Peranan Dinas Penataruang Dan Permukiman Propinsi Sumut Dalam Perencanaan Tata Ruang Kawasan Danau Toba

(1)

PERANAN DINAS PENATARUANG DAN PERMUKIMAN

PROPINSI SUMUT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

KAWASAN DANAU TOBA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH:

EDWARD HOTBANA HUTASOIT

030903009

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN………. 1

1.1.Latar Belakang……….. 1

1.2.Perumusan Masalah……….. 6

1.3.Tujuan Penelitian……….. 6

1.4.Manfaat Penelitian……… 6

1.5.Kerangka Teori………. 7

1.5.1. Peranan………. 7

1.5.2.Perencanaan Tata Ruang……….... 7

1.5.2.1.Perencanaan ………... 7

1.5.2.2.Tata Ruang……….. 15

1.5.2.3.Perencanaan Tata Ruang………. 17

1.5.3.Kawasan………. 20

1.6.Definisi Operasional……….. 22

1.7.Definisi Konsep………. 22

BAB II: METODE PENELITIAN……….. 24

2.1.Bentuk Penelitian………... 24

2.2.Lokasi Penelitian……… 24

2.3.Informan………. 24

2.4.Teknik Pengumpulan Data………. 25


(3)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...26

3.1 Gambaran Umum kawasan Ekosistem Danau Toba...26

3.2 Gambaran Dinas Penataan Ruang dam Permukiman Prov SUMUT…………..29

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..36

4.1 Hasil Penelitian………36

4.2 Analisi Data……….54

BAB V : PENUTUP...………...64

5.1 Kesimpulan……….…………..64

5.2 Saran………..65


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Tobasa……….49

Tabel 2 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Simalungun………..50

Tabel 3 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

humbang Hasudutan……….51

Tabel 4 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara………..51

Tabel 5 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Dairi………...52

Tabel 6 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Karo………...52

Tabel 7 : Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba

Di Wilayah Kabupaten

Samosir………..………53

Tabel 8

: Tabel Arahan Kebijakan dan Program Kegiatan Jangka Menengah

(2008-2014)………..57


(5)

ABSTRAK

PERANAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA

Nama : Edward Hotbana Hutasoit

Nim : 030903009

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, MS

Latar belakang dari penitian ini adalah penulis ingin mengetahui tentang proses perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh dinas Penataan Ruang dan Permukiman provinsi Sumatera Utara, apa yang dilakukan oleh dinas ini dan apa yang dihasilkan oleh dinas ini dalam perencanaan tata ruang Danau Toba. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan bagaimana dan apa sebenarnya peran dinas Penataan Ruang dan Permukiman ini dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba.

Daerah kawasan danau Toba terdiri dari beberapa Kabupaten sehingga memerlukan penanganan masing masing dan juga karena adanya otonomi daerah dimana daerah memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahannya sendiri maka dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba ini peran dinas TARUKIM ini sebenarnya telah mengalami perubahan karena dalam pelaksanaannya perencanaan tata ruangnya sepenuhnya diberikan kepada daerah untuk dijalankan. Dimana peran dinas TARUKIM ini hanya sebagai pembuat kebijakan yang mengarahkan tiap-tiap kabupaten untuk dalam perencanaan daerahnya masing-masing tidak keluar dari konteks yang saat ini sedang dijalankan yakni konteks lingkungan dan pengembangan Ekonomi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di dinas Penataan Ruang dan Pemukiman provinsi Sumatera Utara maka yang didapat adalah dalam pembuatan perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba ini dinas ini dibantu oleh seluruh kabupaten yang ada di daerah sekitar kawasan Danau Toba dan juga dinas maupun instansi lain yang berhubungan dengan tata ruang seperti departemen Kehutanan, Pekerjaan Umum,dll. Dimana dinas ini mensinkronkan kebutuhan tiap daerah dalam tata ruang agar potensi dari tiap-tiap daerah dapat terus dikembangkan karena adanya perbedaan potensi tiap daerah. Dimana perencanaan terbaru telah dirumuskan arahan dan program kegiatan jangka menengah (2008-2014) mengenai tata ruang kawasan Danau Toba.


(6)

ABSTRAK

PERANAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA

Nama : Edward Hotbana Hutasoit

Nim : 030903009

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, MS

Latar belakang dari penitian ini adalah penulis ingin mengetahui tentang proses perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba yang dilakukan oleh dinas Penataan Ruang dan Permukiman provinsi Sumatera Utara, apa yang dilakukan oleh dinas ini dan apa yang dihasilkan oleh dinas ini dalam perencanaan tata ruang Danau Toba. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan bagaimana dan apa sebenarnya peran dinas Penataan Ruang dan Permukiman ini dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba.

Daerah kawasan danau Toba terdiri dari beberapa Kabupaten sehingga memerlukan penanganan masing masing dan juga karena adanya otonomi daerah dimana daerah memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahannya sendiri maka dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba ini peran dinas TARUKIM ini sebenarnya telah mengalami perubahan karena dalam pelaksanaannya perencanaan tata ruangnya sepenuhnya diberikan kepada daerah untuk dijalankan. Dimana peran dinas TARUKIM ini hanya sebagai pembuat kebijakan yang mengarahkan tiap-tiap kabupaten untuk dalam perencanaan daerahnya masing-masing tidak keluar dari konteks yang saat ini sedang dijalankan yakni konteks lingkungan dan pengembangan Ekonomi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di dinas Penataan Ruang dan Pemukiman provinsi Sumatera Utara maka yang didapat adalah dalam pembuatan perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba ini dinas ini dibantu oleh seluruh kabupaten yang ada di daerah sekitar kawasan Danau Toba dan juga dinas maupun instansi lain yang berhubungan dengan tata ruang seperti departemen Kehutanan, Pekerjaan Umum,dll. Dimana dinas ini mensinkronkan kebutuhan tiap daerah dalam tata ruang agar potensi dari tiap-tiap daerah dapat terus dikembangkan karena adanya perbedaan potensi tiap daerah. Dimana perencanaan terbaru telah dirumuskan arahan dan program kegiatan jangka menengah (2008-2014) mengenai tata ruang kawasan Danau Toba.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tata ruang atau dalam bahas ruang dimana tata ruang ini disusun secar tersebut dapat kita ketahui bahwa, Penataan ruang memiliki peran strategis dalam proses pembangunan bangsa, baik dalam konteks lokal maupun nasional. Penataan ruang bisa menjadi media yang tepat dalam mengarahkan bentuk dan warna daerah yang diharapkan. Penataan ruang sangat mempengaruhi kondisi daerah yang lebih baik termasuk juga bisa lebih buruk. Sangat tepat jika rencana tata ruang (RTR) dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sama halnya dengan aspek lain, penataan ruang juga tidak lepas dari masalah bahkan sangat kompleks. Tidak lepas dari pengaruh pertarungan antara kepentingan ekonomi khususnya peningkatan PAD dengan konsistensi pemanfaatan ruang dalam multi sektor.

Banyak fakta yang dijumpai di lapangan terdapat ketidasesuaian pemanfaatan ruang sebagaimana rencana tata ruang (RTR).

Dalam lima belas tahun terakhir sejak ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) No. 1 Tahun 1990 tentang Penataan Danau Toba, Kawasan Danau Toba telah mengalami berbagai perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi dan berbagai pembangunan fisik pada kawasan tersebut. Kawasan Danau Toba beserta sumber daya alam dan ekosistemnya merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi kepentingan Nasional dan Daerah.


(8)

Pada kenyataannya saat ini, mutu lingkungan Kawasan Danau Toba semakin menurun sebagai akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta akibat kegiatan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan. Beragam aktifitas dalam upaya pemanfaatan Kawasan Danau Toba telah mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi alam dan ekosistem, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap perlindungan keseimbangan ekosistem, kelestarian alam dan daya dukung lingkungan hidup.

Beberapa hal yang yang menjadi perhatian dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba antara lain:

1. Pendekatan penataan ruang berbasiskan ekosistem merupakan salah satu solusi yang dianggap tepat dalam pengelolaan Kawasan Danau Toba

2. Penataan ruang berbasiskan ekosistem melibatkan interaksi antara kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan kemampuan daya dukung lingkungan secara serasi, terintegrasi dan terpadu.

3. Penempatan zonasi kegiatan berdasarkan karakteristik kawasan (fisik, biologi, geologis) perlu dilakukan agar tidak menimbulkan kerusakan manfaat baik terhadap manusia maupun terhadap alam.

Di dalam perkembangannya, kegiatan pembangunan di kawasan KDT dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan. Permasalahan tersebut antara lain adalah tingginya pertumbuhan penduduk, baik yang disebabkan oleh faktor migrasi maupun pertumbuhan alami. Kondisi ini berimplikasi terhadap semakin meningkatnya penggunaan lahan di Kawasan Danau Toba.

Perkembangan yang terjadi menunjukkan terdapatnya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan kurang mempertimbangkan daya dukung


(9)

lingkungan. Hal ini diindikasikan oleh berkurangnya kawasan yang berfungsi lindung, konversi lahan sawah dan munculnya kerusakan lingkungan. Beberapa fenomena yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba adalah:

1. Perubahan administrasi wilayah akibat terjadinya pemekaran wilayah pada beberapa Kabupaten, dimana lingkup Kawasan Danau Toba pada tahun 1990 mencakup 4 (empat) Kabupaten, dan saat ini telah menjadi 7 (tujuh) Kabupaten. Demikian juga dari 24 Kecamatan menjadi 37 Kecamatan dan keseluruhan mencakup 388 desa. Perubahan administrasi wilayah ini telah merubah sistem kota-kota dan sistem pelayanan di Kawasan Danau Toba dan sedikit banyak telah mengubah struktur ruang kawasan. Dengan demikian perubahan ini harus diantipasi dalam penataan ruang.

