Alasan Perceraian Perceraian Atas Perkawinan Yang Dilangsungkan Menurut Hukum Adat Tionghoa Dan Akibat Hukumnya

54 Anak laki-laki mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki sebagai penerus marga mempunyai hak untuk mewaris dalam keluarga, terutama anak laki – laki tertua. Dalam adat Tionghoa, cucu laki-laki dari anak laki-laki tertua memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang lebih muda. Sehingga apabila terdapat acara adat dan keluarga, para anak laki-laki akan berdiskusi mengenai pelaksanaan keputusan. Namun keputusan terakhir ditentukan oleh anak laki – laki yang tertua. Anak perempuan dalam adat Tionghoa tidak mempunyai hak mewaris karena anak perempuan yang telah menikah dianggap akan menjadi bagian dari keluarga suaminya. Anak perempuan cukup dibekali dengan pendidikan, perhiasan dan uang pada saat anak perempuan tersebut menikah. Namun kedudukan anak laki – laki dan anak perempuan pada dewasa ini telah mengalami pergeseran nilai, dimana anak perempuan juga telah memiliki hak mewaris. Pada keluarga etnis Tionghoa yang sama sekali tidak memiliki anak laki- laki, harta warisan akan dibagikan kepada anak perempuan sesuai dengan kesepakatan masing-masing keluarga. 72

