sudah bercerai. Kehadiran pihak mertua menjadi pemicu konflik rumah tangga S.P yang akhirnya harus berujung dengan perceraian.
4.2.2. Profil Informan Penatua Gereja , Adat Dan Masyarakat
1. Pdt.P. S Lk,45 tahun
P.S ini adalah seorang pendeta yang sudah melayani disebuah gereja suku di Medan, dan disamping sebagai pendeta bapak ini juga bekerja sebgai guru di salah
satu Sekolah Menengah di Medan. Bapak ini sekarang sudah berumur 45 tahun dan sudah menikah dengan ibu N. N dan sekarang telah dikarunia 3 orang anak. Dan
mereka tinggal di daerah Simpang Kuala Medan. Selain bapak ini sebagai pelayan Tuhan dia juga sangatperhatian dengan adat, dan selalu aktif dalam adat. P.S selalu
mengikuti adat dalam keluarganya. Sikap melayani informan saya bapak sangat mencerminkan sosok seorang bapak yang sesuai dengan profesinya. Dia
mencerminkan kewibaannya ditengah semua orang. Dan kelihatan bahwa bapak ini adalah seorang pelayan dibidang Teologi.
Pandangan bapak P.S terhadap keluarga Batak Toba Kristen sekarang ini yang semakin lama semakin banyak keluarga Kristen yang bercerai adalah sangat
menentang dengan adanya perceraian. Karena menurut bapak ini bahwa keluarga yang telah memutuskan untuk bercerai adalah hal yang melanggar ajaran agama
Kristen dan merupakan keputusan yang buru-buru dan terlalu cepat dalam mengambil keputusan dalam bercerai. Ajaran agama itu tidak di imani dan janji kudus yang
diucapkan pada pernikahan tidak ada komitmen. Agama Kisten tidak akan pernah mengijinkan adanya perceraian. Semua orang tahu bahwa dalam ajaran Kristen
Universitas Sumatera Utara
perceraian itu dilarang. Jadi, yang telah melakukan perceraian itu adalah keluarga yang terlalu cepat dalam mengabil keputusan bercerai pada hal itulah yang dilarang
Tuhan
2. Pdt. W.S Lk,50 tahun
W.S adalah seorang pendeta yang telah melayani di sebuah gereja HKBP dikota Medan. W.S sudah berusia 50 tahun dan mempunyai isteri boru Sinambela
yang juga adalah pendeta. Bapak ini dan ibu ini adalah tamatan dari STT.HKBP siantar dan sekarang bapak ini telah melayani disebuah gereja suku di Medan.
Pandangan bapak ini tentang fenomena perceraian dikalangan Batak Toba Kristen sekarang ini adalah bahwa perceraian itu sangat-sangat melanggar ajaran Kristen.
Dan tidak akan pernah gereja mengeluarkan ijin untuk bercerai, bagi siapa yang bercerai akan diberi RPPRuhut parmahanion dan pamincangon.
3. Pdt.M P Lk,48 tahun
M.P adalah seorang pendeta yang melayani di sebuah gereja GKPI dikota Medan. Pdt.M P selain sebagai pelayan di gereja bapak ini juga sangat peduli dengat
adat Batak. Pekerjaan bapak ini adalah hanya sebagai pelayan atau hanya pendeta saja. Bapak ini sudah berusia 48 tahun dan sudah mempunyai isteri dan 3 orang anak.