2. Perubahan Undang-Undang Otonomi Daerah. Dibandingkan tahun 1990, telah terjadi 2 (dua) kali perubahan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dimana pada waktu itu yang berlaku adalah Undangundang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. UU tersebut kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian saat ini berlaku Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Dengan demikian, Perda No 1 Tahun 1990 yang antara lain masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 kini tidak sesuai lagi dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah.

3. Terjadinya perubahan berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan penataan ruang maupun substansi di dalamnya baik di tingkat Nasional di mana saat ini berlaku UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sehingga, perlu dilakukan berbagai penyesuaian dan kajian kembali terhadap landasan hukum penyusunan RTR KDT.


(10)

4. Munculnya tuntutan dan tantangan di masa yang akan datang seiring dengan terjadinya paradigma baru pembangunan. Paradigma baru ini menuntut terwujudnya good governance yang pada dasarnya mengedepankan peranan masyarakat melalui prinsip-prinsip demokratisasi, akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Dengan demikian, Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba diharapkan tidak lagi hanya melihat kepentingan pemerintah saja, tetapi telah mengakomodasikan kepentingan masyarakat dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut mulai dari proses perencanaan hingga pengendalian.

Maka upaya pemulihan dan pemeliharaan integritas Kawasan Danau Toba sangat penting dilakukan mengingat degradasi yang bersifat kumulatif dan ketergantungan kehidupan masyarakat sekitar terhadap sumber daya alam masih besar. Kerusakan Kawasan Danau Toba tidak hanya mengancam keberlangsungan daya dukung alam, namun juga dapat mengancam keberlangsungan kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu untuk memberikan perhatian dan pengaturan secara khusus terhadap upaya pelestarian Kawasan Danau Toba.

Sehingga melihat permasalahan Danau Toba maka perlunya adanya perbaikan dan perubahan dalam pemanfaatan kawasan Danau Toba tersebut agar lebih baik, Lebih lanjut Direktoral Jenderal Penataan Ruang menganggap perlu melakukan penataan ruang di kawasan Danau Toba. Sesuai dengan amanat Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

Maka diperlukan adanya perencanaan yang terfokus untuk perencanaan tata ruang Danau Toba karena, Perencanaan mempunyai banyak manfaat, antara lain:

a. Membantu untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berlangsung b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah- masalah utama,


(11)

c. Memungkinkan para pembuat keputusan memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas,

d. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat, e. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi,

f. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi, g. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami,

h. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, i. Menghemat waktu, usaha dan dana.

Di samping manfaat yang dapat kita ketahui ,

Perencanaan juga mempunyai kelemahan antara lain : a. Perencanaan cenderung menunda kegiatan,

b. Perencanaan mungkin terlalu membatasi menajemen untuk berinisiatif dan berinovasi, c. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi

individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi, d. Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.

Meskipun perencanaan mempunyai kelemahan-kelemahan tersebut, manfaat yang didapat dari perencanaan jauh lebih banyak.Oleh karena itu perencanaan tidak hanya seharusnya dibuat, tetapi harus dilakukan. Maka dalam hal ini kita membahas bahwa dalam penataan ruang haruslah mempunyai perencanaan agar tidak terjadi kesalahan.maka begitu juga dengan permasalahan yang terjadi terhadap kawasan danau toba dapat kita ketahui bahwa. Dimana mungkin dalam beberapa tahun mendatang kita tidak akan bisa melihat lagi pemandangan Danau Toba yang indah. Dnau Toba berubah dan berganti fungsi menjadi kolam atau kubangan Toba. Maka dalam hal ini peranan Dinas-dinas yang berhubungan dimana salah satunya Dinas Penataan Ruang dan


(12)

juga peranan Pemerintah yang harus fokus terhadap permasalahan ini, agar perencanaan tata ruang yang ada dapat menjadi lebih baik dan dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam Danau Toba tersebut.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latatr belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimana peran Dinas Penataan Ruang dan Permukiman dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan oleh Dinas Penataan Ruang dan Permukiman provisi Sumut dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba.

2. Untuk mengetahui peranan Dinas Penata Ruang dan Pemukiman provinsiI Sumut dalam perencanaan tata ruang kawasan Danau Toba.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara subjektif adalah sebagai suatu tahapauntuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan krisis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.


(13)

kebijakan mengenai Tata Ruang dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

3. Bagi FISIP-USU khususnya departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan masalah ini.

1.5. KERANGKA TEORI

Adalah sebahagian konsep, definisi dan kontruksi definisi dan preposisi yang menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan konsep. Kerangka teori merupakan landasan pemikiran untuk melaksanakan penelitian dan teori digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.(Singarimbun, 1995:73).

Berdasarkan rumusan diatas maka, penulis akan mengemukakan beberapa teori, pendapat, ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1. Peranan

Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian peranan adalah yang diperbuat atau tugas hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa. menurut M.Ali dalam anggian (1996 : 18 ) pengertian peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau yang memengggang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.

Dalam pengertian umum peranan di artikan sebagai perbuatan seseorang atau sesuatu pekerjaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perana adalah proses, cara, perbuatan atau perilaku ataupun individu maupun kelompok untuk malaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.


(14)

1.5.2. Perencanaan Tata Ruang

1.5.2.1. Perencanaan

Perencanaan berasal dari kata rencana yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan untuk merealisasikan tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan).

Menurut Moekijat (1980 :431-432) dalam kamus karangannya Kamus Management menyebutkan pengertian perencanaan, antara lain :

1. Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan.

2. Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hal yang diinginkan. 3. Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan, artinya menetukan

apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu dilakukan.

4. Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang diinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai.

Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertenru, oleh karena itu pada hakikatnya terdapat pula tiap-tiap jenis usaha manusia (Bintoro Tjokroamidjojo, 1987).

Menurut Albert Waresten menyebutkan bahwa perencanaan adalah melihat kedepan dengan mengambil pilihan sebagai alterntif dan kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan dan kegiatan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki


(15)

masyarakat yang bersangkutan, dan yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternative yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Conyers dan Hills (arsyad 1999:19) berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan bebagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan dating.

Bagi negara berkembang seperti negara kita pada umumnya terdapat empat jenis dan sifat perencanaan yang dilaksanakan menurut cara masing-masing yaitu :

1. Perencanaan Regional

Perencanaan Regional ini dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proposional dan merata sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan

2. Perencanaan Sektoral

Perencanaan ini sering kali disebut dengan perencanaan departemen, karena pada departemen tertentu yang menyusun perencanaan sektoral yang dibinanya.

3. Perencanaan Proyek

Perencanaan ini seringkali disebut dengan perencanaan APBN atau perencanaan ABPD karena pembangunan proyek bersangkutan dilakukan sekitar setahun dan pada umumnya pembiayaan diambil dari anggaran tahunan yang tertuang pada APBN atau APBD

4. Perencanaan Terpadu

Perencanaan ini maksudnya adalah penyusunan rencana ditujukan untuk menghindari tumpan tindih antara satu dengan yang lain. (Abipraja 2002:14-15)

Sehingga dari beberapa pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu Perencanaan tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan


(16)

dilakukan dimasa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi dan faktor-faktor eksternal, dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu.

Unsur – unsur Perencanaan

Didalam suatu proses perencanaan terdapat empat unsur pokok sebagai berikut : a. Tujuan

Tujuan adalah suatu (object) yang ingin dacapai baik yang bersifat banda yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang menjadi landasan dan arah dari semua langkah dan kegiatan organisasi.

Di dalam bahasa inggris disebutkan dengan Objective, atau goal, yang mempertegas dengan menyebutkan tujuan akhir dan bagian – bagiannya disebut sasaran. Karena tujuan titik tolak dan pusat dari semua proses perencanaan ,maka harus di formulasikan dengan bahasa yang jelas, yang mudah dimengerti.

Ada tiga tahap proses analis tujuan yaitu :

1. Bermula dari keinginan atau cita – cita mengenai sesuatu yang ingin di capai atau yang ingin dimiliki kemudian dipertimbangkan secara berulang – ulang dengan

memperhitungkan harga, waktu, risiko, dan lain- lain.

2. Gagasan tersebut di letakan sebagai tujuan yang sesungguhnya, tetapi baru bersifat hipotesis yang harus di buktikan kalaikanya melalui analisis internal tentang harga, analisis, waktu, dan perbandingan dengan barang atau masalah – masalah lain yang mungkin dapat sebagai pengganti.

3. Formulasi tujuan : setelah cita – cita, angan- angan atau keinginan di buktikan kebenaranya malalui analisis, tugas selanjutnya ialah memformulasikan tujuan dan


(17)

bagian – bagian pokok tujuan serta persyaratan denga cara yang sederhana mudah di mengerti oleh orang lain.

Demikian pentingnya penentuan “tujuan” sehingga telah dianggap suatu tingkat perencanaan yang di sebut objective planning.

b. Data dan Informasi

Data adalah keterangan atau informaso menganai sesuatu yang di dalam perencanaan di anggap sebagai dasar untuk dapat melakukan pertimbangan dalam menentukan tujuan dan kebijakan.

