Latar Belakang Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi Gummy Vitamin C Menggunakan Real -Time PCR Untuk Analisis Kehalalan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Food supplement atau disebut sebagai makanan tambahan pada aneka produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat bersifat nutrisi dan obat. Nutrisi yang terkandung dalam food supplement meliputi vitamin, mineral dan asam amino, sedangkan food supplement yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang berkhasiat sebagai obat Yuliarti, 2009. Dalam pemenuhan nutrisi bagi anak-anak, terutama pada pemberian vitamin, maka industri farmasi mulai memproduksi sediaan vitamin dalam bentuk gummy. Alasan pemilihan bentuk gummy tersebut, karena bentuk sediaan gummy seperti permen jelly dan mudah dikunyah sehingga anak-anak lebih menyukai gummy daripada bentuk tablet. Bahan-bahan untuk membuat gummy diantaranya adalah sukrosa, glukosa, asam sitrat serta bahan basis gummy yaitu gelatin. Lanelli, 2014. Gelatin merupakan protein yang berasal dari hidrolisis kolagen jaringan ikat dan tulang dengan perlakuan asam dan basa. Gelatin memiliki sifat sebagai gelling agent, thickening agent, zat penstabil, dan emulsifier. Oleh karena itu gelatin digunakan dalam produk makanan seperti marshmallow, permen gummy, daging olahan, es krim. Selain itu, gelatin juga digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan untuk membuat kapsul keras dan kapsul lunak, tablet, salep untuk mukosa membran mulut, dan suplemen gummy Hui et al.,2011; Nhari et al.,2012. Globalisasi dalam semua aspek kehidupan telah membawa konsekuensi banyak pada makanan produk lokal maupun produk impor, baik produk yang halal atau produk yang haram. Hal ini jelas sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. LPPOM MUI sudah meluncurkan sistem jaminan halal sebagai pedoman yang diwujudkan dalam bentuk sertifikasi halal, tetapi masih banyak kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah belum terdapat metode yang valid untuk menganalisa adanya zat non halal pada produk makanan. Salah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta satu produk pangan yang masih diragukan kehalalannya yaitu produk makanan yang berbasis gelatin. Gelatin diekstraksi dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang yang bersumber dari babi dan sapi. Hermanto, Sumarlin, and Fatimah, 2013. Presentase produksi gelatin di dunia pada tahun 2006, masih didominasi oleh gelatin babi, dengan jumlah 45,8 berasal dari kulit babi dan 28,4 berasal dari kulit sapi Phillips William, 2009. Sementara itu, Al-Quran surat Al-Maidah: 3, menjelaskan bahwa umat Islam dilarang untuk mengkonsumsi produk babi dan hewan yang tidak disembelih berdasarkan hukum Islam. Hal ini jelas bahwa umat Islam dilarang untuk mengkonsumsi makanan diklasifikasikan sebagai bangkai maytah, darah, daging babi dan daging yang didedikasikan untuk selain Allah Raraswati et al., 2009. Banyak kajian yang telah dilakukan mengenai sifat, aplikasi dan struktur gelatin, mengingat luasnya penggunaan gelatin itu sendiri. Namun gelatin dari sumber yang berbeda bisa jadi sangat mirip ditinjau dari segi sifat fisika dan kimianya. Hal ini membuat sulit untuk membedakan antara gelatin yang haram dan gelatin halal Nemati et al., 2004. Pada penentuan spesies hewan dapat dilakukan dengan analisis protein dan DNA. Pada analisis penentuan spesies hewan berbasis protein sering digunakan metode ELISA, HPLC, dan Spektrofotometri massa. Analisis penentuan spesies hewan berbasis DNA digunakan metode PCR atau Real Time PCR. Metode penentuan spesies hewan berbasis protein memiliki kekurangan yaitu protein terjadi denaturasi progresif yang disebabkan oleh perubahan suhu dan pH sehingga kehilangan heterogenitas dan stabilitas protein. Metode berbasis DNA memiliki kelebihan dibandingkan metode berbasis protein yaitu metode real time PCR menggunakan primer spesifik dengan jenis DNA hewan dan proses deteksi lebih sensitif dan cepat Cai et al., 2012. Analisa kandungan babi dalam suatu produk dapat dilakukan melalui amplifikasi DNA dengan metode Polymerase Chain Reaction PCR. Hal ini telah banyak dilakukan seperti pemeriksaan daging babi dalam produk olahan Walker et al, 2003 dan pengujian pencemaran daging babi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta produk bakso Ridwan dan Margawati, 2010. Selain pada produk makanan, PCR dapat digunakan dalam identifikasi DNA babi dan sapi yang terkandung dalam gelatin pada sediaan kapsul dan gummy seperti yang telah dilakukan Demirhan et al. 2012 dan Cai et al. 2012. Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa permasalahan, di antaranya adalah masih banyak obat-obatan di Indonesia yang belum mencantumkan label halal atau mendapatkan sertifikat halal dari lembaga yang berwenang. Sekitar 30 ribu obat dari 206 perusahaan hanya 34 produk yang bersertifikat halal, dengan rincian, obat sebanyak 4 produk, jamu sebanyak 17 produk dan suplemen sebanyak 13 produk. Sedangkan pemasaran gelatin di dunia didominasi oleh gelatin yang bersumber dari babi sehingga kemungkinan besar gelatin yang digunakan dalam pembuatan obat bentuk sediaan gummy adalah gelatin yang tidak halal LPPOM MUI, 2013. Tujuan dari penelitian untuk membedakan amplifikasi DNA gelatin sapi dan gelatin babi pada sampel simulasi gummy vitamin C dengan menggunakan instrumen real time PCR. Sampel simulasi gummy vitamin C dibuat dengan campuran antara gelatin sapi dan gelatin babi dalam berbagai konsentrasi.

1.2. Rumusan Masalah