Manfaat penelitian Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

1.3 Struktur Discharge Planning Menurut Mc. Kecnan dan Coulton 1970 yang dikutip oleh Jackson 1994 menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari strtuktur formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dan menyusun dalam sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis dalam pelaksanaannya. Struktur formal yaitu suatu perencanaan pemulangan dibuat secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi, penilaian sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan. Dugan dan Mossel 1992 yang dikutip oleh Jackson 1994 menyatakan bahwa saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan pemulangan dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta para profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan pasien yang baik serta dalam pelaksanaannya. 1.4 Prinsip Discharge Planning Menurut Anne Angela 2000 prinsip dari perencanaan pemulangan terdiri dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi, dan implementasi. a. Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antar profesi kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis, dan profesi lain untuk mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama perawatan dirumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif atau pengentahuan dari pasien mengenai penyakit dan pengobatannya. Keadaan tempat tinggal yang dapat mendukung perawatan pasien, lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur, dan usia. b. Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasi kebutuhan dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara dengan pasien dan keluarga. Serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu untuk menentukan tingkat ketergantungan dari pasien. Hasil pengkajian tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya untuk menyusun perencanaan pemulangan pasien ke rumah. c. Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin profesi dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam menyusun dan melaksanakan rencana pemulangan d. Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi rujukan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang dikerjakan sesuai bidang ilmu keperawatan. 1.5 Pemberi dan penerima layanan discharge planning 1.5.1 Pemberi layanan discharge planning Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien Potter dan Perry, 2006. Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial dapat bekerja sama Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004. Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan continuing care coordinator adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses dischard planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan dischard planning Discharge Planning Association, 2008. 1.5.2 Penerima layanan discharge planning Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning Discharge Planning Association, 2008. Beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen Riece, 1992 dalam Potter dan Perry, 2005. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan pasien Medical Mutual of Ohio, 2008. 1.6 Proses pelaksanaan discharge planning Proses pelaksanaan discharge planning mencakup semua kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry 2006 membagi proses discharge planning dalam tiga fase yaitu fase akut, fase transisional, dan fase pelayanan yang berkelanjutan. Pada fase akut perhatian utama para medis berfokus pada usaha discharge planning, sedangkan pada fase transisional kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang kerumah dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Potter dan Perry 2005 menyusun format discharge planning sebagai berikut: 1.6.1 Pengkajian a. Sejak pasien masuk ke rumah sakit, kaji semua kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver, fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat pendidikan, serta kendala yang mungkin dihadapi terhadap asuhan keperawatan. b. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan dengan bagaiman menciptakan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis dirumah, larangan akibat suatu gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien seperti membaca atau menonton video, jika materi tertulis yang digunakan, pastikan agar materi tertulis yang layak tersedia bagi pasien. Tipe materi pendidikan yang berbeda-beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda-beda pada pasien. c. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan didalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan ruangan dan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna seorang perawat dapat dirujuk untuk melakukan perawatan dirumah. d. Berkolaborasi dengan dokter dan staf profesi lain seperti dokter pemberi terapi dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas. e. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap perawatan kesehatan yang berkelanjutan diluar rumah sakit, mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keraguan diantara keduanya. f. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pembatasan aktifitas fisik. g. Konsultasikan tim pemberi pelayanan kesehatan yang lain tentang kebutuahan setelah pemulangan seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinis spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan dirumah. Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda dan tempat rujukan seperti puskesmas. 1.6.2 Diagnosa keperawatan Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. 1.6.3 Perencanaan Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana kelanjutan dari pelayanan kesehatan dirumah atau fasilitas lain, penatalaksanaan dan pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul. b. Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri atau ada anggota keluarga yang mampu melakukan perawatan kepada anggoat keluarga yang lain. c. Hambatan terhadap pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam lingkungan rumah yang kondusif, hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi kesehatannya telah diubah sesuai keamanan pasien. 1.6.4 Penatalaksanaan Penatalaksanaan dapat dibedakan kedalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan pasien. I. