Hasil Aplikasi MetodaImplementasi Asuhan Keperawatan

2.2 Implementasi dan evaluasi keperawatan pada pasien kedua No. Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 1. Kurang pengetahuan tentang perawatan luka post seksio yang berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber informasi tentang perawatan luka post seksio dirumah ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu sama sekali cara perawatan bekas luka operasi selama dirumah, klien mengatakan takut takut bergerak karena khawatir luka operasi akan terbuka. 11 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji pengetahuan dan persepsi klien tentang perawatan luka post seksio dirumah 4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka post seksio dirumah, meliputi pengertiann luka post seksio, tujuan perawatan, cara merawat dirumah, dan tanda- tanda infeksi. 5. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 6. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakan senang bisa mengetahui bagaimana nanti akan merawat lukanya saat berada dirumah O: Klien ammpu mengulangi cara perawatan luka post seksio dengan baik, serta wajah klien terlihat tenang. A: Masalah kurang pengetahuan tentang perawatan luka post seksio diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. P: Intervensi dihentikan. No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 2. Kurang pengetahuan tentang ambulasi dan senam nifas yang berhubungan dengan terbatasnya informasi mengenai senam nifas dan ambulasi ditandai dengan klien mengatakan untuk bergerak karena bekas luka operasi, klien mengatakan tidak pernah mengetahui tentang senam nifas, klien mengatakan mau belajar senam nifas sesuai kemampuannya 11 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji kemampuan klien melakukan ambulasi 4. Mengkaji pengetahuan dan persepsi klien tentang ambulasi dan senam nifas 5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ambulasi dan senam nifas, meliputi defenisi senam nifas, manfaat, serta kontraindikasi senam nifas 6. Mengkaji skala nyeri klien 7. Membimbing dan ajarkan klien melakukan senam nifas sesuai dengan kebutuhan klien 8. Memerikan kesempatan pada klien untuk bertanya 9. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakan senang sudah dijelaskan mengenai ambulasi dan senam nifas, serta sudah diajarkan cara senam nifas sesuai dengan kemampuannya O: klien mampu mengulangi penjelasan tentang senam nifas, serta klien mampu melakukan gerakan senam nifas yaitu tarik nafas dalam sesuai dengan kemampuan klien A: Masalah kurang pengetahuan tentang ambulasi dan senam nifas diatasi dengan memberikan pendidikan kesehataan P: Intervensi dihentikan. No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 3. Kurang pengetahuan tentang pemberian ASI dan cara menyusui yang berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai pemberian ASI dan cara menyusui ditandai dengan klien mengatakan ASI belum keluar, klien mengatakan belum mengetahui cara menyusui yang benar, klien merasa takut kalau menyusui akan terasa sakit, ASI keluar pada hari kedua setelah operasi, ASI merembes dan payudara terasa nyeri. 11 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji pengetahuan awal klien tentang menyusui dan cara-cara menyusui yang benar 4. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya menysuui dan berbagai cara menyusui yang benar dan nyaman 5. Memberikan ibu privasi untuk menyusui bayinya 6. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 7. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakn cukup puas sudah dijelaskan tentang pentingnya memberikan ASI serta berbagai cara menyusui bayi dengan benar dan nyaman A: Klien mampu mengulangi penjelasan mengenai cara menyusui dengan benar, serta klien mampu memulai menyusui bayinya pada harikedua setelah operasi A: Masalah kurang pengetahuan tentang cara menyusui yang benar diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan P: Intervensi dihentikan. No. Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 4. Kurang pengetahuan tentang memandikan dan merawat tali pusat bayi yang berhubungan dengan terbatasnya informasi mengenai memandikan dan merawat tali pusat bayi ditandai dengan klien mengatakan belum pernah memandikan bayi sebelumnya, klien mengatakan tidak tahu merawat tali pusat bayi, klien mengatakan belum berani memandikan bayinya. 12 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji pengetahuan awal klien mengenai cara memandikan dan merawat tali pusat bayi 4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang memandikan dan merawat tali pusat bayi 5. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 6. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakan sangat senang atas penjelasan tentang cara memandikan dan merawat tali pusat bayi, karena ini adalah anak pertama klien A: klien mampu mengulangi penjelasan mengenai cara memandikan dan merawat tali pusat bayi dengan benar A: Masalah kurang pengetahuan tentang memandikan dan merawat tali pusat bayi diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan P: Intervensi dihentikan. No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 5. kurang pengetahuan tentang imunisasi wajib pada bayi yang berhubungan dengan terbatasnya informasi mengenai imunisasi ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu jenis- jenis imunisasi wajib pada bayi, klien mengatakan belum paham tentang jadwal imunisasi. 12 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji pengetahuan awal klien tentang imunisasi wajib pada bayi 4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi wajib pada bayi serta jadwal pemberian imunisasi 5. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 6. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakan merasa senang sudah dijelaskan tentang imunisasi wajib pada bayi serta sudah diberikan leaflet O: Klien mampu mengulangi penjelasan mengenai imunisasi wajib pada bayi dengan baik A: Masalah kurang pengetahuan tentang imunisasi wajib pada bayi diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan P: Intervensi dihentikan. No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi 6. Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana KB yang berhubungan dengan terbatasnya informasi mengenai KB ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu mengenai KB, klien mengatakan belum paham tentang jenis-jenis alat kontrasepsi, klien mengaku masih bingung menggunakan alat kontrasepsi yang cocok. 12 Juli 2015 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengkaji TTV klien 3. Mengkaji pengetahuan awal klien mengenai keluarga berencana 4. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB, seperti defenisi KB, jenis-jenis kontrasepsi, dan motivasi ibu untuk memilih salah satu jenis kontrasepsi 5. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya 6. Memberikan positive feedback kepada klien. S: Klien mengatakan senang sudah dijelaskan tentang keluarga berencana serta jenis-jenis alat kontrasepsi O: Klien mampu mengulangi penjelasan mengenai keluarga berencana dengan baik A: Masalah kurang pengetahuan tentang keluarga berencana diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien P: Intervensi dihentikan.

