Menguji Kelayakan Model Regresi

Ghozali, 2005:219. Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit. Menilai model fit dapat juga dilihat melaui tabel omnibus test of model coefficients berikut ini : Tabel 4.7 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 39.429 5 .000 Block 39.429 5 .000 Model 39.429 5 .000 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Tabel tersebut menunjukkan nilai signifikansi chi square dimana tingkat signifikansinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model yang terdiri dari beberapa variabel independen tersebut berpengaruh dan dapat digunakan untuk menilai variabel dependen. Nilai chi square di atas adalah hasil dari selisih -2LL awal dengan -2LL akhir.

b. Menguji Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistic dilakukan dengan menggunakan goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji hosmer and lameshow Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 .000 8 1.000 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi sebesar 1,000. Nilai signifikansi yang diperoleh ini lebih besar dari 0,05, maka H tidak dapat ditolak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Tabel 4.9 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Kondisi = Bangkrut Kondisi = Tidak Bangkrut Total Observed Expected Observed Expected Step 1 1 3 3.000 .000 3 2 3 3.000 .000 3 3 3 3.000 .000 3 4 3 3.000 .000 3 5 3 3.000 .000 3 6 3 3.000 .000 3 7 1 1.000 2 2.000 3 8 .000 3 3.000 3 9 .000 3 3.000 3 10 .000 3 3.000 3 Universitas Sumatera Utara Dari tabel kontinjensi untuk uji hosmer and lameshow, dapat dilihat bahwa dari 10 langkah pengamatan untuk kategori perusahaan dengan kondisi financial distress 1 maupun kondisi non financial distress 2, nilai yang diamati maupun nilai yang diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya. 1. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap peringkat obligasi. Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.10 Case Processing Summary Unweighted Cases a N Percent Selected Cases Included in Analysis 30 100.0 Missing Cases .0 Total 30 100.0 Unselected Cases .0 Total 30 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diambil analisis sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Jumlah observasi sebanyak 30, dan seluruh observasi telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai dummy variabel. Variabel dependen bernilai 0 untuk kategori bangkrut dan bernilai 1 untuk kategori tidak bangkrut. c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode enter dimana dengan menggunakan metode ini seluruh variabel bebas independen disertakan dalam analisis data untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Selanjutnya, variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen ditampilkan pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Berdasarkan table 4.11 di atas, dapat dilihat hasil analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox Snell R Square sebesar 0,731. Cox Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R 2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari Model Summary Step -2 Log likelihood Cox Snell R Square Nagelkerke R Square 1 .000 a .731 1.000 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara satu, sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Nagelkerke’s R 2 merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari satu 1 sampai dua 2, dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R 2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R 2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R 2 pada multiple regression. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke’s R 2 menunjukkan angka sebesar 1,000 yang berarti variabilitas variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variable independen adalah sebesar 100. a. Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kondisi perusahaan. Tabel 4.12 Tabel 4.12 di atas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan kondisi perusahaan sebesar 100. Ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan ada 19 perusahaan yang diprediksi berada pada kondis bangkrut dari total 19 perusahaan yang berada Classification Table a Observed Predicted Kondisi Percentage Correct Bangkrut Tidak Bangkrut Step 1 Kondisi Bangkrut 19 100.0 Tidak Bangkrut 11 100.0 Overall Percentage 100.0 a. The cut value is ,500 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara pada kondisi bangkrut. Kekuatan prediksi model untuk kategori tidak bangkrut adalah sebesar 100, yang berarti bahwa model regresi yang diajukan ada 11 perusahaan yang diprediksi berada pada kondisi tidak bangkrut dari total 11 perusahaan yang berada pada kondisi tidak bangkrut. b. Menguji Koefisien Regresi Tabel 4.13 Tabel 4.13 di atas memperlihatkan hasil pengujian hipotesis regresi logistik pada tingkat signifikansi 5. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut pada kolom B maka diperoleh model persamaan regresi logistik sebagai berikut : Y= -56.863+ 37,349X 1 + 9,836X 2 + 127,033X 3 + 5,409X 4 + 16,953X 5 Konstanta sebesar 35,451 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai X1, X2, X3, X4, dan X5, maka kemungkinan financial distress sebesar -56.863 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. ExpB 95,0 C.I.for EXPB Lower Upper Step 1 a X1 37.349 4.065E4 .000 1 .999 1.661E16 .000 . X2 9.836 1.710E4 .000 1 1.000 1.869E4 .000 . X3 127.033 2.212E5 .000 1 1.000 1.479E55 .000 . X4 5.409 3.447E3 .000 1 .999 223.487 .000 . X5 16.953 1.799E4 .000 1 .999 2.304E7 .000 . Constant -56.863 1.938E4 .000 1 .998 .000 a. Variables entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari analisis regresi logistik yang dilakukan, dari tingkat signifikansi yang dimiliki masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa rasio keuangan tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan, karena tingkat signifikansi masing-masing variabel independen berada di atas 5. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Almilia 2003 dan Raden 2008 yang menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Ditinjau dari penelitian Almilia, hal ini mungkin dapat terjadi karena periode pengamatan penelitian yang berbeda dimana Almilia melakukan penelitian pada tahun pengamatan 1998 - 2001 sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun pengamatan 2008, kemudian variabel yang digunakan ada yang berbeda dan pada penelitian Almilia rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress yaitu gross profit margin net incomesales, financial leverage current liabilitiestotal asset, dan rasio pertumbuhan growth net incometotal asset. Sedangkan ditinjau dari penelitian Raden 2008 dimana variabel yang digunakan sama, hasil penelitian ini memiliki kemiripan dimana pada penelitian Raden rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan hanya leverage ratio debt to total asset ratio sedangkan rasio yang lain yaitu current ratio, gross profit margin, inventory turnover dan return on equity tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Raden mungkin disebabkan oleh periode pengamatan penelitian yang berbeda dimana Raden meneliti pada tahun Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

ANALISIS AKURASI PREDIKSI KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 10 71

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 3 97

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014.

0 4 27

ANALISMO Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 2 17

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20

0 2 10

PENDAHULUAN Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 5 9

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Indonesia

0 0 6