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien a. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah yang lebih kondusif dan aman untuk memenuhi kebutuhan pasien. b. Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas, dan rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih dirumah. c. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat dirumah sakit seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, serta pembatasan yang disebabkan oleh penyakit. Video atau buku-buku penjelasan dapat diberikan kepada klien dan keluarga, serta dapat juga diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet. d. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lainyang terlibat dalam perawatan pasien selama dirumah. II. Penatalaksanaan pada hari pemulangan Beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif, adapun aktivitas yang dapat dilakukan pada hari pemulangan adalah : a. Biarkan pasien dan keluarganya bertanya dan berdiskusi tentang isu-isu yang berhubungan dengan perawatan dirumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan perawatan yang bermanfaat dirumah. b. Periksa instruksi pemulanagn dari dokter, kebutuhan terapi atau kebutuhan akan alat-alat medis khusus. Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan pasien sebelum sampai dirumah seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, atau feeding pump. c. Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju kerumah. d. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan merapikan semua barang milik pasien dan jaga privasi pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. e. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh keluarga dan pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien. f. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan yang dinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terahir untuk kebutuahan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman. g. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji atau pertemuan follow up ke praktek dokter ataupun pelayanan kesehatan lain seperi puskesmas. h. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengunjungi kantornya. i. Dapatkan kontak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu berjalan ke mobil atau ambulans, pasien yang pulang dengan ambulans harus diantarkan oleh petugas ambulans dari rumah sakit. j. Bantu pasien menuju kursi roda dan gunakan sikap tubuh dan tekhnik pemindahan yang aman dan sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Bantu pasien pindah ke mobil atau kendaraan untuk transportasi dan bantu menempatkan barang-barang pribadi pasien kedalam kendaraan. 1.6.5 Evaluasi pelaksanaan discharge planning a. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter. b. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan atau perawatan yang akan dilanjutkan dirumah. c. Perawat yang melakukan perawatan dirumah perlu memperhatikan keadaan rumah pasien, mengidentifikasi hambatan yang dapat membahayakan pasien, dan menganjurkan perbaikan kepada keluarga. 1.7 Unsur-unsur discharge planning Unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan Discharge Planning Association, 2008, antara lain : a. Pengobatan dirumah mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan dan pengobatan yang perlu dihentikan. b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi. c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau tempat pemeriksaannya. d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet yang dianjurkan serta pembatasan makanannya. e. Petunjuk perawatan diri seperti perawatan luka. f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control atau follow up. g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomro telepon yang bias dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan. h. bagaimana mengatur perawatan lanjutan, jadwal pelayana dirumah, perawat yang menjenguk, alat bantu jalan seperti walker, beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan. 2. Sectio Caesarea 2.1 Defenisi sectio caesarea Seksio sesaria merupakan prosedur operatif, yang dilakukan dibawah anastesi sehingga janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus, prosedur ini biasanya dilakukan setelah viabilitas tercapai, misalnya: usia kehamilan lebih dari 24 minggu Myles, 2003. Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin 1000gr atau umur kehamilan 28 minggu Manuaba, 2012. 2.2 Indikasi sectio caesarea Indikasi sectio cesarea menurut Sofian 2012, adalah: a. Faktor ibu Indikasi tindakan sectio caesarea yang dipengaruhi oleh faktor ibu seperti: plasenta previa sentralis atau lateralis posterior, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik , rupture uteri mengancam, partus lama prolonged labor , partus tak maju Obstructed Labor, distosia serviks , preeklamsi dan hipertensi. b. Faktor janin Indikasi tindakan sectio cesarea yang dipengaruhi oleh faktor janin seperti: letak janin, letak bokong, presentasi dahi dan muka, dan gemeli jika janin pertama letak lintang. 2.3 Komplikasi sectio caesarea Menurut Sofian 2012 komplikasi sectio caesarea dapat dibagi menjadi empat macam yaitu: a. Infeksi puerperal nifas. b. Ringan, dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja. c. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. d. Berat, dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. 2.4 Proses penyembuhan luka Menurut Morison 2012, proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi kedalam 4 fase utama, yaitu: I. Fase inflamasi 0-3 hari Jaringan yang rusak dan sel mast akan melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah kedaerah tersebut, sehingga menjadi merah dan hangat. II. Fase destruktif 1-6 hari Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan macrofag . Polimorf menelan dan mengahncurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. III. Fase proliferatif 3-24 hari Fibroblas meletakkan substansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka, begitu kolagen diletakkan maka terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. IV. Fase maturasi Dalam setiap cedera yang mengakibatkan kehilangan kulit, sel epitel pada pinggir luka dari sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorifera, membelah dan mulai bermigrasi diatas jaringan baru.

