Daur Hidup Brachionus plicatilis Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera Brachionus Plicatilis Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010. betina miktik yang tinggi dari Brachionus plicatilis dapat terjadi karena adanya pergantian dari medium kultur.

2.4 Daur Hidup Brachionus plicatilis

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut 1985, menjelaskan bahwa daur hidup B. plicatilis bersifat unik, dimana dalam keadaan normal, B. plicatilis berkembang secara parthenogenesis bertelur tanpa kawin. B. plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina– amiktik pula. Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya dan kualitas pakan maka telur B. plicatilis betina- amiktik tadi dapat menetas menjadi betina-miktik. Betina-miktik ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi hewan jantan. Bila B. plicatilis jantan dan betina-miktik tersebut kawin, maka betina-miktik akan menghasilkan telur-kista dormant egg yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan tahan terhadap kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali. Brachionus plicatilis memiliki telur yang bersifat istirahat, telur ini dihasilkan oleh betina-miktik, dan akan menetas menjadi betina-amiktik dan antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Selanjutnya Mujiman 1998, mengatakan bahwa B. plicatilis yang jantan hanya muncul pada saat-saat tertentu saja sehingga yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis tanpa kawin dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya siklus hidup Rotifera B. plicatilis dapat dilihat pada Gambar. 2.2 berikut ini: Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera Brachionus Plicatilis Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010. Gambar 2.2 siklus hidup Rotifera

2.5 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Rotifera Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp. yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera Brachionus plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam akan dihasilkan kepadatan Chlorella sp. yang paling tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran ternak lainnya, hal ini dikarenakan tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut Balai Penelitian Pengembangan Budidaya Laut, 1985. Kadarini 1997 mengatakan bahwa jenis pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian sisa-sisa serasah tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya sedangkan pupuk Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera Brachionus Plicatilis Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010. anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang merupakan hasil industri pabrik- pabrik pembuat pupuk misalnya pupuk Urea, TSP, Diamonium Phospat DAP dan sebagainya. Saifuddin 1985 dan Setyamidjaja 1986 mengatakan bahwa pemakaian pupuk organik yaitu kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme. Selanjutnya Sutejo 1995 dan Mujiman 1998 juga mejelaskan bahwa kotoran ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha perkembangan perikanan, misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, yaitu Brachionus plicatilis. Dari hasil penelitian Sachlan 1980 menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Kemudian Setyamidjaja 1986 dan Hardjowigeno 1987 mengatakan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat bercampur dengan bagian yang cair urine. Selain itu pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama Rafnida, 1986. Bahkan dari hasil penelitian Anindiastuti 1989, menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cendrung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan. Menurut Lingga dan Sutejo 1995 pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor. Adapun komposisi mineral dan kandungan air dari kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera Brachionus Plicatilis Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010. Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas Jenis Ternak Nitrogen Fosfor Kalium Air Kuda - padat 0,55 0,30 0,40 75 - cair 1,40 0,02 1,60 90 Sapi -padat 0,40 0,20 0,10 85 -cair 1,00 0,50 1,50 92 Kerbau -padat 0,60 0,30 0,34 85 -cair 1,00 0,15 1,50 92 Kambing -padat 0,60 0,30 0,17 60 -cair 1,50 0,13 1,80 85 Domba -padat 0,75 0,50 0,45 60 -cair 1,35 0,05 2,10 85 Babi -padat 0,95 0,35 0,40 80 - cair 0,40 0,10 0,45 87 Ayam - padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55 Sumber: Lingga 1995 Menurut Dahril 1996, fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera, karena dengan meningkatnya jumlah fitoplankton di suatu perairan maka akan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera Brachionus plicatilis tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada di perairan dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan fitoplankton adalah unsur phospat dan nitrogen. Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk buatan pupuk anorganik yang berkadar hara tinggi Sutejo, 1995. Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat N 46. TSP berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat P 14-20 Lingga, 1995. Berikut dicantumkan beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya. Andi Pranata : Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera Brachionus Plicatilis Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti, 2010. Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya Jenis Pupuk Kadar N Kadar P Zwavelzure ammoniak 20-21 - Urea 46 - Chilisalpeter 14-16 - Natronsalpeter 16 Kalkammonsalpeter 20 - Kalkstikastof 20-21 - Superposfat Enkel uperposfat ES - 18-20 Dubble Superposfat DS - 36-40 Triple Superposfat TSP - 48-54 Posfat Cirebon - 25-28 Fused Magnesium posfat EMP - 19 Sumber: Lingga 1995

2.6 Peranan Ragi roti bagi Brachionus plicatilis