3. Analisis Pembahasan

Penulis melakukan asuhan keperawatan kepada dua orang pasien post sectio caesarea dengan pendekatan melakukan program discharge planning sebelum pasien tersebut meninggalkan rumah sakit. Pasien yang pertama adalah Ny. S yang melahirkan anak ketiganya serta pasien kedua adalah Ny. N yang melahirkan anak pertamanya. Pengkajian juga disebut sebagai pengumpulan data adalah sebuah langkah awal dalam berpikir kritis dan pembuatan keputusan yang mengarah pada diagnosis keperawatan. Perawat mempertimbangkan pasien sebagai figur sentral dalam merencanakan asuhan dan memastikan ketepatan dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon pasien Wilkinson, 2006. Penulis melakukan pengkajian keperawatan secara head to toe pada klien, selain melakukan pengkajian secara head to toe, penulis juga melakukan pengkajian khusus mengenai discharge planning guna menentukan kebutuhan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian mengenai discharge planning terdiri dari delapan butir pertanyaan terbuka mengenai pengetahuan dan persepsi pasien tentang perawatan luka post seksio , ambulasi dan senam nifas, personal hygiene , pemenuhan gizi ibu nifas, pemberian ASI serta cara menyusui, memandikan serta merawat tali pusat bayi, imunisasi wajib pada bayi, dan yang terakhir adalah tentang keluarga berencana KB. Berdasarkan hasil pengkajian mengenai discharge planning yang dilakukan terhadap Ny. S didapatkan kesimpulan bahwa klien sudah memiliki cukup pengetahuan tentang beberapa hal yang menjadi kebutuhan ibu nifas pasca persalinan seksio, seperti klien sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang personal hygiene , pemenuhan kebutuhan gizi selama masa nifas, memberikan ASI serta cara menyusui yang benar, memandikan dan merawat tali pusat bayi, serta imunisasi wajib pada bayi. Pengetahuan yang didapat klien tentu saja tidak lepas dari pengalaman klien sebelumnya, karena ini adalah kelahiran anak ketiganya. Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk. Menjadi orang tua menciptakan periode ketidakstabilan yang menuntut perilaku yang meningkatkan transisi untuk menjadi orang tua Walz, Rich, 1983 dalam Bobak, 2004. Steele dan Pollack 1968 menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen yang bersifat praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik, komponen kedua bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktivitas dalam perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian, membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa bergerak. Aktivitas yang berorientasi pada tugas ini atau keterampilan kognitif – motorik tidak terlihat secara otomatis pada saat bayi lahir. Kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin sukar bagi mereka Bobak, 2004. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien kedua yaitu Ny. N 30 tahun memiliki pengetahuan yang kurang dalam menjawab hampir keseluruhan item dalam format pengkajian discharge planning . Klien memiliki pengetahuan yang kurang dalam beberapa hal seperti merawat luka post seksio , ambulasi dan senam nifas, pemberian ASI dan cara menyusui, memandikan dan merawat tali pusat bayi, imunisasi wajib pada bayi, serta tentang keluarga berencana KB. Hal ini sangat berbeda jauh dengan pengetahuan Ny. S 35 tahun terhadap item pertanyaan yang diberikan, namun jika ditinjau lebih jauh hal ini menjadi wajar karena proses kelahiran ini adalah pengalaman pertama pada Ny. N primipara, sedangkan Ny. S melahirkan anak ketiganya multipara. Wanita yang melahirkan anaknya sampai usia 30-an atau awal 40-an memiliki dilema dalam memilih mencakup kesadaran bahwa mereka menjadi orang tua mempunyai konsekuensi positif dan negatif Chervenk, Kardon. 1991. Akan tetapi pada kenyataannya perawatan anak pada pertama kali terbukti sulit bagi mereka. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya Potter Perry, 2005. Penulis mengangkat beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada dua pasien tersebut. Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya sumber informasi dari setiap item pertanyaan yang terdapat dalam format pengkajian discharge planning . Setelah menegakkan diagnosa keperawatan penulis membuat rencana asuhan keperawatan intervensi kepda masing-masing klien. Perencanaan adalah mengkomunikasikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang klien inginkan. Rasional untuk intervensi perlu logis dan dapat dikerjakan, dengan tujuan memberikan perawatan yang individual Doenges, 2001. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Penulis menggunakan metode ceramah ditambah dengan media berupa leaflet guna menambah pemahaman klien terhadap penjelasan yang diberikan. Klien terlihat antusias dalam menerima penjelasan yang diberikan penulis. Penulis juga mengevaluasi klien setelah selesai penjelasan dan memberikan positive feed back terhadap setiap pencapaian klien. Melalui pendidikan kesehatan yang diberikan penulis mengharapkan pengetahuan klien dapat bertambah, sehingga klien mampu mempersiapkan dirinya untuk mandiri melakukan kebutuhan ibu nifas serta merawat bayinya dengan baik setelah berada dirumah. Pada periode awal, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan, dan bersosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh anaknya. Periode berikutnya mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga. Orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi mereka. Orang tua perlu dukungan dan perawatan pada saat ini dan pedoman untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang Bobak, 2004. Kendala yang ditemukan penulis dalam pelaksanaan discharge planning di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah tidak adanya format baku yang dimiliki ruangan terkait discharge planning . Petugas kesehatan yang bertugas diruangan juga mengaku belum pernah terlibat dalam pelaksanaan

Dokumen yang terkait

Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

2 79 97

Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

8 119 106

Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

0 3 97

Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 12

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 13

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 1

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 4

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 32

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 2

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 1 38