65 penambahan 1, 2, 3 ml Hi-Cester kadar HC nya menurun dan untuk penambahan
4, 5 ml Hi-Cester kadar HC nya meningkat, sehingga dapat kita simpulkan bahwa penambahan Hi-Cester pada solar harus sesuai ,dilihat dari kadar HC terbaik
yang dihasilkan adalah pada campuran solar + 2 ml Hi-Cester.
4.3.2. Kadar Karbon Monoksida CO Dalam Gas Buang
Kadar karbon monoksida CO pada motor bakar diesel hanya diukur pada putaran tertinggi yaitu 3000 rpm. Besarnya kadar karbon monoksida motor bakar
diesel dengan menggunakan bahan bakar solar murni dan dengan menggunakan campuran bahan bakar solar murni dengan Hi-Cester untuk setiap variasi putaran
dan variasi beban statis yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.39 berikut ini.
Tabel 4.39 Kadar karbon monoksida CO
Putaran Beban Statis
kg Bahan Bakar
Kadar Karbon Monoksida
3000 rpm 3.5 kg
Solar Murni 0.06
Solar Murni + 1 mL Hi-Cester 0.05
Solar Murni + 2 mL Hi-Cester 0.05
Solar Murni + 3 mL Hi-Cester 0.05
Solar Murni + 4 mL Hi-Cester 0.06
Solar Murni + 5 mL Hi-Cester 0.06
4.5 kg Solar Murni
0.05 Solar Murni + 1 mL Hi-Cester
0.05 Solar Murni + 2 mL Hi-Cester
0.05 Solar Murni + 3 mL Hi-Cester
0.05 Solar Murni + 4 mL Hi-Cester
0.06 Solar Murni + 5 mL Hi-Cester
0.05
Universitas Sumatera Utara
66 Berdasarkan nilai karbon monoksida CO di atas maka diperoleh grafik
seperti pada gambar 4.16 di bawah ini, yaitu:
Gambar 4.16 Grafik kadar karbon monoksida CO vs putaran
CO muncul akibat proses pembakaran yang kurang optimal sehingga bahan bakar tidak terbakar karena kurang oksigen. Hal ini terjadi bila campuran
bahan bakar lebih kaya dibandingkan dengan campuran stoikiometris dan terjadi pada saat beban rendah dan output maksimum saat akselerasi. Dari grafik pada
gambar 4.16 di atas dapat kita lihat bahwa kadar CO gas buang baik pada pembebanan 3,5 kg baik 4,5 kg berkisar antara 0,05-0,06 . Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa penambahan Hi-Cester tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kandungan CO emisi gas buang mesin diesel tersebut.
4.3.3. Kadar Opacity OP Dalam Gas Buang
Kadar Opacity OP pada motor bakar diesel hanya diukur pada putaran tertinggi yaitu 3000 rpm. Besarnya kadar opacity motor bakar diesel dengan
menggunakan bahan bakar solar dan dengan menggunakan campuran bahan bakar solar dengan Hi-Cester untuk setiap variasi putaran dan variasi beban statis yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 4.40 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
67 Tabel 4.40 Kadar Opacity OP
Putaran Beban Statis
kg Bahan Bakar
Kadar Opacity
3000 rpm 3.5 kg
Solar Murni 28.5
Solar Murni + 1 mL Hi-Cester 18.8
Solar Murni + 2 mL Hi-Cester 14.1
Solar Murni + 3 mL Hi-Cester 14.1
Solar Murni + 4 mL Hi-Cester 16
Solar Murni + 5 mL Hi-Cester 18.3
4.5 kg Solar Murni
24.06 Solar Murni + 1 mL Hi-Cester
16 Solar Murni + 2 mL Hi-Cester
15.6 Solar Murni + 3 mL Hi-Cester
15.6 Solar Murni + 4 mL Hi-Cester
13.7 Solar Murni + 5 mL Hi-Cester
18.4
Berdasarkan nilai Kadar Opacity OP di atas maka diperoleh grafik seperti pada gambar 4.17 di bawah ini, yaitu:
Gambar 4.1 7Grafik Kadar Opacity OP VS Putaran Dari grafik pada gambar 4.17 di atas dapat dilihat bahwa kadar opacity
kekabutan gas buang mesin diesel dengan bahan bakar solar lebih tinggi dibandingkan dengan kadar opacity mesin diesel dengan bahan bakar campuran
solar dan Hi-Cester baik pada beban 3,5 maupun pada beban 4,5 kg. Opacity terendah gas buang yaitu pada saat mesin menggunakan bahan bakar solar + 2 ml
dan 3 ml Hi-Cester sebesar 14,1 pembebanan 3,5 kg. Opacity tertinggi yaitu pada bahan bakar solar sebesar 28,5 pembebanan 3,5 kg.
Universitas Sumatera Utara
68
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Torsi dan daya mesin setelah menggunakan bahan bakar campuran solar dan Hi-cester lebih tinggi dibanding torsi dan daya pada saat
menggunakan bahan bakar solar, kenaikan torsi dan daya tersebut disebabkan oleh kenaikan nilai kalor bahan bakar.
2. SFC mesin setelah menggunakan bahan bakar campuran solar dan Hi-
Cester lebih rendah dibanding SFC mesin pada saat menggunakan bahan bakar solar. SFC mesin dipengaruhi oleh laju aliran bahan bakar
ṁf. semakin tinggi laju aliran bahan bakarnya maka SFCnya semakin tinggi
juga. 3.
Nilai AFR mesin tertinggi mesin pada pembebanan 3,5 kg sebesar 55,59 yaitu pada putaran 2200 rpm bahan bakar solar + 2 ml Hi-Cester. Nilai
AFR mesin tertinggi mesin pada pembebanan 4,5 kg sebesar 56,70 yaitu pada putaran 1800 rpm bahan bakar solar + 3 ml Hi-Cester.
4. Nilai efisiensi volumetris mesin setelah menggunakan bahan bakar
campuran solar dan Hi-Cester lebih rendah dibanding efisiensi volumetris pada saat mesin menggunakan bahan bakar solar.
5. Nilai Efisiensi Thermal aktual mesin setelah menggunakan bahan bakar
campuran solar dan Hi-Cester lebih tinggi dibanding efisiensi thermal aktual mesin pada saat menggunakan bahan bakar solar. Efisiensi thermal
aktual dipengaruhi oleh laju aliran bahan bakar dan daya aktualnya. 6.
Untuk nilai emisi gas buang, opacity gas buang setelah menggunakan bahan bakar campuran solar dan Hi-Cester lebih rendah dibanding opacity
mesin pada saat menggunakan bahan bakar solar. Penambahan Hi-Cester tidak berpengaruh besar terhadap kadar CO. Kandungan CO nilainya
yaitu berkisar antara 0,05-0,06 untuk semua variasi bahan bakar dan variasi pembebanan. Untuk kandungan HC, kandungan HC mesin setelah
menggunakan bahan bakar campuran solar dan Hi-Cester lebih rendah
Universitas Sumatera Utara