Untuk mengumpulkan data dapat digunakan 3 (tiga) cara.

Pertama, dengan cara pencatatan keseluruhan, kemudian dipisah – pisahkan dari data yang relevan.

Kedua, hanya mengumpulkan satu atau beberapa jenis data kemudian di tarik garis- garis pembuktian yang sintesis.

Ketiga, dengan menggunakan data sampling dan kemudian mengambil kesimpulan malalui pertimbanga dan perkiraan kemungkinan.

c. Analisis

Analisis adalah suatu kegitan mempelajari objek atau masalah melalui pemikiran yang logis, meliputi keadaan dan unsur – unsurnya, tatanan dan keterkaitan ayng baik yang bersifat nyata maupun yang tidak nyata, bersifat internal dan eksternal dan teknis dan non teknis, vertical dan horizontal.

Dalam perencanaan dapat di bedakan 3 (tiga) sistem analisis yaitu :

1. Analisi Liner : ialah ananlisis yang bersfat lurus berdasarkan unsur sebab – akibat , sistem ini sangat sesaui untuk mempelajari hubungan – hubungan yang bersifat


(18)

variabel, bagi permasalahan yang bersifat aritmatika seperti kuantitas dan kualitas. 2. Analisis Non Linier : ialah analisis yang bersifat membandingkan dan membedakan mengenai isi, waktu, jenis, ukuran berat, harga dan lainya.

3. Analisis Thematic. Atau juga disebut dynamic, analisis ini bersifat tidak langsung ditujukan kepada objek atau yang bersifat teknis.

Ketiga sistem analisis ini tudak merupakan sistem yang terpisah yang bersifat sendiri – sendiri tetapi dapat dipergunakan bersama – sama untuk satu objek atau masalah atau dapat digunakan bersama – sama untuk satu objek atau masalah atau dapat di gunaka dengan mengutamakan yang satu dan lain.

d. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan : ialah ketentuan konsepsional yang bersifat menyeluruh mengenai cara dan langkah – langkah yang akan di lakukan memecahkan atau dalam upaya mencapi tujuan.

Kebijaksanaan dalam perencanaan mengandung 3 (tiga) aspek yakni :

Datang atau besumber dari atas yang wewenangnya meliputi keseluruhan, Konsepsional artinya tidak bersifat insidentil atau reaktif dan bersifat menyeluruh, tidak bersifat sepotong – sepotong atau sebagian – sebagian.

Fungsi Perencanaan :

Fungsi perencanaan tidak hanya pada permulaan kegiatan tetapi bersifat menyeluruh mulai dari persiapan sampai kepada penyelesaian, bahkan juga berguna pada pasca pelaksanaan. Untuk kebenaran pancapaian tujuan dapat dibedakan 3 (tiga) fungsi perencanaan yaitu : a. Tolak ukur : Merupakan titik pangkal dari kegitan mengenai peraturan waktu, pengaturan


(19)

ketahui dan di bedakan apa yang di sebut dengan salah perencanaan atau penyimpanan, perubahan kebijaksanaan, penyesuain teknis dan lainnya.

b. Ketaatan atau Disiplin : perencanaan sebagai konsepsi yang menyeluruh mengenai tujuan dan bagian – bagiannya, mengenai cara dan langkah yang akan dilakukan, adalahjuga suatu displin yang harus di taati. Agar mencapai suatu keberhasilain maka,

fungsi perencanaan harus mencakup beberapa aspek yaitu :

Ketaatan tujuan dan bagian – bagian serta keterkaitan satu sama yang lain Ketaatan pengorganisasian dan pertanggung jawaban

Ketaatan atas asas, system, metode, dan prosedur. Ketaatan informasi dan pelaksanaan

c. Rujukan : perencnaan tidak merupakan dua hal yang terpisah. Bahwa pelaksanaan dan diikuti oleh monitoring dan evaluasi.

Kegiatan ini disebut dengan pengendalian, di tujukan kepada fungsi dan manfaat yang berbeda dengan pengawasan yang lebih di tujukan kepada masalah – masalah yang bersifat kebendaharaar dan administrasi.

Tahap Dasar Perencanaan :

Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui beberapa tahapan, antara lain: Tahap 1. Adanya kesempatan

Kesempatan adalah titik awal yang sebenarnya untuk perencanaan.Hal ini meliputi suatu pengetahuan tentang dimana berdiri pada sudut kelemahan dan kekuatan perencanaan tersebut. Tahap 2 : Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan


(20)

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kegiatan suatu pembangunan ( proyek) dengan membuat Langkah pertama dalam perencanaan itu sendiri ialah menetapkan sasaran-sasaran atau tujuan yang ingin

Tahap 3 :Menentukan Dasar Pikiran (premis)

Salah satu langkah perencanaan adalah menetapkan dasar pikiran dengan mengguanakan ramalan berdasarkan rencana-rencana yang telah ada atau telah dibuat sebelumnya yang mirip dengan hal atau rencana yang akan dibuat.

Tahap 4 : Mengevaluasi Arah-arah Tindakan Alternatif

Setelah menemukan arah-arah tindakan alternatif dan memeriksa titik-titik kuat dan lemahnya,angkah keempat adalah mengevaluasi arah tindakan itu dengan menimbang berbagai faktornya dari sudut premis-premis serta tujuan. Satu arah tindakan mungkin kelihatan paling menguntungkan tetapi memerlukan biaya yang besar dan keuntungan yang lamban, arah lain mungkin kurang menguntungkan tetapi mengandung resiko yang kurang besar, arah tindakan lain lagi mungkin lebih sesuai dengan tujuan-tujuan jangka panjang dari suatu kegiatan proyek. Tahap 5 : Memilih suatu Arah Tindakan Alternatif

Memilih arah tindakan, yakni merupakan titik di mana suatu rencana diterima, titik sesungguhnya mengenai pengambilan keputusan. Kadang-kadang suatu analisa dan evaluasi arah-arah tindakan alternatif akan memperlihatkan bahwa dua atau lebih dari arah-arah tindakan itu dianjurkan

Tahap 6 : Merumuskan Rencana-rencana Turunan

Pada titik di mana suatu keputusan di ambil, perencanaannya jarang lengkap,dan langkah keenam diusulkan. Biasanya selalu diperlukan rencana-rencana yang diturunkan untuk mendukung rencana pokok.


(21)

Tahap 7 : Mengurutkan Rencana-rencana Berdasarkan Anggaran

Setelah keputusan-keputusan di ambil dan rencana-rencana telahditentukan, langkah terakhir untuk memberikan arti kepada rencana-rencana itu, sebagaimana telah digambarkan dalam pembicaraan di atas mengenai jenis-jenis rencana ialah memberi nomor kepada rencana- rencana itu dengan merubah rencana-rencana itu menjadi anggaran.

Metode Perencanaan

Sebagaimana ilmu – ilmu sosial pada umumnya, ilmu perencanaan belum memiliki kesepakatan mengenai kesamaan rumusan tentang unsur–unsur , bagian–bagian serta tingkatan – tingkatanya.tetapi dalam hal ini perencanaan mempunyai tiga metode pedekatan yaitu::

a. Metode Pedekatan Terpadu

Metode ini adalah metode yangpaling tua, bahwa pemegang kebijaksanaan menetulkan tujan, cara dan peralatan yang digunakannya yntuk mencapai tujuan.

Didalam metode ini tidak terdapat penyebaran kekuasan tetapi hanya pembagian kerja yang ditentukan dan dikendalika secara utuh

b.Metode Motivasi

Metode ini bersifat memberikan dorongan motivasi serta bimbingan melalui perencanan sector – sector yang strategis yang menimbulkan dampak bagi sector yang bersangkutan atau sektor – sektor lain yang terkait.

Dengan metode ini tidak seluruh kegiatan mencapai tujuan direncanakan tetapi semua sector dipelajari permasalahannya, dipelajari cara – cara untuk mencapai dan berbagai kemungkinannya. Setelah itu ditentukan masalah – masalah strategis yang perlu di tumbuhkan untuk mendorang kegiatan lainya , disusun secara prioritas dan kemungkinan pengaruh langsung


(22)

yang di timbulkan. Dalam perecanaan tersebut ditentukan mana yang di bangundengan belanja pemerintah sepenuhnya, mana yang dapat ditumbuhkan melalui piranti – piranti kebijakn fiscal, kebijakn moneter atau kebijakn perlindungan dan lain – lainya.

c. Metode Pendekatan Mengatur

Metode ini dalam kenyataan sangat berdaya guna menunjang kemajuan dan kemakmuran masyarakat. Di Negara maju, dengan menetapkan “Tujuan Pembangunan “ kepada masalah – masalah stbilitas, kesempatan kerja dan mengatasi pengangguran, masalah keseimbangan alat – alat pembayaran luar negeri, keseimbanga permintaan dan persedian barang dan lain- lain.

1.5.2.2. Tata Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempatmanusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

Tujuan penataan ruang adalah :

a. mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, berbudaya dan berkeadilan;

b. mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;

c. mewujudkan keterpaduan dalam menggunakan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sebesar-besarnya sumberdaya manusia;


(23)

e. mempersiapkan dukungan ruang bagi pertambahan penduduk selama 15 tahun ke depan melalui alokasi ruang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, struktur kependudukan yang terbentuk, serta kecenderungan distribusi penduduk dalam sektor ekonomi;

f. menanggulangi masalah kependudukan melalui peningkatan kualitas dan peningkatan peran serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam setempat dan penciptaan tata kaitan yang terpadu dalam proses penambahan nilai dan perluasan efek ganda (multiplier effect) pemanfaatan sumberdaya alam;

g. mengurangi disparitas antar bagian wilayah Sumatera Utara melalui pemerataan perkembangan dalam setiap bagian wilayah;

h. mendorong kemampuan bagian wilayah propinsi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusianya secara berkelanjutan;

i. mendorong pertumbuhan sektor primer dalam memperkuat basis perekonomian rakyat; j. mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan.

Pada dasarnya setiap orang berhak menikmati pemanfaatan ruang, termasuk pertambanhan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang. Setiap orang berhak untuk mengetahui rencana tata ruang, serta berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang maupun dalam pemanfaatan ruang. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang, ada yang dirugikan, yang bersangkutan berhak memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya itu, dan setiap orang juga berkewajiban untuk berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan menaati rencana tata ruang yang telah di tetapkan.


(24)

Penataan ruang berdasarkan aspek administrasi tata ruang administrasi meliputi tata ruang wilayah nasional (dikenal dengan Strategi Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang atu SNPPTR), wilayah provinsi daerah tingkat I (Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi atau SRTRP yang kemudian diubah menjadi REncana Tata Ruang Wilayah atau RTRW), pada daerah wilayah tingkat II (dikenal dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah atau RUTRD) dan wilayah kota madya (dikenal dengan rencana umum tat ruang kota atau RUTRK).

Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan-kawasan tertentu seperti kegiatan pembangunan berskala besar untuk kegiatan industri, pariwisata, atau pertahanan keamanan beserta sarana dan prasarananya.

Penataan ruang wilayah Propinsi daerah tingkat I dan wilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II tidak hanya meliputi ruang daratan tetapi juga mencakup ruang lautan dan ruang udara sampai suatu batas tertentu.Dalam setiap kegiatan penataan ruang, harus selalu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. lingkungan alam, lingkungan sosial, dan interaksi antar lingkungan. 2. tahapan, pembiayaan dan pengelolaan pembangunan

Hal ini dimaksudkan agar terciptanya penataan ruang penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna serta demi terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup.

1.5.2.3 Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut.


(25)

Perencanaan tata ruang dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan factor yang sangat penting karena pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

Dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang tentang penataan ruang disebutkan bahwa tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas dimaksutkan untuk:

a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas berbudi luhur, dan sejahtera.

b. Mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia.

c. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. d. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah setra menanggulangi

dampak negative terhadap lingkungan.

e. Mewujudkan keseimbangankepentingan kesejahteraan dan keamanan.

Proses dan prosedur perencanaan tata ruang dilaksanakan secara terpisah dan terpadu, dengan langkah-langkah kegitan sebagai berikut;

1. Menetukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung linkungan, serta fungsi pertahanan keamanan 2. Mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembvangunan dalam suatu

wilayah perencanaan

3. Perumusan perencanaan tata ruang 4. Penetapan rencana tata ruang


(26)

Penyusuna rencana tata ruang selalu harus dilandasi pemikiran perspektif menuju ke keadaan di masa depan yang didambakan. Perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis. Ilmu pengetahuan dan teknologi pun berkembang pesat seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu , agar rencana tata ruang yang telah disusun itu tetap sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan, rencana tata ruang dapat ditinjau kembali atau disempurnaka secara berkala.

Dimana perencanaan tata ruang nasional mengenai penetapan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional. Dimana rencana tata ruang nasional antara lain :

1. Penggambaran struktur tata ruang nasional 2. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi

3. Pemberian indikasi penggunaan ruang budidaya dan arahan pemukiman dalam skala nasional 4. Penentuan kawasan yang diprioritaskan

5. Penetuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional

Sedang perencanaan ruang tingkat propinsi adalah penjabaran perencanaan tata ruang nasional antara lain :

- Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya

- Arahan pengelolaan kawasan pedesaaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu

- Arahan pengembangan kawasan pemukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustian, pariwisata dan kawasan lainnya

- Arahan pengembangan system pusat permukiamn pedesaan dan perkotaan - Arahan pengembangan system prasarana wilayah


(27)

-Arahan kebijakan tata guna tanah, tata guna air, tat guna udara dan tat guna sumber daya lainnya.

Rencana Tata Ruang secara hierakis dapat dibedakan atas :

a. Rencana tata ruang wilayah Nasional, yang produk akhirnya disebut dengan Strategi Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR) atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional.

b. Rencana Tata Ruamg Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I, yang produk akhirnya disebut dengan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP), dan kemudian diubah namanya menjadi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tingkat I.

c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II, yang perlu akhirnya disebut dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD). Atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tingkat II.

d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II, yang produk akhirnya) disebut dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). (Eko Budiarjo 1995 :23

1.5.3. Kawasan

Kawasan adalah daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu. Dalam UU RI nomor 26/2007 diberitahukan pembagian kawasan yang digunakan di Indonesia antara lain:

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam.


(28)

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan ekonomi.

Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.


(29)

Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya Diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

1.6.Defenisi Operasional

Definisi operaasional adalah unsure-unsur penelitian yang memberitahukan bagai mana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indicator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun 1995:46).

Adapun indicator-indikator dari peranan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Tk I Sumut dalam perencanaan tata ruang Kawasan Danau Toba adalah:

1. Tersedianya data untuk mengumpulkan informasi tentang potensi tata ruang Danau Toba oleh dinas tersebut.

2. Adanya tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi tata ruang kawasan Danau Toba tersebur. 3. Penetapan sasaran dan prioritas dalam sebuah perencanaan tata ruang.


(30)

Definisi konsep adalah untuk memahami tentang hal-hal yang akan diteliti, serta untuk mendapatkan batasan definisi yang jelas dari masing-masing konsep Singarimbun (1995:33) menyebutkan bahwa konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secar abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Maka definisi konsepnya antara lain :

1. Peranan adalah fungsi, wewenang, hak-hak dan kewajiban yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dalam penelitian ini adalah peranan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Tk I.

2. Dinas Daerah adalah Unsur Pelaksana Pemerintah propinsi yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah mempunyai tugas melaksanakan kewenangan propinsi dan juga membuat perumusan kebijaksanaan teknis dan pelaksanaan program kerja serta melakukan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan kebijakan tersebut.

3. Perencanaan adalah susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan dimasa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi dan faktor-faktor eksternal, dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu.

4. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut.


(31)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi ( 1990 ; 64 ), bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara Jl. Willem Iskandar No.9 Medan Sumatera Utara

2.3. Informan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas, maka dipergunakan teknik informan. Dalam penelitian peneliti menggunakan informan sebagai kunci ( key informan). Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Atas dasar pertimbangan maka ditentukan informan kunci penelitian yaitu:


(32)

2. Kasubdis bidang Penataan Ruang 3. Kepala seksi Perencanaan Tata Ruang

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu: 1. Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan yaitu berupa wawancara mendalam ( In-Depth-Interview ). Maksutnya yaitu melakukan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, seperti : Studi Dokumen ( documentary ), yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kemudian akan diinterpretasikan secukupnya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif dan dianalisa secara kualitatif.

BAB III


(33)

Secara administrasi Kawasan Danau Toba Berada Di provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak diantara koordinat 2*10’3*00 Lintang Utara dan 98*24’ Bujur timur. Kawasan Dnau Toba memiliki luas 260.154 Ha. Kawasan ini meliputi 7 Kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Humbang Hasudutan

3.1.1. Topografi

Permukaan Danau Toba terletak pada ketinggian 903 meter dari permukaan laut, sedang Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba ini berada pada ketinggian samapai dengan 1.981 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi pada kawasan ini didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan dari datar (kemiringan lahan 0-8%), landai (kemiringan lahan25-45%), sangat curam sampai dengan terjal (kemiringan >45%). Daerah yang datar meliputi lebih kurang 27,2% dari total DTA, daerah yang landai 30,6%, daerah yang agak curam 24,0% daerah curam16,5% dan daerah yang sangat curam sampai terjal lebih kurang 1,7% dari total DTA.

Berdasrkan hasil kajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Danau Toba (KTPSDA & PLHDT) oleh lembaga peneliti Institut Teknologi Bandung (LP ITB) tahun 2001, kondisi kelerengan lapangan pada DTA Danau Toba ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

1. Pada bagian Utara Kawasan Danau Toba ini yakni wilayah yang merupakan bagian dari tanah Karo, DTA relative sempit dan memiliki relief bergunung dengan lereng terjal. 2. Pada bagian Timur dan Tenggara di daerah Parapat-Porsea-Balige memiliki relief datar


(34)

3. Bagian Selatan Kawasan Danau Toba merupakan dataran hingga wilayah berbukit kearah batas DTA.

4. Pulau Samosir memiliki daratan yang relative luas dui sekeliling kawasan Danau Toba dengan kemiringan <3%.

5. Di bagian Barat Hingga Utara merupakan daratan dan perbukitan hingga bergunung dengan lereng terjal kearah tepi danau.

6. Pada DTA Danau Toba ini terdapat enam bukit dengan ketinggian antara 1.408,6 sampai dengan 1.981,5 m dari permukaan laut.

3.1.2 Geologi

Berdasrkan hasil kajian Teknis Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba (KTPSDA&PLHDT) oleh LP ITB tahun 2001, formasi pembentu Danau Toba di dominasi oleh Volkanik Kwarter dan selanjutnya dalam jumlah yang lebih terbatas dijumpai pula batu sediment tersier dan batuan Metamorfosis dengan umur yang lebih tua, seperti batu sabak, batu serpih, batu gampling dan batuan lainya.

