tidak Terikat, dikatakan bahwa : c.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan bagian bagi hasil milik pihak ketiga misalnya nasabah penyimpan
dalam tabungan dan deposito yang didasarkan pada prinsip Mudharabah Mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh bank
syariah. d.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat tidak dapat diperlakukan sebagai beban pada saat dikeluarkan untuk pihak ketiga.
Bank syariah hanya akan mengakui pendapatan bagi hasil sebesar bagi hasil yang merupakan porsinya berdasarkan nisbah yang telah
disepakati.
74
Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan bagian bagi hasil milik pihak ketiga yang didasarkan pada prinsip
Mudharabah Mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh bank dengan menggunakan sistem revenue sharing.
75
Pada laporan Laba Rugi income statement PT Bank Muamalat Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2003 disajikan Bagi Hasil Obligasi
Syariah Mudharabah di dalam pos “Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
74
PAPSI 2003., h.200
75
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2006 Annual Report : Catatan Atas Laporan Keuangan, h.27-28
Invsestasi Tidak Terikat” bagi hasil dicatat sebesar Rp.174.035.498.000,-
76
. Akun ini merupakan distribusi bonus, marjin dan bagi hasil untuk
para nasabah :
Tabel 4.3 Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat Tahun
2003
Disajikan dalam ribuan rupiah Deposito Mudharabah 126.184.931
Tabungan Mudharabah 31.688.735
Bagi Hasil Obligasi 16.035.892
Lainnya 125.940
Jumlah 174.035.498
Sumber: BMI, Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2003
Pada laporan Laba Rugi Income Statement PT Bank Muamalat Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2004 disajikan Bagi Hasil Obligasi
Syariah Mudharabah di dalam pos “Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat” bagi hasil dicatat sebesar Rp. 255.476.670.000,-.
Akun ini merupakan distribusi bonus, marjin dan bagi hasil untuk para nasabah:
Tabel 4.4 Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat Tahun
2004
Disajikan dalam ribuan rupiah Deposito Mudharabah 156.927.025
Tabungan Mudharabah 65.104.432
Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi
33.040.455
76
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2003 Annual Report, h.62
Lainnya 404.758
Jumlah 255.476.670
Sumber: BMI, Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2004
Pada laporan Laba Rugi Income Statement PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2005 disajikan Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah di dalam pos “Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Obligasi Syariah” bagi hasil dicatat sebesar Rp. 383.387.739.000,-. Akun ini merupakan distribusi bonus, marjin dan bagi hasil untuk
para nasabah :
Tabel 4.5 Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat Tahun
2005
Disajikan dalam ribuan rupiah Deposito Mudharabah
254.282.000 Tabungan Mudharabah
100.317.373 Obligasi Syariah Mudharabah
Subordinasi 28.748.093
Lainnya 40.273
Jumlah 383.387.739
Sumber: BMI, Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2005
Jadi dapat diamati bahwa pelaporan atau penyajian Biaya Bagi Hasil
dari Obligasi Syariah didalam Laporan Laba Rugi PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk disajikan Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah di
dalam pos “Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat” untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2003 sampai dengan 31
Desember 2005 adalah telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PAPSI.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN