Torsi Dan Daya Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Specific Fuel Consumption Perbandingan Udara Bahan Bakar Air Fuel Ratio

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Performansi Motor Diesel

Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam. Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam motor diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi. Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin, suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus bersinggungan dengan udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan sendirinya tanpa bantuan alat penyala lain. Karena alasan ini mesin diesel juga disebut mesin penyalaan kompresi compression ignition engines. Motor diesel memiliki perbandingan kompresi sekitar 16:1 hingga 26:1, jauh lebih tinggi dibandingkan motor bensin yang hanya berkisar 6:1 sampai 9:1. Konsumsi bahan bakar spesifik motor diesel lebih rendah kira-kira 25 dibanding motor bensin namun perbandingan kompresinya yang lebih tinggi menjadikan tekanan kerjanya tinggi Arismunandar, 2004.

2.1.1. Torsi Dan Daya

Torsi suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat dynamometer yang bertindak seolah-olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya rem Brake Power. ..........................................................................2.1 dimana : P B = Daya Keluaran Watt = Putaran mesin rpm T = Torsi N.m Universitas Sumatera Utara 6

2.1.2. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Specific Fuel Consumption

Konsumsi bahan bakar spesifik adalah parameter unjuk mesin yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena dengan mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah daya selang waktu tertentu. Bila daya rem dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar dalam satuan kgjam, maka : ......................................................................2.2 dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik gkW.h ṁ f = laju aliran bahan bakar kgjam Besarnya laju aliran massa bahan bakar ṁ f dihitung dengan persamaan berikut : ............................................2.3 dimana : sg f = specific gravity V f = volume bahan bakar yang diuji t f = waktu mengahabiskan bahan bakar sebanyak volume uji detik Untuk mesin berpenyalaan kompresi, nilai terbaik S FC didapat dibawah 200 gkWh atau 0,2 KgkWh Pulkrabek, 1997.

2.1.3. Perbandingan Udara Bahan Bakar Air Fuel Ratio

Untuk memperoleh pembakaran sempurna, bahan bakar harus dicampur dengan perbandingan tertentu. Perbandingan udara bahan bakar ini disebut dengan Air Fuel Ratio AFR. ........................................................................2.4 dimana : ṁ a = laju aliran masa udara kgjam Universitas Sumatera Utara 7 Besarnya laju aliran massa udara ṁ a juga dapat diketahui dengan membandingkan hasil pembacaan manometer terhadap kurva viscous flow meter calibration. Kurva kalibrasi ini dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 °C, oleh karena itu besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi C f berikut: .............................................2.5 dimana : P a = tekanan udara Pa T a = temperatur udara K Rentang AFR yang normal untuk mesin berpenyalaan kompresi mesin diesel dengan bahan bakar diesel adalah 18 ≤ AFR ≥ 70 Pulkrabek, 1997.

2.1.4. Efisiensi Volumetris Volumetric Efficiency