Manfaat penelitian Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
1.3 Struktur
Discharge Planning
Menurut Mc. Kecnan dan Coulton 1970 yang dikutip oleh Jackson 1994 menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari strtuktur
formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dan menyusun dalam
sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis dalam pelaksanaannya. Struktur formal yaitu suatu perencanaan pemulangan
dibuat secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi, penilaian sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.
Dugan dan Mossel 1992 yang dikutip oleh Jackson 1994 menyatakan bahwa saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan
pemulangan dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta para
profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan pasien yang baik serta dalam pelaksanaannya.
1.4 Prinsip
Discharge Planning
Menurut Anne Angela 2000 prinsip dari perencanaan pemulangan terdiri dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi, dan implementasi.
a. Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antar profesi kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis, dan profesi lain
untuk mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama perawatan dirumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif atau
pengentahuan dari pasien mengenai penyakit dan pengobatannya. Keadaan
tempat tinggal yang dapat mendukung perawatan pasien, lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur, dan usia.
b. Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasi kebutuhan dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara dengan pasien dan
keluarga. Serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu untuk menentukan tingkat ketergantungan dari pasien. Hasil pengkajian
tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya untuk menyusun perencanaan pemulangan pasien ke rumah.
c. Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin profesi dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam
menyusun dan melaksanakan rencana pemulangan d. Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi
rujukan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang dikerjakan sesuai bidang ilmu keperawatan.
1.5 Pemberi dan penerima layanan
discharge planning
1.5.1 Pemberi layanan
discharge planning
Proses
discharge planning
harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan
kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien Potter dan Perry, 2006.
Discharge planning
tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi
layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial dapat bekerja sama Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden
Hospital, 2004.
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
continuing care coordinator
adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses dischard planning
bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan
mengimplementasikan dischard
planning Discharge
Planning Association, 2008.
1.5.2 Penerima layanan
discharge planning
Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan
discharge planning
Discharge Planning Association, 2008. Beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan
permanen Riece, 1992 dalam Potter dan Perry, 2005. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua
rencana pemulangan pasien Medical Mutual of Ohio, 2008. 1.6 Proses pelaksanaan
discharge planning
Proses pelaksanaan
discharge planning
mencakup semua kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry 2006 membagi
proses
discharge planning
dalam tiga fase yaitu fase akut, fase transisional, dan fase pelayanan yang berkelanjutan. Pada fase akut perhatian utama para medis
berfokus pada usaha discharge planning, sedangkan pada fase transisional kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin
berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang kerumah dan
merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
Potter dan Perry 2005 menyusun format
discharge planning
sebagai berikut: 1.6.1 Pengkajian
a. Sejak pasien masuk ke rumah sakit, kaji semua kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan
pasien dan care giver, fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial,
sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat pendidikan, serta kendala yang mungkin dihadapi terhadap
asuhan keperawatan. b. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaiman menciptakan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis dirumah, larangan akibat suatu gangguan
kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien seperti membaca atau
menonton video, jika materi tertulis yang digunakan, pastikan agar materi tertulis yang layak tersedia bagi pasien. Tipe materi pendidikan
yang berbeda-beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda-beda pada pasien.
c. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan didalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan
diri seperti ukuran ruangan, kebersihan ruangan dan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna
seorang perawat dapat dirujuk untuk melakukan perawatan dirumah. d. Berkolaborasi dengan dokter dan staf profesi lain seperti dokter pemberi
terapi dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.
e. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap perawatan kesehatan yang berkelanjutan diluar rumah sakit, mencakup pengkajian terhadap
kemampuan keluarga untuk mengamati
care giver
dalam memberikan perawatan kepada pasien. Sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu
berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keraguan diantara keduanya.
f. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pembatasan aktifitas fisik.
g. Konsultasikan tim pemberi pelayanan kesehatan yang lain tentang kebutuahan setelah pemulangan seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinis spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan dirumah. Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda dan tempat rujukan seperti
puskesmas. 1.6.2 Diagnosa keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien.
1.6.3 Perencanaan
Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pasien atau keluarga sebagai
care giver
mampu menjelaskan bagaimana kelanjutan dari pelayanan kesehatan dirumah atau fasilitas lain,
penatalaksanaan dan pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul.
b. Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri atau ada anggota keluarga yang mampu melakukan perawatan kepada anggoat
keluarga yang lain. c. Hambatan terhadap pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
lingkungan rumah yang kondusif, hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi kesehatannya telah diubah sesuai keamanan pasien.
1.6.4 Penatalaksanaan Penatalaksanaan
dapat dibedakan
kedalam dua
bagian, yaitu
penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan pasien.
I. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien a. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah yang lebih kondusif dan
aman untuk memenuhi kebutuhan pasien. b. Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam memberikan informasi tentang
sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas, dan rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih dirumah.
c. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat
mungkin selama dirawat dirumah sakit seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis,
perawatan lanjutan, diet, latihan, serta pembatasan yang disebabkan oleh penyakit. Video atau buku-buku penjelasan dapat diberikan kepada klien
dan keluarga, serta dapat juga diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet.
d. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lainyang terlibat
dalam perawatan pasien selama dirumah. II. Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif, adapun aktivitas yang dapat
dilakukan pada hari pemulangan adalah : a. Biarkan pasien dan keluarganya bertanya dan berdiskusi tentang isu-isu
yang berhubungan dengan perawatan dirumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan perawatan yang bermanfaat dirumah.
b. Periksa instruksi pemulanagn dari dokter, kebutuhan terapi atau kebutuhan akan alat-alat medis khusus. Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan
siapkan alat-alat yang dibutuhkan pasien sebelum sampai dirumah seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, atau feeding pump.
c. Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju kerumah.
d. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan merapikan semua barang milik pasien dan jaga privasi pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien. e. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien.
Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh keluarga dan pasien, dan instruksikan penjaga atau
administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.
f. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan yang dinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terahir
untuk kebutuahan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman. g. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji atau pertemuan follow up
ke praktek dokter ataupun pelayanan kesehatan lain seperi puskesmas. h. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengunjungi kantornya.
i. Dapatkan kontak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu berjalan ke mobil atau ambulans, pasien
yang pulang dengan ambulans harus diantarkan oleh petugas ambulans dari rumah sakit.
j. Bantu pasien menuju kursi roda dan gunakan sikap tubuh dan tekhnik pemindahan yang aman dan sopan. Dampingi pasien memasuki unit
dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Bantu pasien
pindah ke mobil atau kendaraan untuk transportasi dan bantu menempatkan barang-barang pribadi pasien kedalam kendaraan.
1.6.5 Evaluasi pelaksanaan
discharge planning
a. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus
dilaporkan kepada dokter. b. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatan atau perawatan yang akan dilanjutkan dirumah. c. Perawat yang melakukan perawatan dirumah perlu memperhatikan
keadaan rumah pasien, mengidentifikasi hambatan yang dapat membahayakan pasien, dan menganjurkan perbaikan kepada keluarga.
1.7 Unsur-unsur
discharge planning
Unsur-unsur yang harus ada pada sebuah
form
perencanaan pemulangan Discharge Planning Association, 2008, antara lain :
a. Pengobatan dirumah mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan dan pengobatan yang perlu dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau tempat
pemeriksaannya. d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan
aktivitas, latihan, diet yang dianjurkan serta pembatasan makanannya. e. Petunjuk perawatan diri seperti perawatan luka.
f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janji untuk control atau follow up. g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomro telepon yang
bias dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan. h. bagaimana mengatur perawatan lanjutan, jadwal pelayana dirumah,
perawat yang menjenguk, alat bantu jalan seperti walker, beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan.
2.
Sectio Caesarea
2.1 Defenisi
sectio caesarea
Seksio sesaria merupakan prosedur operatif, yang dilakukan dibawah anastesi sehingga janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding
abdomen dan uterus, prosedur ini biasanya dilakukan setelah viabilitas tercapai, misalnya: usia kehamilan lebih dari 24 minggu Myles, 2003.
Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin 1000gr atau umur kehamilan 28
minggu Manuaba, 2012. 2.2 Indikasi
sectio caesarea
Indikasi
sectio cesarea
menurut Sofian 2012, adalah: a. Faktor ibu
Indikasi tindakan
sectio caesarea
yang dipengaruhi oleh faktor ibu seperti: plasenta previa sentralis atau lateralis posterior, panggul sempit,
disproporsi
sefalopelvik
, rupture uteri mengancam, partus lama
prolonged labor
, partus tak maju
Obstructed Labor, distosia serviks
, preeklamsi dan hipertensi.
b. Faktor janin Indikasi tindakan
sectio cesarea
yang dipengaruhi oleh faktor janin seperti: letak janin, letak bokong, presentasi dahi dan muka, dan gemeli jika janin pertama
letak lintang. 2.3 Komplikasi sectio caesarea
Menurut Sofian 2012 komplikasi
sectio caesarea
dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:
a. Infeksi puerperal nifas. b. Ringan, dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja.
c. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
d. Berat, dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. 2.4 Proses penyembuhan luka
Menurut Morison 2012, proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi kedalam 4 fase utama, yaitu:
I.
Fase inflamasi
0-3 hari Jaringan yang rusak dan
sel mast
akan melepaskan
histamine
dan mediator lain, sehingga menyebabkan
vasodilatasi
dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah kedaerah tersebut, sehingga
menjadi merah dan hangat.
II.
Fase destruktif
1-6 hari Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami
devitalisasi
dan bakteri oleh
polimorf dan macrofag
.
Polimorf
menelan dan mengahncurkan bakteri. Tingkat aktivitas
polimorf
yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut.
III.
Fase proliferatif
3-24 hari
Fibroblas
meletakkan substansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka, begitu kolagen diletakkan maka
terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. IV.
Fase maturasi
Dalam setiap cedera yang mengakibatkan kehilangan kulit, sel epitel pada pinggir luka dari sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula
sudorifera, membelah dan mulai bermigrasi diatas jaringan baru.