C. Perceraian Atas Perkawinan Yang Dilangsungkan Menurut Hukum Adat Tionghoa

1. Alasan Perceraian

Dalam suatu perkawinan tidak semuanya berjalan seperti apa yang diharapkan, seperti dengan adanya sesuatu hal yang biasa memicu keretakan dalam 72 Ibid. Universitas Sumatera Utara 55 suatu perkawinan, keretakan yang bisa menimbulkan kekecewaan atau mematahkan hati bagi semua pihak yang terlibat diantaranya suami, istri, anak-anak, dan anggota lain dalam keluarga, bahkan orang-orang terdekatnya. Perceraian dapat menimbulkan efek-efek yang kurang baik, dari segi moral maupun keluarga dan bagi mereka yang mempunyai anak akan membawa tanggung jawab yang lebih berat, sehingga anak- anak mengalami perubahan dalam kehidupan mereka setelah perceraian itu terjadi, mengingat anak-anak masih membutuhkan kasih sayang dan pendidikan yang semestinya di dapat dari kedua orangtuanya. Menurut Augustine disebutkan beberapa alasan pasangan memutuskan untuk mengakhiri perkawinannya yakni : 73 a. Prinsip dasar yang bertentangan dengan pasangan. b. Ketidakpuasan terhadap kehidupan pernikahan. c. Pasangan meninggalkan keluarga. d. Perzinahan. e. Perlakuan kejam kekerasan dalam rumah tangga. f. Pasangan dipenjara. g. Pasangan ingin menikah lagi bigamipoligami. h. Penghinaan pasangan. i. Lain – lain atau tanpa alasan jenis perceraian tanpa alasan disebut juga dengan istilah no-fault divorce. Menurut Saxton beberapa bentuk ketegangan dalam interaksi suami isteri yang mengarah pada perceraian : 74 a. Frustasi Frustasi didefinisikan sebagai bentuk emosi yang dialami saat keinginan dihalangi atau perasaan puas yang terpasung. Frustasi dalam hidup berpasangan terutama dialami oleh pihak yang paling tertekan karena situasi tersebut. 73 Augustine K, Divorce Decision : Things to Consider When Making a Decision About Divorce, http:www.deciding-ondivorce.comdivorcedecision.htm, diakses pada tanggal 16 April 2013 74 L. Saxton, The Individual, Marriage The Family, Wadsworth, California, 1990, hal.105. Universitas Sumatera Utara 56 Contoh yang diberikan Saxton adalah kasus dimana suami menginginkan hubungan suami isteri sedangkan si isteri menolak. Sebenarnya si isteri tidak menginginkan hubungan suami isteri didasari oleh kelelahan fisik atau preferensi kegiatan lain, menonton televisi misalnya. Namun sang suami menanggapinya sebagai penolakan terhadap kebutuhan biologisnya. Jika suami tidak mengubah persepsinya mengenai alasan isteri menolak berhubungan suami isteri, suami kemungkinan besar akan mengalami frustasi dan kesalahan menanggapi maksud isterinya. Tak jarang penolakan berhubungan suami isteri disalahartikan sebagai “tidak cinta lagi”. Saxton melihat hal ini sebagai lubang – lubang kecil menuju perceraian. b. Penolakan dan pengkhianatan Sering ditemui pada keluarga muda yang beranjak pada tahun – tahun berat pernikahan. Romantisme pada masa – masa berpacaran pelan – pelan tergantikan oleh kesibukan dan konsentrasi pada urusan mencari nafkah keluarga dan anak. Tidak heran ada perasaan tersisihkan dan dilupakan oleh pasangannya. Orang yang merasa dirinya ditolak oleh pasangannya biasanya melancarkan balasan, bisa berupa sikap maupun kata – kata. Demikian pula pada perasaan dikhianati pasangannya. Kekosongan dan berkurangnya komunikasi memicu pertengkaran suami dan isteri. Tak jarang ada yang memutuskan meninggalkan pasangannya sebagai bentuk atas serangan ketersisihan yang dirasakannya. c. Berkurangnya kepercayaaan Saat seseorang dalam hidup berpasangan kepercayaan berkurang terhadap pasangannya umumnya merambat pada kebinasaan hubungan. Hal ini cukup beralasan sebab kepercayaan menyangkut kesadaran membina keharmonisan dengan pasangan dalam bentuk keintiman satu sama lain. Menurunnya kepercayaan lowered self-esteem dapat ditanggulangi dengan komunikasi yang jujur dan terbuka antara kedua belah pihak. d. Displacement Saxton menemukan kasus bahwa respondennya pernah bertengkar dengan pasangannya dan tidak bertegur sapa dengan pasangannya selama dua hari tanpa alasan yang jelas. Saxton menyebutnya sebagai displacement, diperkirakan lahir dari perasaan yang terpendam sejak lama yang mendadak meledak sebagai klimaks. Menurutnya, masalah yang menjadi alasan pertengkaran cenderung sepele bahkan ada yang melenceng dari persoalan semula. e. Psychological Games Psychological Games didefinisikan sebagai interaksi dimana seseorang menyerang orang lain dalam perdebatan demi sebuah kemenangan terselubung. Perasaan menang itu didapat saat pasangannya mengaku tunduk atas argument yang dikeluarkannya. Dalam membuat keputusan pola psychological games ini sangat berbahaya, sebab keputusan yang diambil cenderung tidak melihat pada masalah yang sedang dialami, melainkan sejauh mana lawan berdebat baru mengaku kalah. Universitas Sumatera Utara 57 Alasan perceraian pada masyarakat Tionghoa yaitu : 75 a. Moral Moral merupakan tingkah laku, perbuatan, percakapan bahkan sesuatu yang berkaitan dengan norma – norma kesopanan, yang harus dilindungi oleh hukum demi terwujudnya tata tertib dan tata susila dalam kehidupan. 76 Sebab – sebab perceraian yang masuk dalam kategori faktor moral ini seperti krisis akhlak seperti perselingkuhan yakni melakukan hubungan seks dengan orang lain yang bukan suami atau isterinya tanpa diketahui masing – masing atau diketahui setelah melakukan hubungan seks oleh salah satu pihak atau keduanya atau orang lain. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya saling menghargai masing – masing pihak suami – isteri . Kecemburuan merupakan suatu dugaan yang belum tentu benar adanya. Kecemburuan dapat memicu perselisihan dan menganggu keharmonisan rumah tangga. Dugaan yang tidak benar dapat menyebabkan salah satu pihak menjadi kesal, misalnya isteri yang terus menerus curiga dan bertanya pada saat suami baru pulang kerja dalam keadaan lelah sehingga suami kesal dan membentak isterinya. b. Meninggalkan kewajiban Suatu perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban bagi suami dan isteri, apabila kewajiban – kewajiban dijalankan dengan baik dan seimbang, maka hubungan yang harmonis dapat terjaga. Meninggalkan kewajiban di sini adalah kewajiban 75 Wawancara dengan Ibu Dewi, pengurus Majelis Agama Konghucu Indonesia MAKIN bagian perkawinan, tanggal 19 April 2013 76 Yani Tri Zakiyah, Makalah Latar Belakang dan Dampak Perceraian, Semarang, 2005, hal.114. Universitas Sumatera Utara 58 yang ditinggalkan oleh suami danatau isteri dalam hal pemberian nafkah baik lahir maupun batin. Meninggalkan kewajiban sebagai suami – isteri dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, kawin paksa, ekonomi, tidak adanya rasa tanggung jawab. Kawin paksa tidak dilandasi oleh rasa cinta, kasih dan sayang. Kawin paksa terjadi karena adanya paksaan dari orang tua, saudara, atau yang lainnya yang menyebabkan adanya tekanan sehingga muncul rasa tidak tanggung jawab terhadap rumah tangga seperti meninggalkan rumah tanpa seizin dari isteri atau suaminya. Tanpa rasa tanggung jawab membuat salah satu pihak menjadi tidak betah tinggal di rumah dan memicu rasa bosan sehingga meninggalkan rumah. c. Menikah muda Banyak pasangan yang menikah muda tanpa ada kesiapan baik secara finansial maupun emosional. Karena banyak pasangan muda yang belum memahami arti dan tujuan dari suatu perkawinan. Sehingga apabila terjadi kegoncangan dalam rumah tangga, mereka tidak dapat mengatasinya dan menyalahkan satu sama lain. d. Kekerasan dalam rumah tangga Kekejaman terhadap jasmani dapat dilihat dari perbuatan yang menimbulkan rasa sakit danatau yang termasuk pidana. Sedangkan kekejaman rohani dapat berupa hinaan, fitnah, atau hal-hal lain yang menganggu kejiwaan. 77 Pada kenyataannya, wanita lebih banyak mendapat perlakuan penganiayaan dari suami sehingga 77 Ibid, hal.127. Universitas Sumatera Utara 59 muncul fenomena baru pada masa sekarang yaitu meningkatnya masalah perceraian. Menurut Sofia Kartika, umumnya alasan yang dikemukakan perempuan dalam mengajukan gugatan perceraian, selain alasan ketidakcocokan adalah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, menolak untuk berhubungan spesial, suami selingkuh, cemburu, dan ingin kawin lagi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketidaksadaran akan kesetaraan dalam masyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga biasa disebut sebagai kekerasan domestik, ini pendeteksiannya sangat sulit karena perempuan Indonesia biasanya takut dan malu mengatakannya. Kekerasan domestik ini lalu dianggap sebagai aib yang tidak perlu diungkapkan. 78 Jika perkawinan tak berjalan sebagaimana yang diharapkan, seperti tidak bahagia atau terjadi ketidakcocokan yang tak bisa lagi didamaikan maka mereka menjadi lebih berani untuk meminta talak. Perempuan tak lagi bersedia hidup lagi dalam kemunafikan falsafah lama supaya selalu jogo projo menjaga kerajaan yaitu meredam persoalan dengan diam demi tetap utuhnya bangunan rumah tangga walaupun itu hanya sebuah kepura – puraan. 79 e. Kebiasaan buruk 78 Sofia Kartika, Profil Perkawinan Perempuan Indonesia, Jurnal Perempuan. Yayasan Jurnal Perempuan Maret, 2002, hal.64-65. 79 Endriani DS, 16 Perceraian dan Otonomi Perempuan, http:penaendri.wordpress.com201007, diakses pada tanggal 19 April 2013 Universitas Sumatera Utara 60 Salah satu pihak baik suami maupun isteri mempunyai kebiasaan buruk yang tidak dapat diperbaiki sehingga memicu salah satu pasangan tidak dapat bertahan untuk hidup satu atap lagi. Kebiasaan buruk yang dimaksud seperti suka berjudi, tukang mabuk, selingkuh sehingga menyebabkan rumah tangga tidak harmonis lagi dan merujuk kepada perceraian f. Perselisihan terus menerus Faktor-faktor perselisihan dapat disebabkan oleh gangguan pihak ketiga, perbedaan paham dan ideal. Gangguan pihak ketiga dapat berupa adanya campur tangan dalam rumah tangga dari orang tua, saudara dari suamiisteri, teman sehingga menyebabkan perbedaan paham, perselisihan, kesalahpahaman yang dapat berakhir pada perceraian. Orang tua sering kali terlalu banyak ikut campur dalam persoalan rumah tangga anaknya, karena beranggapan hal yang dilakukan untuk anaknya adalah yang terbaik, namun belum tentu apa yang terbaik menurut orang tua, juga terbaik menurut anaknya. Misalnya ada orang tua yang ikut campur dalam hal pemberian nafkah kepada isteri, sehingga hal ini juga berpengaruh pada keharmonisan rumah tangga, isteri yang terkekang dengan tekanan ekonomi akan merasa tertekan dan frustasi, sehingga menimbulkan rasa benci dan mengganggu ketenteraman dalam rumah tangga. Tingginya angka perceraian disebabkan pergeseran nilai dan kebutuhan individu. Dahulu pasangan suami isteri meski sering berselisih namun berusaha mempertahankan biduk pernikahan, mereka harus berpikir dengan matang hingga Universitas Sumatera Utara 61 memilih keputusan bercerai. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan sekarang, dimana pasangan sangat mudah mengambil keputusan bercerai. Dahulu pasangan yang bercerai dianggap hal yang sangat memalukan, namun sekarang telah terjadi pergeseran nilai dimana perceraian dianggap hal yang biasa saja.

2. Akibat Putusnya Hubungan Perkawinan