3.1.3. Hidrologi

Air yang masuk ke dalam Danau Toba berasal dari (1) Air Hujan yang langsung jatuh di Danau Toba,

(2). Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di sekeliling danau terdapat 9 Sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk ke dalam danau. Sungai-sungai tersebut adalah : S. Sigubang, Bah Bolon, Sungai Guloan, S. Arun, S. Tomok, S. Pulau Kecil/Sibandang, S. Halian, S. Simare, S. Aek Bolon, S. Mandosi, S. Gongpan, S. Bah Tongguran, S. Mongu, S. Kijang, S. Sinabung, S. Ringo, S. Prembakan, S. Sipultakhuda dan S. Silang.


(35)

3.1.4. Deskripsi Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Ekosistem Danau Toba

Memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapatdilihat dari aspek mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat.

Kegiatan perekonomian sebagian besar masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan pada sektor pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Ditinjau dari karakteristik budidaya pertanian yang dilakukan, umumnya dilakukan pada lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan dan kehutanan. Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman pangan.

3.2. Gambaran Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara 3.2.1 VISI

Visi merupakan cara pandang jauh kedepan tentang kemana Distarukim Provinsi Sumatra Utara akan diarahkan, dan menggambarkan hendak menjadi apa organisasi dimasa depan. Penetapan Visi Distarukim Provinsi Sumatra Utara sangat penting sebagai penentu arah pelaksanaan tugas yang diemban oleh seluruh jajaran pimpinan dan karyawan. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai yang di anut seluruh anggota organisasi, serta potensi organisasi dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya, dan keselarasannya dengan Visi Negara Republik Indonesia dan Visi Provinsi Sumatra Utara.


(36)

Adapun Visi Distrukim Provinsi Sumatra Utara :

‘‘TERWUJUDNYA PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PEDESAAN YANG LAYAK HUNI, SEHAT, AMAN, HARMONIS, PRODUKTIF, BERKELANJUTAN, DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN SESUAI RENCANA TATA RUANG’’

Penjelasan dari Visi diatas adalah sebagai berikut :

a) Terwujudnya Permukiman, mengandung pengertian terselenggaranya bangunan dan lingkungan perumahan yang didukung oleh penyediaan air minum, peningkatan prasarana dan sarana.

b) Perkotaan dan Pedesaan mengandung pengertian suatu kawasan permukiman yang menjadi tempat menampung kegiatan sesuai kebutuhan dan fungsinya.

c) Layak Huni, Sehat, Aman, Harmonis, Produktif, Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan mengadung pengertian :

- Layak Huni : Dapat didiami sesuai dengan standard kebutuhan.

- Sehat : Adanya suatu lingkungan yang memiliki daya dukung untuk terciptanya kesehatan masyarakat secara umum.

- Aman : Adanya suatu permukiman yang dapat memberikan perlindungan dalam melakukan aktivitas.

d) Harmonis : Adanya suatu lingkungan permukiman yang dapat menciptakan keterkaitan hubungan antar penghuni dan lingkungan sekitarnya.


(37)

- Berkelanjutan : Adanya suatu permukiman yang dapat menjamin kelangsungan aktivitas, kualitas lingkungan dan penghuninya.]

- Berwawasan Lingkungan : Adanya kegiatan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan.

d) Sesuai Rencana Tata Ruang, mengandung pengertian adanya pedoman pembangunan yang memberikan arah pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang guna tercapainya hasil pembangunan yang optimal.

3.2.2 MISI

Adapun Misi Distarukim Provinsi Sumatra Utara adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan kualitas rencana, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang melalui keterpaduan program lintas wilayah dan lintas sektor

b) Meningkatkan pengembangan perkotaan dan pedesaan yang sinergi dan berwawasan lingkungan.

c) Mewujudkan perumahan dan permukiman diperkotaan dan pedesaan yang layak huni, produktif, terjangkau, dan berkelanjutan melalui pengemangan system, prsarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman dalam mendukung pengembangan wilayah.

d) Pengarahan, pembinaan teknis, pengaturan dan pengendalian, terhadap kemanfaatan, keeimbangan, keserasian dan keselamatan pembangunan bangunan gedung, (hunian non hunian), demi kepentingan masyarakat dan negara/ daerah.

e) Meningkatkan jejaring (networking) antar para penyelenggara, pelaku, dan pemerhati dalam bidang penataan ruang, pengembangan perkotaan dan pedesaan, perumahan dan pemukiman, dan tata bangunan dan lingkungan, agar masyarakat dapat menyadari dan mengetahui akan hak dan kewajibannya (kepastian, perlindungan dan penegak hukum).


(38)

Dengan adanya Misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal Distarukim Provinsi Sumatra Utara dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan datang.

3.2.3 Kepala Dinas

Kepala Distarukim mempunyai tugas membantu Gubemur dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas pembantuan serta tugas Dekonsentrasi di bidang Penataan Ruang dan. Permukiman.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas Kepala Distarukim menyelenggarakan fungsi-fungsi :

a. Penyiapan konsep standar pelaksanaan kewenangan daerah Kabupaten / Kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas di bidang Penataan Ruang, Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan, Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Tata Bangunan dan Lingkungan dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat,

b. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang penataan ruang dan permukiman sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan,

c. Penyelenggaraan Koordinasi dan kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak terkait dalam pengembangan pengelolaan, pemanfaatan dan pengendalian di bidang Penataan Ruang dan permukiman sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan,

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dan Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya,

e. Pemberian masukan yang perlu kepada Gubernur dan Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya


(39)

f. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah sesuai standar yang ditetapkan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Dinas dibantu oleh: a. Wakil Kepala Dinas

b. Kepala Bagian Tata Usaha

c. Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang

d. Kepala Sub Dinas Bina Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan e. Kepala Sub Dinas Bina Pengembangan Perumahan dan Permukiman f. Kepala Sub Dinas Bina Tata Bangunan dan Lingkungan

g. Kepala Sub Dinas Bina Peningkatan Peran Serta Masyarakat

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas/Balai i. Kelompok Jabatan Fungsional

3.2.4 Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bagian Tata Usaha Distarukim mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang Umum barang/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, perpustakaan, organisasi dan hukum. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan Penyempurnaan Standar penyelenggaraan urusan umum, pengelolaan

keuangan, pengelolaan keuangan, pemberdayaan organisasi dan penyiapan produk-produk hukum dinas.

b. Perencanaan, pengadaan kebutuhan internal dan pemeliharaan kebutuhan Administrasi Dinas, serta penyempurnaan / peningkatan pengelolaan dan pengendalian atas pemanfaatannya / pelaksanaan, sesuai ketentuan dan Standar yang ditetapkan.


(40)

c. Perencanaan, pengelolaan dan pengurusan pertanggungjawaban keuangan dinas sesuai ketentuan dan Standar yang ditetapkan.

d. Perencanaan, pengelolaan peningkatan pendayagunaan kepegawaian sesuai ketentuan dan Standar yang ditetapkan.

e. Perencanaan dan peningkatan pengembangan organisasi, sistem kerja serta pengelolaan perpustakaan / bahan pustaka dan produk hukum dinas sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

g. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas sesuai Standar yang ditetapkan.

h. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

Kepala Bagian Tata Usaha Distarukim dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh Kepala Sub Bagian , yaitu :

a. Kepala Sub Bagian Umum b. Kepala Sub Bagian Keuangan c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian

d. Kepala Sub Bagian Organisasi dan Hukum

3.2.5 Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang, mempunyai tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk penyempurnaan dan penyusunan kebijakan, strategis dan standar pelaksanaan kewenangan Daerah Propinsi,


(41)

Kabupaten/Kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam perencanaan tata ruang dan keterpaduan program.

b. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan pengembangan dan peningkatan dibidang perencanaan tata ruang, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

c. Melaksanakan perencanaan tata ruang dan keterpaduan program, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

d. Melaksanakan sosialisasi, pembinaan dan pengendalian penerapan standar, pelaksanaan perencanaan tata ruang dan keterpaduan program, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai bidang tugasnya.

f. Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai bidang tugasnya.

g. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai standar yang ditetapkan.

3.2.6 Kepala Seksi Pemanfaatan/Pengendalian Rencana Tata Ruang, mempunyai tugas:

1. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk penyempurnaan dan penyusunan kebijakan, strategis dan standar pelaksanaan kewenangan Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam pemanfaatanlpengendalian rencana tata ruang.


(42)

2. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan data untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan pengembangan dan peningkatan dibidang pemanfaatanl pengendalian rencana tata ruang, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Melakukan k:oordinasi untuk pemanfaatan dan pengendalian rencana tata ruang, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai bidang tugasnya.

5. Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai bidang tugasnya.

6. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Sub Dinas Bina Penataan Ruang, sesuai standar yang ditetapkan.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini penulis akan menyajikan data-data yang telah diperoleh melalui penelitian dilapangan untuk kemudian dianalisis berdasrkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data Primer dan data Sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para key informan, sedangkan data Sekunder ialah data yang diperloeh dari sumber-sumber tertilis untuk memperkuat data Primer.

4.2. Pelaksanaan Wawancara

Penelitian dilakukan di Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara. Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalah secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu : Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara, RESTRA Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2009: dan dokumen tertulis mengenai Tata Ruang Kawasan Danau Toba seperti Sinkronisasi ProgramPemanfaatan Ruang Dan Kawasan DAnau Toba Provinsi Sumatera Utara, Undang-undang no 26 tahun 2007 dan berbagai hal yang berkaitan dengan permadalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumblah wawancara dengan beberapa informan yangsudah ditetapka untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut persoalan penelitian.