Mereka tinggal di daerah Mandala Medan. Pandangan bapak ini tentang perceraian adalah keluarga tersebut mengambil
keputusan yang terlalu cepat dan tidak meyakini ajaran agama yang dianutnya. Terjadinya perceraian dikalangan keluarga Kristen karena keluarga tersebut sudah
Universitas Sumatera Utara
kurang Iman yang akhirnya mengambil langkah untuk bercerai. Pada hal selama dia menganut agama Kristen dia pasti tahu bahwa perceraian tidak ada dalam ajaran
Kristen, jadi itu adalah keluarga yang tidak berkomitmen dengan janji nikah yang di ucapkan di gereja
4. St. R.S Lk, 60 tahun
St. R S adalah seorang penatua disalah satu gereja di Medan yaitu di Gereja HKBP di mandala. R.S adalah pensiunan PNS dan mempunyai isteri yang masih
bekerja sebagai guru. R.S sudah berusia 60 tahun, R.S mempunyai 4 orang anak, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Selain penatua di gereja bapak ini juga masih aktif dengan
mengikuti adat, dan dapat dikatakan bahwa bapak ini termasuk raja adat dan raja parhata dalam paradatan. R.S juga masih aktif di perkumpulan sitorus borubere. Jadi
sedikit banyak R.S tahu tentang adat Batak Toba. Pandangan R.S terhadap perceraian dikalangan Batak Toba Kristen sekarang
ini bahwa keluarga tersebu tidak lagi memegang teguj janji ikatan pernikahan itu. Perceraian merupakan sebuah pilihan sebuah keluarga, tetapi pilihan yang diambil
untuk bercerai adalah menurut bapak ini itu pilihan yang salah. Karena masih ada adat yang akan menyelesaikan dan agama juga berfungsi. Seperti halnya dalihan
natolu, itu berfungsi untuk menyeimbangkan antar 3 pihak agar terbina keluarga yang harmonis yang sesuai dengan visi nya. Dan apabila Dalihan na tolu juga tidak bisa
menyelesaikannya berarti dalihan na tolu itu memudar fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
5. R. P Pr,55 tahun
R P adalah ibu dari 5 orang anak, dimana anak laki-laki 2 orang dan anak perempuan adalah 3 orang. Pekerjaan seharian ibu ini adalah berwirausaha yaitu
berdagang. Ibu ini beralamat di Marindal Dalam. Dan suami dari ibu ini adalah bapak S.Panjaitan. mereka dulu berasal dari daerah tapanuli utara dan sekarang mereka
sudah menetap tinggal di kota Medan. Ibu ini sudah berumur 55 tahun dan sudah mempunyai cucu. Jadi ibu ini sudah di panggil “Oppung”. Dalam adat Batak keluarga
dari ibu ini sangat aktif dalam mengikuti adat-istiadat. Dan suami ibu ini bisa dibilang sudah sangat mengerti dengan adat. Apalagi anak mereka sudah menikah dan sudah
mendapatkan cucu, maka sebagian adat itu sudah dilakukan untuk mereka. Ketika ditanya mengenai perceraian yang terjadi dikalangan Batak Toba
Kristen, ibu ini mengatakan “ bahwa perceraian dikalangan Batak Toba Kristen itu jarang terjadi. Kalau secara adat memang tidak ada larangan untuk bercerai, tetapi
dalam suku Batak Toba bahwa bercerai itu dianggap aib. Apabila dalam sebuah keluarga terjadi perceraian, dan yang menceraikan nya adalah perempuan maka
sanksi yang dikenakan adalah dengan membayar kembali sinamot dan pengeluaran belipat-lipat. Dahulu tidak pernah ada kedengaran yang namanya percerain
dikalangan Batak Toba, yang ada adalah lebih baik dalam bahasa sekarang dikatakan berpolygami atau marimbang. Itu terjadi karena dimana dalam sebuah keluarga
belum dikarunia anak, apalagi anak laki-laki. Jadi, kata perceraian dalam Batak Toba itu dahulu tidak ada. Sekarang baru ada. “
Universitas Sumatera Utara
6. P. P Lk, 52 tahun
P.P merupakan bapak dari dua orang anak yang bekerja sebagai guru. Dan mempunyai istri yang juga bekerja sebagai guru. Mereka beralamat di jalan Jati V
No.3 Medan. Keseharian bapak ini adalah pergi kesekolah untuk bekerja sesuai dengan profesi yang ada sama bapak itu. P.P adalah sosok yang sangat sayang dengan
isterinya yang mampu mempertahankan keluarganya. Keluarga bapak ini sangat lama dikarunia anak. Sekitar tujuh tahun usia perkawinan keluarga bapak ini tidak di
karunia anak, dan tahun ke delapan usia pernikahan mereka mengadopsi seorang anak perempuan, selama mereka tidak dikarunia anak banyak goncangan keluarga yang
mempengaruhi bapak ini. Tetapi mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Dan setahun kemudian mereka dikarunia anak kandung, isteri bapak itu melahirkan dan
yang paling membahagiakan adalah anak bapak itu laki-laki. Lengaklah kebahagiaan mereka.
Pandangan bapak ini tentang keluarga bercerai adalah bahwa dalam mempertahankan keluarga yang begitu dekat dengan adat Batak maka sangat susah
mempertahankan keluarga apalagi dalam sebuah keluarga tersebut tidak dikaruniai anak, maka tekanan selalu datang baik pada isteri maupun suami yang akhirnya
mengakhiri perkawinan dengan perceraian. Menurut bapak itu, dalam keluarga Batak itu perceraian itu maunya jangan sampai terjadi, karena perceraian itu dianggap aib.
Banyak cara untuk mempertahankan keluarga kita, dengan catatan bahwa kita masih sayang satu sama lain. Kalau mengenai tekanan itu adalah hal yang biasa dalam
Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
7. R.S Pr, 45 tahun
R.S adalah seorang ibu dari 3 orang anak yang dapat digolongkan sudah tua dimana ibu ini sudah berumur 45 tahun dan bekerja sebagai penjaga kedai kopi.