3. Masa nifas

3.1 Defenisi masa nifas Masa nifas puerperium , berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan Maryunani, 2008. Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai atau plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari Eny dan Diah, 2008. 3.2 Tahapan masa nifas Tahapan masa nifas menurut Eny dan Diah 2008 adalah: I. Puerperium dini Masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. II. Puerperium intermedial Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genitalia kira-kira 6-8 minggu . III. Remot puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama apabila ibu selama persalinan mempunyai komplikasi. 3.3 Perubahan-perubahan fisiologis masa nifas I. Perubahan uterus Sampai hari kedua uterus masih membesar, dan setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus uteri pada waktu nifas setelah buang air kecil pada hari ke-tiga kira-kira 2 atau 3 jari dibawah pusat, hari ke-lima pada pertengahan antara pusat dan simphysis, hari ke-tujuh kira-kira 2-3 jari diatas simphysis, dan setelah hari kesepuluh biasanya uterus tersebut tidak teraba lagi dari luar Maryunani, 2008. Perubahan-perubahan yang normal dalam uetrus selama masa nifas: Bobot uterus Diameter uterus Palpasi serviks Pada akhir persalinan 900 gram 12.5 cm Lembutlunak Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7.5 cm 2cm Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5.0 cm 1 cm Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2.5 cm Menyempit Tabel 1. Perubahan-perubahan yang normal dalam uterus selama masa nifas II. Lochea Lochea adalah darah atau cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat menyebabkan organisme berkembang biak lebih cepat daripada vagina normal. Tiga jenis lochea sesuai dengan warnanya adalah sebagai berikut: a. Lochea rubra atau kruenta merah Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel darah desidua Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan hamil, venix caseosa yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin, lanugo yakni bulu halus pada anak yang baru lahir, dan mekonium yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau. b. Lochea serosa Lochea ini mengandung cairan darah dengan jumlah darah yang lebih sedikit dan lebih banyak mengandung serum dan leukosit. Lochea serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar dari hari ke-lima sampai hari ke-9 berikutnya. c. Lochea alba putih Lochea yang terdiri dari leukosit, lendir leher rahim serviks, dan jaringan- jaringan mati yang sudah lepas dalam proses penyembuhan. Lochea alba ini berwarna lebih pucat, berwarna kekuning-kuningan, dan keluar selama 2-3 minggu. III. Perubahan pada vagina dan perienum a. Vagina Pada sekitar minggu ke-tiga vagina akan mengecil dan timbul rudae kembali. Vagina yang semula sangat teregang dan akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. b. Perineum Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Setelah melahirkan perineum menjadi agak bengkak atau edema. IV. Perubahan pada sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan dehidrasi , kurang makan, hemorroid , laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain. V. Perubahan pada sistem perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada 1 keadaanstatus sebelum persalinan 2 Lamanya partus kalla II yang dilalui 3 Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. VI. Perubahan tanda-tanda vital a. Suhu tubuh

Dokumen yang terkait

Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

2 79 97

Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

8 119 106

Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

0 3 97

Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 12

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 13

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 1

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 4

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 32

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 2

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 1 38