(44)

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para key informan tentang Peranan Dinas TARUKIM SUMUT dalam Perencanaa Tata Ruang Kawasan Danau Toba. Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumblah key informan sebanyak 3 (tiga) orang dari dinas TARUKIM SUMUT yang memiliki Posisi/jabatan tertentu. Ketiga orang pegawai yang telah ditetapkan sebagai key informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu yang berhubungan dengan perencanaan tata ruang.

Ketiga orang pegawai Dinas TARUKIM SUMUT yang menjadi key informan yaitu: Kepala dinas dan 2 orang pegawai lainnya yang diambil dari sub dinas yang berhubungan dengan permasalahan penelitian seperti : Seksi Perencanaan Tata Ruang, dan Kasubdis Bina Penataan Ruang. Wawancara dilakukan secara langsung saat mereka berada di bekerja dinas TARUKIM SUMUT. Pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan tidak seragam kepada semua key informan karena penulis memilih beberapa pertanyaan yang sesuai dengan bidang atau kedudukan mereka masing-masing di dinas TARUKIM SUMUT.

4.2.1. Hasil Wawancara

1. Pentingnya Perencanaan Dalam Tata Ruang

Untuk mengetahui bagaimana dan mengapa perencanaan itu penting dalam Tata Ruang. Maka ditanya kepada Kepala Dinas TARUKIM SUMUT yaitu Bapak Ir. Jonner Hutagaol.MM. mengapa perencanaan itu penting dalam tata ruang, beliau menjawab

“Itu karena perencanaan itu adalah proses yang telah ditetapkan melalui pertimbangan-pertimbangan yang telah dipikirkan dan telah dirumuskan secara matang dan hubunganya


(45)

dengan tata ruang adalah tata ruang tidak dapat dijankan dengan baik tanpa adanya suatu perencanaan”.

Kemudian hal ini ditanyakan lagi kepada informan yang lain yakni bapak Romainor, BE selaku Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang, dan beliau menjawab yakni:

“Karena dengan perencanaan tata ruang maka potensi daerah atau wilayah akan dapat dimanfaatkan secara maksimal”

dari sini dapat ditarik kesimpulan yakni perencanaan tersebut dapat memaksimalkan potensi daerah. Karena perencanaan itu disusun dengan melalui pertimbangan-pertimbangan dan pemikiran yang berfokus kepada tujuan yang lebih baik tentunya.

2. Mekanisme Perencanaan Tata Ruang Kawasan Danau Toba

Peneliti menanyakan tentang bagaimana tentang mekanisme perencanaan Tata Ruang Kawasan Danau Toba. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada bapak Romainor.BE beliau menjawab

‘Kalau mekanisme Perencanaan Tata ruang Kawasan Danau Toba adalah melalui MUSRENBAG yang dilaksanakan di tiap-tiap kabupaten yang disekitar Danau Toba, ada sekitar 7 kabupaten disitu, lalu hasil MUSRENBAG itu dibawa kepada rapat antara dinas daerah, provinsi dan pusat yang menghasilkan perencanaan Tata Ruang Kawasan Danau Toba ini’. Kenapa dilakukan MUSRENBAG juga saya tanyakan kepada bapak itu, dan beliau menjawab ‘MUSRENBAG dilakukan karena kepentingan tiap-tiap daerah itu berbeda sehinga memerlukan penanganan yang berbeda pula maksutnya tidak bisa disamakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain’.

Pendapat diatas menggambarkan bahwa perbedaan potensi dari tiap-tiap di daerah kawasan danau Toba memerlukan penanganan yang berbeda pula sehingga dalam proses pembuatan perencanaan tata ruang pun harus lebih hati-hati karena bisa-bisa dengan perencanaan tata ruang yang salah bisa menutup potensi daerah yang bersangkutan untuk berkembang.


(46)

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat kemudian peneliti menanyakan kepada kedua informan diatas mengenai apa saja peran Dinas TARUKIM dalam Perencanaan Tata ruang Kawasan Danau Toba, bapak Romainor BE menjawab

Kalau peran dinas TARUKIM ini adalah memfasilitasi dan mensinkronkan program-program ataupun potensi-potensi dalam pemanfaatan ruang yang menghasilkan perencanaan tata ruang tersebut yang melalui prosedur –prosedur yang ada seperti rapat koordinasi dan MUSRENBAG daerah.

Disini beliau juga menambahkan kalau pelaksaan dari perencanaan tata ruang tersebut sepenuhnya di berikan kepada daerah karena baik pemerintahan pusat dan provinsi tidak boleh ikut campur, hal ini dikarenakan dilaksanaknya otonomi daerah di tiap kabupaten tersebut.

4. Koordinasi dengan Badan/istansi lain

Dalam perencanaan tidak lepas dari adanya koordinasi ataupun kerjasama dengan istansi lain seperti yang dikatakan bapak Drs. Tri Chandra.S. Msi selaku Kasubdis Bina Penataan Ruang :

‘Dikatakan bahwa dalam perencanaan Kawasan Danau Toba ini dalam pelaksanaanya memerlukan banyak bantuan dari pihak-pihak lain karena dalam tata ruang itu menyangkut banyak hal seperti perumahan, pembuatan kawasan konsentras bisnis, dan banyak lagi, kita ambil contoh dalam pembuatan jalan maka koordinasi dengan dinas perhubungandan departemen PU, pembuatan kawasan agropolitan diperlukan bantuan dari departemen pertanian maka koordinasi mutlak dibutuhkan’ .

Disini dapat dilihat bahwa dalam tata ruang memerlukan banyak masukan-masukan karena pada dasarnya tata ruang itu terdiri dari banyak bagian-bagian yang berbeda dan memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sehingga tanpa adanya koordinasi antar instansi yang terkait maka perencanaan tata ruang itu tidak dapat dilaksanakan.


(47)

Disini peneliti menanyakan bagaimana peran anggaran dalam perencanaan tata ruang tersebut, bapak Romainor .BE sebagai key informan dan beliau menjawab:

“Penganggaran sangat berperan dalam perencanaan karena dalam anggaran lah yang menetukan apakah perencanaan itu dapat dilakukan atau tidak. Khusus untuk perencanaan tata ruang Danau Toba Ini anggarannya diambil dari APBD dari tiap-tiap daerah”.

Hal yang sama juga diutarakan Bapak Drs Tri Chandra S.Msi yakni:

“Anggaranlah yang menjalankan sebuah perncanaan karena perencanaan itu menyangkut pembangunan yang membutuhkan biaya dalam pelaksanaannya”.

Disini dapat diketahui kalau pelaksanaan sebuah perencanaan membutuhkan anggran ataupun biaya dalam pelaksanaanya sehingga peran APBD penting dalam pengembangan daerah. 6. Tujuan dalam perencanaan tata ruang Kawasan Danau Toba

Disini peneliti ingin mengetahui apa saja yang menjadi Tujuan dalam perencanaan tata ruang Kawasan Danau Toba, kemudian di Tanya kepada informan yaitu Bpk Jonner Hutagaol dan beliau memberi jawaban :

“Tujuan dari perencanaan Tata Ruang Kawasan Danan Toba ini adalah untuk menjamin berkembangnya kegiatan ekonomi, untuk meningkatkan daya saing wisata dan juga untuk memelihara dan melestarikan ekosistem lingkungan hidup Kawasan Danau Toba.

Dari sini maka dapat diketahui bahwa, fokus Tata Ruang Danau Toba haruslah juga mengarah kepada pengembangan lingkungan hidup seperti yanhg tercatum pada Undang-undang No.26 Tahun 2007”.

7. Progran Jangka menengah yang dibuat untuk Kawasan Danau Toba

Kepada Bpk.Romainor,BE ditanyakan Program-program apa saja yang dibuat oleh Dinas Tarukim untuk jangka menengah dalam Kawasan Danau Toba. Dan beliau memberi jawaban: “Untuk program jangka menengah yang dibuat untuk kawasan danau toba cukup banyak, seperti pembangunan fisik contohnya pembuatn maupun pelebaran jalan, perbaikan DAS, pengendalian penemaran air,rehabilitasi hutan lindung dan sebagainya”.


(48)

8. Kendala-kendala dalam pelaksanaan perencanaan Kawasan Danau Toba.

Khusus untuk pertanyaan ini peneliti menanyakan kepada ketiga key informan dan mereka memberi jawaban yang hampir sama yakni ada 2 kendala utama dalam pelaksanaan perencanaan tersebut yaitu mengenai dana ataupun anggaran yang kurang untuk dialokasikan dalam bidang tata ruang ini dan yang menjadi masalah yang kedua adalah masalah sumber daya manusia (SDM) yang kurang professional dalam pelaksanaan perencanaan tersebut.

4.3. Pola arahan pemanfaatan ruang kawasan danau Toba

4.3.1.Kawasan Lindung

Sebaran kawasan lindung per sub-sub-DAS dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut : 1.Kawasan lindung dengab luas < 30% Sub DAS; perlu pengaturan dan

pengendalian Pemanfaatan ruang yang sangat ketat.

2. Kawasan Lindung dengan luas 30 0 50% Sub DAS; perlu pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang biasa.

3. Kawasan Lindung dengan luas > 50% Sub DAS ; perlu pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang agak longgar.