Suami ibu ini adalah seorang supir bus yang rute perjalanannya adalah antar provinsi. Anak pertama dari ibu ini adalah masih kelas 3 SMA dan paling kecil kelas
1 SMP. Mereka tinggal di daerah Amplas. Kegiatan sehari-hari ibu adalah hanya sebagai menjaga kedai demi memperjuangkan anaknya yang sebentar lagi mau tamat.
Meskipun dengan kehidupan yang pas-pasan ibu sangat semangat dalam menyekolahkan anak-anaknya, karena ada pepatah mengataka “Anakkon hi do
hamoraon di au”. Dengan ekonomi yang pas-pasan ibu ini tidak ketinggalan mengikut adat yang ada dalam keluarganya, sampai pulang kampung ke daerah
sidikalang juga mereka harus pergi untuk beradat, Pandangan ibu mengenai perceraian dikalangan Batak Toba Kristen adalah
tidak setuju dengan adanya perceraian dalam Batak Toba Kristen. Kalau terjadi perceraian itu adalah aib bagi keluarga tersebut. Batak Toba itu dikenal dengan
tingkat perceraian yang sangat rendah. Apalagi agama yang mengikat, jadi untuk masyarakat Batak Toba Kristen jarang terjadi perceraian.
8. R.P Pr, 45 tahun
R.P adalah seorang ibu janda yang ditinggal mati oleh suami. Ibu ini masih berumur 45 tahun. Dan memiliki anak 4 orang anak, satu laki-laki dan 3 perempuan.
Anak pertama laki-laki semester 8 di Unimed dan anak bungsu kelas 2 SMP. Ibu ini tinggal di jalan Swadaya no 256 marindal dalam. Ibu in bekerja sebagai pedagang
Universitas Sumatera Utara
yang menjual bahan-bahan pokok. Setiap pagi ibu ini sekitar jam 4 sudah berangkat ke pajak untuk belanja untuk keperluan masak untuk dijual. Demi anak-anaknya dia
rela bangun pagi jam setengah 4 agar anaknya bisa berhasil. Karena hanya sama anaknya lah ibu ini bisa bertukar pikiran.
Pandangan ibu mengenani keluarga Batak Toba Kristen yang bercerai adalah itu hanya karena perkembangan zaman yang telah banyak mengadopsi budaya luar.
Sehingga nilai-nilai adat dan nilai agama itu kurang di perhatikan, dimana budaya yang dari luar itu sangat bertentangan dengan budaya Batak Toba, apalagi ajaran
Kristen. Ibu ini mengatakan itu karena fenomena-fenomena yang ada di media yang menganggap bahwa perceraian itu mudah untuk dilakukan. Menurut ibu itu mereka
hanya korban dari perkembangan zaman.
9. B.S Lk,57 tahun
B.S adalah raja adat dan parhata dalam paradatan. Bapak ini sangat aktif di paradaton. B.S berasal dari daerah Humbahas, tetapi sekarang dia berada di Medan
tinggal bersama anaknya yang sudah berkeluarga. Bapak ini sudah d tua karena sudah berumur 57 tahun tetapi kelihatannya masih sehat dan semangat dalam menjalani
kehidupan ini. Bapak ini mempunyai anak 5 anak. Dua laki-laki dan 3 perempuan dan masing-masing anaknya sudah menikah. Pekerjaan dia adalah berkunjung ke tempat
anak-anaknya. Dan kalau ada adat di kampung bapak ini langsung di panggil untuk pulang, karena dalam punguan toga sihombing bapak ini sangat di
hormatidiparsangapi karena bapak ini salah satu pendiri dan sekaligus pernah menjadi pengurus di Toga Sihombing.
Universitas Sumatera Utara
Ketika ditanya bapak ini tentang fenomena yang terjadi sekarang ini dalam Batak Toba Kristen adalah sudah banyaknya percereaian dikalangan Batak Toba
Kristen, maka menurut bapak itu bahwa nilai-nilai adat itu yang kurang berfungsi seperti dalihan na tolu yang tidak mampu untuk menjaga keseimbangan antara kedua
belah pihak. Dan gereja juga kurang perhatian terhadap jemaatnya, kurangnya bimbingan konseling dan banyaknya sekarang masyarakat Batak Toba masuk dalam
ajaran Kharismatik yang tidak mau berhubungan lagi dengan adat. Dengan ajaran tersebut mereka menganggap adat itu hanya memperumit keadaan
Keluarga yang bercerai itu adalah keluarga yang telalu mudah mengambil keputusan. Itu memang pilihan yang menurut mereka yang terbaik dan merupakan
pemaksaan kehendak diri sendiri kepada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Intepretasi Data 4.3.1 Makna Lembaga Perkawinan Masyarakat Batak Toba