Ketentuan yang lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang masing-masing kawasan diatur lebih lanjut sehingga tetap dalam kerangka pelestarian lingkungan serta pengembangan eilayah yang berkelanjutan dengan prisip-prinsip sebagai berikut :


(49)

Dan konservasi budaya lain hutan konservasi, dan cagar budaya tidak boleh dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya kecuali dengan persetujuan Presiden atau Menteri yang ditunjuk. Termasuk dalam KL 1 adalah :

- Cagar Alam Martulo Purba (Kabupaten Simalungun)

- Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang (Kecamatan Muara , Kabupaten Tapanuli utara); Berdasarka SK Menteri Kehutanan No. 592/kpts-II/1993, dengan luas 500 Ha

- Suaka Margasatwa Dolok Surungan (Kecamatan Habinsaran, Parsoburan, dan Parhitean, Kabupaten Toba Samosir); Ditetapaka berdasarrkan SK Menteri Pertanian No. 43/kpts/Um/2/1974 ; dengan total luas wilayah 23.800 Ha.

2. KL2 : Kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan bagi kawasan bawahnya (hilir) antara lain hutan lindung, resapan air dan tanah bergambut, kawasan ini dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk kegiatan yang tidak menganggu fungsi lindungnya. Termasuk dalam KL 2 adalah :

- Hutan Lindung, yang penetapannya mengacu pada Kep.Men.Hut SK 201/Menhut – II/2006 tentang peta perubahan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera utara.

3. KL3 : Kawasan yang berfunsimemberikan perlindungan setempat terdiri dari sempadan sungai, danau sekitar mata air, ruang terbuka hijau, dan hutan kota, dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk kegiatan yang tidak menganggu fungsi lindungnya. Termasuk dalam KL 3 adalah :

- Sempadan Sungai - Sempadan Danau - Sempadan Mata Air


(50)

- Ruang Terbuka Hijau

4. KL4 : Kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan agar aman dari bahaya bencana alam, terdiri dari kawasan rawan banjir, longsor, gempa, kebakaran, dapat di manfaatkan secara terbatas untuk kegiatan yang tidak menganggu funsi lindunnya. Termasuk KL4 adalah Kawasan rawan Lonsor, yang lokasinya tersebar.

KL: Kawasan Lindung

4.3.2 Pengelolaan Kawasan Lindung

Pengelolaan kawasan lindung diarahkan pada pelestarian hutan lindung dan lereng terjal yang rawan erosi, pengaturan keseimbangan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan dengan menggunakan pendekatan pengelolaan Daerah Tangkapan Air Danau Toba/DAS Asahan secara terpadu (water catchment area management /river basin management) sehingga dapat meningkatkan kelestarian lingkungan hidup, keselamatan jiwa masyarakat , setempat, dan ketersedian sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Untuk mencapai kondisi kawasan lindung yang dituju tersebut, upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan dalam jangka panjang (20 tahun) adalah :

1) Menetapkan kawasan lindung termasuk zona lindung danau sesuai dengan criteria yang berlaku dengan berbasis pada pendekata DAS dan Sub DAS

2) Mengatur pemanfaatanruang (zoning regulation) kawasan lindung pada masing- masing sub DAS dan perairan danau

3) Menetapkan kebijakan pelestarian ekosistem Kawasan Danau Toba secara komprehensif sesuai sengan permasalahan yang dhadapi

4) Melaksanakan program-program pelestarian ekosistem secara bertahap 5) Mensosialisasikan konsep dan metode pelestarian lingkungan


(51)

6) Mengembangakan dan memfungsikan forum koordinasi lintas sector dan lintas daerah untuk mengarahkan dan mengendalikan pelestarian ekpsistem Kawasan Danau Toba secara terus menerus

7) Memantapkan otonomi daerah serta kerjasama antar daerah dalam pengelolaan kawasan lindung dan DAS/sub DAS secara terpadu

8) Memberdayakan masyarakat setempat dengan metode dalam pelestaria ekosistm dan pengelolaan sumber daya alam dan DAS/ Sub DAS

9) Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung dengan melarang kegiatan budidaya yang dapat menganggu kelestarian fungsi lindung dan keanekaragaman hayati.

4.3.3 Kawasan Budidaya

Untuk mendukung pengembangan ekonami wilayah yang berkelanjutan yang melalui pengembanga sektorunggulan pertanian, pariwisata dan industri maka pemanfaatan ruang diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing sector unggulan (14.44%) tersebut. Pada table 3.9 terlihat alokasi ruang untuk hutan produksi seluas 12.623 Ha, lahan pertanian 67.227 Ha, kawasan budidaya lainnya seluas 27.319 Ha. Alokasi ruang untuk kawasan atau resort wisata sekitar 5.000 ha, pusat-pusat perdangan dan jasa seluas 2.000 ha dan satuan-satuan kawasan permukiman jalan lingkar luar, lingkar dalam dan lingkar Pulau Samosir.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang masing- masing kawasan diatur lebih lanjut sehingga tetap dalam kerangka pelestarian lingkungan serta pengembangan wilayah yang berkelanjutan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :


(52)

1. KB1 : fungsi utama untuk hutan produksi dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk pariwisata dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggu fungsi produksi dan kelestarian lingkungannya

2. KB2 : fungsi utama untuk p[ertanian lahan basah, dan dapat dimanfaatkan secarara terbatas untuk permukiman dan kegitan lainnya sejauh tidak menganggu funsi produksi, jaringan irigasi dan kelestarian lingkungannya

3. KB3 : fungsi utama untuk pertanian lahan kering dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk permukiman lainnya sejauh tidak menganggu fungsi produksi, kestabilan lereng dan kelestarian lingkungan

4. KB4 : Fungsi utama untuk perkebunan dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk permukiman dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggu fungsi produksi komoditas dan kelestariannya.

5. KB5 : Fungsi utama untuk pertenakan dan dapat dimanfaatkan secara terbatasuntuk permukiman dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggi funsi produksi ternak dan kelestarian lingkungannya

6. KB6 : Fungsi utama untuk perikanan dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk kegiatan lainnya sejauh tidak menganggi funsi produksi ikan dan kelestarian lingkungan perairan danau

7. KB7 : Fungsi utama untuk periwisata dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk permukiman dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggi funsi kegiatan wisata dan kelestarian lingkungannya


(53)

8. KB8 : Fungsi utama untuk perdangangan dan jasa dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk permukiman dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggi funsi pelayanan dan kelestarian lingkungannya

9. KB9 : Fungsi utama untuk permukiman dan dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk industri kerajinan, perdangangan, jasa dan kegiatan lainnya sejauh tidak menganggi funsi pelayanan dan kelestarian lingkungannya

KB: Kawasan Budidaya

4.3.4. Pengelolaan Kawasan Budidaya

Pengelolaan kawasan budidaya diarahkan pada pengembangan sector unggulan pertanian, pariwisata dan UKM secara berkelanjutan, melalu pendektan pengembangan kawasan agropolitan secara terpadu sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan, untuk mendukung proses produksi, pendistribusian dan konsumsi barang dan jasa secara efisien sehingga ekonami wilayah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penciptaan lapangan kerja serta pengurangan kemiskinan.

Untuk mencapi kondisi kawasan budidaya yang dituju tersebut, upaya –upaya strategis yang perlu dilakukan dalam jangka panjang adalah :

1. menetapkan kawasan budidaya sesuai dengan criteria yang berlaku, yang terdiri dari : kawasan hutan produksi, kawasan pertanian tanamanpangan lahan basah dan lahan kering, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan perikanan, kawasan perindustrian, kawasan pariwisata, dan kawasan permukiman.

2. Mengembangan kegiatan pertanian yang lebih strategis antar kabupaten dengan menerapakan konsep agropolitan yang berbasis kegiatan agribisnis ; Kawasan Agropolitan Merek (KAM)


(54)

dikembangkan di bagian utara, dan kawasan Angropolitan Siborong-borong (KAS) dikembangkan di bagian selatan Kawasan Danau Toba.

3. Mengembangkan kegiatan pariwisata secara terpadu debgan melakukan daya tarik dan kegiatan wisata ( di kawasan Danau Toba dikembangkan 8 kawasan/zonasi pengembangan pariwisata) serta menngkatkan interaksi antar kabupaten, antar provinsi dan antar negara. 4. Mengembangakan kegiatan ekonomi lainnya yang berbasis pad kegiatan pertanian dan pariwisata serta sesuai dengan karakteristik Kawasan Danau Toba

5. memebatasi perkembangan kegiatan budidaya dan permukiman serta prasarana yang dapat menganggu kelestarian fungsilindung Kawasan Danau Toba.

6. Mensosialisasikan konsep dan metode pemanfaatan ruang pengembangan kawasan budidaya yang berkelanjutan, berkeadilan dan berwawasan lingkungaan.

7. Memperbaiki dan menyederhanakan system perizinan pemanfaatan ruang kawasan

budidaya yntuk menarik minat investasi dan pengelolaan kegiatan ekonomi di Kawasan Danau Toba.

8. Memantapkan otonomi daerah dan memberdayakan masyarakat setempat untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang bagi pengembangan ekonomi dan masyarakat.

9. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara terpadu untuk mengurangi konflik antar sector dan pelanggaran perizinan sesuai dengan tata ruang.

Pola ruang kawasan ditetapkan dengan membagi menjadi kawasan lindung dan budidaya. Dengan menggunakan pendekatan ekosistem sumber daya air, pola ruang pada masing-masing Sub DAS di Kawasan Danau Toba yang menunjukkan sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya, yang bervariasi pada masing Sub DAS. Pengaturan pola ruang pada masing-masing Sub DAS akan berbeda-beda sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta tujuan dan


(55)

sasaran yang hendak dicapai. Pembentukan pola ruang Kawasan Danau Toba ini diarahkan 48,98% untuk kawasan lindung dan 51,02% untuk kawasan budidaya namun tetap dalam kerangka pelestarian lingkungan serta pengembangan wilayah yang berkelanjutan dengan rincian sebagai berikut :

4.4. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba Per Kabupaten A. Wilayah Kabupaten Tobasa

Dari lahan seluas 82.071 Ha dari wilayah Kabupaten Tobasa yang termasuk dalam kawasan Danau Toba sebagian besar (72,1 %) dapat dimanfaatkan menjadi kawasan Budidaya. Dari lahan yang direncanakan menjadi Kawasan Lindung sebagian besar berupa Sempadan Sungai dan Hutan Lindung. Sedangkan pada kawasan budidaya terutama sesuai untuk dikembangkan menjadi pertanian lahan kering dan lahan basah untuk ditanam padi, hortikultura dan sayuran. Sementara itu, luas tubuh air sebesar 32.805,278 Ha.

Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba Di Wilayah Kabupaten Tobasa

No. Kawasan Luas (Ha) % Luas Luas Total

1. Lindung Hutan Lindung,

Sempadan Danau dll

22900.521 27,9 22900.521

2. Budidaya Lahan Terbuka

Pemukiman Sawah dan Ladang

13039.832 1616.264 44514.339

72,1 59,170.48

Luas Kawasan 82.071

Tabel 1

B. Wilayah Kabupaten Simalungun

Wilayah Kabupaten Simalungun dalam Kawasan Danau Toba hanya terbatas di sekitar tepi Danau Toba, dan hampir separuhnya berupa Kawasan Lindung karena merupakan lahan yang cukup tinggi dan terjal sehingga 31,6 % wilayah tersebut merupakan hutang lindung.


(1)

3. Penetapan arahan guna lahan untuk areal dengan kemiringan >40%

h. Pengaturan keseimbangan

pengembangan ekonomi dan pelestarian

lingkungan

Tercapainya keseimbangan antara program berbasis ekonomi dan program pelestarian lingkungan

Pengembangan kawasan andalan berbasis lingkungan

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup

Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat

pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewqujudkan dan

memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

Meningkatkan fungsi kawasan lindung

1. perencanaan kawasan hutan lindung

2. konservasi dan rehabilitasi hutan

3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

Menyelengarakan upya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

Tercapainya lingkungan hidup

yang lestari dan berkelanjutan

Perumusan Program-program pelestarian ekosistem secara bertahap

Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahanatau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya

Peningkatan kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung kehidupan manusia

Penerapan ketentuan Zonasoi, perizinan, insentif dan disinsentif dan sanksi hukum yang tegas bagi pelanggaran penataan ruang


(2)

Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak

langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan

Meminimalisasikan kerusakan lingkungan hidup

Penerapan ketentuan Zonasoi, perizinan, insentif dan disinsentif dan sanksi hukum yang tegas bagi pelanggaran penataan ruang

4. Pengembangan sistem jaringan jalan

Meningkatkan kelas fungsi dan status jalan :

1.Lingkar dalam Samosir menjadi jalan kolektor primer/jalan nasional (120km)

2. Ruas tele-pangururan menjadi jalan kolektor primer/jalan nasional (22km)

3. lingkar luar Danau Toba ruas Tiga Runggu-Tg Dolok menjadi jalan kolektor primer/jalan nasional (43km)

1.terciptanya struktur jaringan jalan yang berhirarki

2. Meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa secara berjenjang

Peningkatan standart teknis jalan yang disesuaikan dengan perubahan kelas fungsi jalan untuk:

- Lingkar dalam Samosir - Ruas tele – pangururan - Lingkar luar Danau Toba - Ruas tigarungu- Tj.Dolok

5. Kebijakan penataan kawasan

Perencanaan dan penataan kawasan prioritas yang cepat berkembang

• Tercapainya penataan kawasan cepat

berkembang berbasis lngkungan hidup • Pengendalian

• Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Danau Toba • Penyusunan Rencana Tata


(3)

kawasan prioritas yang berdekatan dengan kawasan lindung 6. Penataan dan

pengembangan Kawasan prioritas dan cepat tumbuh

• Pengembangan kota-kota PKL, Desa Pusat

Pertumbuhan, dan Desa Wisata

• Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar kawasan lindung

Terciptanya percepatan pembangunan DPP secara terpadu dengan

pengembangan perkotaan dan pariwisata

Pengembangan kota-kota PKL, Desa Pusat Pertumbuhan, dan Desa Wisata dengan tetap berwawasan lingkungan

7. Pengembangan prasarana di kawasan Danau Toba

Rehabilitasi dan

pengembangan kawasan Danau Toba untuk mendukung kepentingan lingkungan hidup

Terehabilitasinya kawasan Danau Toba untuk

mendukung kepentingan lingkungan hidup

Rehabilitasi / revilitasasi Kawasan Danau Toba DSk

8.

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya

andalan untuk mencapai ketahanan pangan

• Penetapan kawasan-kawasan pertanian tanaman pangan • Pengembangan

infrastruktur dan fasilitas pelayanan pengairan • Pemeliharaan,

peningkatan dan

perluasan jaringan irigasi teknis pada kawasan sentra pangan nasional

Terwujudnya pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya yang mendukung ketahanan pangan nasional di Kawasan Andalan Pematang Siantar dsk.

• Peningkatan sarana pengairan yang ada

• Pengembangan pelayanan pengairan ke kawasan budidaya

Pengembangan jaringan irigasi kekawasan sentra pangan


(4)

• Penyediaan air baku untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya

9. Kebijakan

Pengembangan, Kawasan Danau Toba dsk

Pengembangan, Pengelolaan dan

Konservasi sungai, danau, dan sumber air lainnya untuk mendukung kepentingan lingkungan hidup

Terwujudnya kawasan yaang berfungsi dalam melindungi kepentingan nasional dari sudut kepentingan

lingkungan hidup

Perencanaan pengelolaan dan konservasi sungai, danau, dan sumber air lainnya untuk

mendukung kepentingan lingkungan hidup.

10. Pengembangan kawasan andalan untuk pariwisata Kws. Andalan Pematang Siantar dsk

Dalam kerangka “Rehabilitasi dan

Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor pariwisata”.

- Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi pembangunan

kebudayaan dan pariwisata.

- Meningkatnya efekvitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata.

-Terwujudnya pedoman, norma, kriteria, standart dan prosedur untuk mendukung penbangunan kebudayaan dan kepariwisataan.

PENGELOLAAN KEKAYAAN BUDAYA

- Pengembangan Nilan Sejarah - Pendukungan pengembangan kekayaan budaya daerah; dan - Pelaksanaan koordinasi, pelayan

teknis dan Administrasi - Pengelolaan kekayaan budaya.

Meningkatan kualitas, kuantitas dan manfaat penelitian dan

pengembangan, sistem informasi serta dukungan ketersedian sumber daya manusia.

Meningkatknya kegiatan

PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

- Pengembangan Standaradisasi Pariwisata;


(5)

supervisi pembangunan kebudayaan dan

kepariwisataan

PENGEMBANGAN PEMASARAN - Pengembangan sarana dan

prasarana promosi kebudayaan dan pariwisata;

- Pengembangan informasi pasar wisatawan.

11. Mengembangkan

kegiatan pariwisata secara terpadu

- Mengembangkan kegiatan pariwisata secara terpadu dengan melakukan daya tarik dan kegiatan wisata (8 cluster pengembangan wisata)

- Mengembangka zona dan resoat wisata secara terpadu dan serasi dengan linkungan, serta diikuti dengan

pengembangan

akomodasi, transportasi, prasarana dan sarana, serta jasa pendukung lainnya.

- Meningkatnya kunjungan wisata

- Terjaganya kelestarian lingkungan di kawasan wisata

- Pengembangan pariwisata secara berkelanjutan

- Meningkatnya kunjungan mutu dan layanan obyek wisata - Pemberdayaan masyarakat

setempat untuk berperan serta secara aktif dalam peningkatan kegiatan pariwisata dan pelestarin lingkungan.

12. Menetapkan kebijakan pelestarian ekosistem Kawasan Danau Toba secara komperhensif sesuai sengan permasalahan yang dihadapi

Pelestarian ekosistem Tersosialisaskaninya

program-program pelestarian lingkungan

- Sosialsasi konsep dan metode pelestarian lingkungan - Pemberdayaan masyarakat - dalam pelestarian ekosisitem


(6)

Penataan lingkungan Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam

Pengendalian, perencanaan, pelaksanaan, dan penggawasan pemanfaatan ruang;

- pengkajian fungsi lingkungann, Pengendalian pencemaran Memwujudkan perbaikan

kulitas fungsi lngkungan hidup

Kegiatan yang di lakukan, yaitu : - SUPERKASIH : pengendalian

pencemaran air.

- Pengendalian pencemaran limbah domestik.

Konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan

Penurunan laju kerusakan lingkunga : sumber daya air, hutan dan lahan, dan

keanekaragaman hayati.

Program perlindungan dan konservasi, dengan kegiatan

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan.

- pengembangan kapasitas masyarakat dalam pengelolaaan lingkungan

Kegiatan yang dilakukan seperti : Penataan ruang terbuka dan hijau.